webnovel

Chapie 9 :Tim

Setelah melewati hutan yang lebat dan hampir dikejar beberapa jenis Dinosaurus, Rick kembali mendarat di padang rerumputan yang luas. Kalau ia lihat-lihat, padang rumput yang ini berbeda dengan padang rumput sebelumnya dimana ada banyak Triceratops berkeliaran. Padang rumput di sini kosong, tidak ada tanda-tanda Dinosaurus dari berbagai jenis di sini.

"Hmm…. Kemana lagi jalannya, ya? Adoh!"

Tak disadari, ia menabrak tubuh seseorang saat ia mulai melangkah. Sosok di hadapannya itu cukup familiar di ingatan Rick. Padahal ia sama sekali tidak kenal dengan pria memakai blazer dan berambut perak panjang terikat itu.

"Eh?! Kalau jalan lihat-lihat, dong!" omel Rick kesal.

"Kau yang jalan lihat-lihat. Udah tahu padang rumputnya sepi gini, masih aja nabrak orang jalan!"

"Eh…? Tunggu dulu." Rick menyipitkan kedua mata birunya, perlahan menunjuk sosok pria di hadapannya. Ia teringat akan sesuatu. "Kau…? Kau 'kan cowok yang menghajar Agent-Agent di Bandar Antariksa kemarin, kan?"

Yaa…. Rick ingat pria ini. Dia, Xeno, dan orang-orang lainnya di Bandar Antariksa sempat melihat pertarungan pria ini melawan beberapa Agent berbadan besar yang sempat membully remaja bernama Garuda, yaitu pemuda yang sempat satu kamar dengan Rick dan Xeno.

Pria itu bersedekap sambil memutar mata peraknya. "Lihat juga ya rupanya?" Sempat-sempatnya dia menyibakan helaian rambut peraknya yang tak ikut terikat.

Gelagatnya benar-benar membuat Rick kesal. Baru saja mood-nya adem setelah bertemu gadis cantik, malah dipertemukan dengan pria sombong seperti ini.

"Oh?! Hai, Ricky!"

"Hah?!"

Rick baru menyadari jika Horu ada bersama pria itu. Dia sempat bersembunyi di belakang sang pria, lalu nongol sambil tersenyum pada Rick, membuat Rick seketika merinding karena terlalu geli.

"Eh, Bencong! Ngapain di sini?" tanya Rick pada Horu agak ngegas.

Pria bersyal kotak-kotak itupun membalas dengan santai, "Bisa enggak jangan panggil pria menawan sepertiku begitu? Aku 'mah ikut dia karena kami satu tim."

"Hah? Satu tim? Hahahah…!" Rick tertawa girang sesaat dan mulai meledek, "Bagus, deh. Akhirnya, kau dapat temen satu timmu sendiri. Kalian berdua cocok. Omong-omong, pita warna apa?"

Keduanya langsung memperlihatkan pita yang mereka dapat pada Rick.

"Merah."

Suara angin berhembus jelas dipendengaran karena seketika suasana senyap. Wajah Rick memucat, syok menyadari kenyataan yang dia terima bahwa ia bakal satu tim dengan si bencong yang selalu menggentayangi masa remajanya dan pria asing yang gelagatnya saja sudah bikin Rick jengkel.

"TIDAAAAAKKK!!!"

Dengan dramatisnya Rick menjerit melankolis di pinggiran hamparan padang rumput yang sepi. Cukup dramatis, membuat si pria merasa aneh sekaligus bingung dengan kelakuan Rick, sedangkan Horu hanya terkikik geli karena sudah biasa dengan perilaku abstrak sahabatnya itu.

"Kau kenapa?" tanya si pria perak heran.

Tanpa menjawab, Rick hanya memperlihatkan pita merah yang ia dapat pada mereka berdua. Horu pun semakin senang pas tahu Rick bakal satu tim dengan mereka.

"Wah! Bagus itu, Ricky," kata Horu turut senang, "Kita memang ditakdirkan selalu bersama dari masa sekolah sampai sekarang."

"Jijik aku satu tim sama kau, Kambing!"

Horu mengibaskan tangannya, tak peduli dengan teriakan ngegas Rick. Dia sudah kebal dari bahasa-bahasa binatang pria berjaket merah dan berambut pirang itu. "Sudahlah, Ricky terima saja. Omong-omong, kenalkan, Ricky. Ini rekan satu tim kita, Regan Graciell. Dan, Regan, ini Rickolous Dattora. Rick ini teman satu sekolahku dulu."

"Ooh?" Regan menaikan sebelah alisnya, menatap remeh Rick. "Enggak nyangka bakal satu tim sama makhluk dekil macam kau."

Tiba-tiba persimpangan imajiner menonjol di kepala Rick. "Makhluk dekil katamu…?! Kau pun cuma makhluk kekurangan pigmen warna! Albino! Kulit putih, rambut putih, mata pun juga putih! Lebih jijik aku lihat kau!"

"Apa kau bilang?! Aku akui, aku ini emang putih, bahkan lebih putih dan bersih darimu! Tapi, rambut dan iris mataku ini perak! Warnanya perak! Kau itu buta warna apa katarak parah, sih?!"

"Hei, Albino! Mataku ini masih sehat, tahu?! Warnanya biru, rambutku juga pirang. Setidaknya ada warnanya 'lah, daripada kau!"

"Dih! Rambut kucel macam cucian kagak disetrika gitu aja bangga!"

"Eh?! Siluman Albino, pandai juga ngegas. Gelut, yok! Mumpung padang rumput 'ni kosong!"

"Hayok! Siapa takut?!"

Horu hanya bisa nyengir canggung, sama sekali tidak ada niat untuk menengahi mereka berdua. Biarpun ia mencoba menengahi, nanti malah dia yang ikut kena hajar.

"Rick! Horu! Pyo!!!"

Horu menoleh senang saat melihat kedatangan Xeno bersama pria lainnya, pertarungan enggak jelas antara Rick dan Regan pun langsung terhenti saat tahu ada orang lain yang datang.

"Eh, Xeno. Udah dapat pitanya?" tanya ramah Horu seperti biasa.

Xeno mengangguk antusias. "Sudah, Pyo!" ia langsung memperlihatkan pitanya. "Warna merah. Sama kayak punya Kobra, Pyo."

"APA?!"

Dengan dramatis ala pemeran sinetron, lagi-lagi Rick syok melankolis kembali. Sudah dapat rekan satu tim bencong homo, siluman albino, ditambah lagi anak babon sama anak Emo nyasar yang Rick sendiri sama sekali tidak mengenalinya.

Seketika Rick pundung di pohon terdekat, meratapi nasibnya yang tiba-tiba mendapat anggota kelompok yang benar-benar membuat harapan hidupnya sirna.

Narasinya lebay juga, yak?

Yang lain sempat menatap kelakuan aneh Rick, tapi langsung mereka abaikan dengan Horu membuka pembicaraan ringan.

"Berarti kita berlima satu tim."

"Beneran, Pyo?! Hore!!!" Xeno langsung girang mengetahuinya. Dia sangat senang mengetahui bahwa dia satu tim dengan dua orang yang ia kenal dekat.

Horu terkekeh melihat kelakuan Xeno yang kekanakan. Sejenak ia melirik ke arah pria berpakaian serba hitam di sampingnya. Ia ingat Xeno memanggil pria itu siapa. "Jadi, kau Kobra?"

Kobra hanya mengangguk tak berniat tuk menjawab lebih.

"Oh? Kenalkan, aku Horu Avera. Di sampingku ini Regan Graciell, baru kenal juga kami di hutan. Dan yang pundung di pohon itu Rickolous Dattora, biasa disapa Rick. Jangan pedulikan kelakukan Rick, dia memang begitu. Mohon dimaklumi."

"Tentu." Kobra mengangguk lagi. "Senang bisa bertemu dengan rekan-rekan satu tim. Kuharap kita bisa bekerjasama dengan baik."

"Wah…! Sopan juga kau ini, Kobra," puji Regan, lalu melirik Rick yang masih di bawah pohon sambil mencibir, "Tidak seperti setan merah itu yang omongannya macam raungan di kebun binatang."

Mendadak sebuah batu melayang ke arah Regan. Reflek pria berambut perak terikat itu menghindar. Kalau saja dia tidak memiliki reflek yang bagus, mungkin kepalanya sudah pecah karena lemparan batu itu terlihat sangat kencang.

"Eh, Monyet! Ngapain kau main lempar-lempar batu aja?!" teriak Regan tak terima pada Rick, "Kalau kepalaku bocor, gimana?!"

Rick membalas tidak kalah kerasnya, "Syukurin! Dari tadi juga aku pengen banget kepalamu bocor! Kalau perlu pecah sekalian!"

Ketiganya memandang Rick dan Regan dengan berbagai pandangan, Horu nyengir lagi, Xeno dengan tatapan polos berkedip-kedip, dan Kobra masih datar tanpa ekspresi.

"Mereka kenapa?" tanya Kobra penasaran.

Horu menjawab dengan santai, "Entahlah…. Baru pertama ketemu sudah berantem aja. Tapi, biasanya orang yang saling berantem pas pertama ketemu bakal punya hubungan pertemanan baik, lho~."

"OGAH!!!" teriak Rick dan Regan bersamaan, menyahut jawaban Horu disertai tatapan garang keduanya.

Yang ditatap cuma bisa cekikikan tak berdosa. Entah mengapa Horu bisa saja betah di situasi menyebalkan di antara dua makhluk yang mulai saling bermusuhan itu. Mungkin bisa jadi hiburan 'lah baginya ketika melihat mereka bertengkar.

"Wah! Wah! Wah…! Sepertinya, ada tim yang sudah lengkap, nih."

Kelimanya menoleh, mencari sumber suara audio tersebut berasal. Rupanya, suara itu berasal dari beberapa drone yang terbang di sekitar mereka. Drone-drone bulat itu berbeda dari semua drone yang tersebar di seluruh area taman, warnanya terkesan lebih hitam dan ukurannya agak besar.

Empat di antara semua drone hitam itu tersusun menciptakan layar hologram. Layar hologram tak menampakan tampilan apapun, kecuali visual getar dari audio seseorang yang bicara di baliknya.

Mereka kenal dengan suara itu, suara seorang wanita yang merupakan bagian dari tim panitia penyelenggaraan lomba ini.

"Desy?" tebak Regan.

Dari layar audio tersebut, Desy terkekeh menanggapi, "Hehe…. Rupanya kalian mengenaliku? Padahal, aku lupa dengan kalian."

"Gimana enggak kenal? Situ panitianya, coba," cibir Horu agak jengkel.

"Oi! Ini mau ngapain sekarang?!" teriak Rick tidak sabaran.

"Wooo! Sabar dulu, Kawan." Desy mulai menjelaskan, "Seperti yang dijelaskan sebelum perlombaan dilaksanakan. Setelah kalian mendapatkan tim, maka kalian akan dihadapkan dengan Boss yang harus kalian kalahkan untuk tes kerja sama tim. Jadi, tunggu apalagi?! Luncurkan Boss-nya, anak-anak!"

Sesuai perintah sang Virtozous, drone-drone hitam itu segera bermanuver. Masing-masing lensa pada setiap drone menyala ke satu tempat, membentuk sebuah hologram yang disusun menjadi obyek raksasa menyerupai salah satu jenis Dinosaurus. Setelah susunan hologram dirasa lengkap, wujud hologram itu mulai mengeras menjadi obyek nyata.

Kini terciptalah sebuah robot Dinosaurus terbuat dari baja metal hitam yang kuat dengan dua jenis senjata tembak di bahunya.

Mereka berlima dibuat tercengang dengan wujud robot itu. Betapa besar, canggih, dan gagahnya robot itu. Bahkan saat meraung, tanah sekitar bergetar, dan angin berhembus kencang akibat getaran dan nafas buatan yang dihembuskan sang robot raksasa.

"Giganotosaurus, kah?" tebak Kobra, familiar dengan bentuk robot itu. Mirip seperti T-Rex, tapi berukuran lebih besar.

"Hah?" Rick menoleh pada Kobra.

"Giganotosaurus. Dinosaurus jenis itu adalah Dinosaurus terbesar dan terganas. Bahkan kekuatannya dapat mengalahkan T-Rex sekalipun."

"Sungguh?" Rick menaikan sebelah alis, berekspresi remeh. "Aku agak tersinggung dengan fakta itu."

Begitulah…. T-Rex adalah jenis Dinosaurus kesukaan Rick. Rasanya, Rick tidak rela jika T-Rex bisa kalah eksistensinya oleh Giganotosaurus.

Keempat drone tadi melenyapkan monitor hologram, mereka terbang bergabung dengan drone hitam lainnya. Semua drone melayang di posisi masing-masing di seluruh area padang rumput. Mereka menciptakan benang-benang laser, saling menyambungkannya satu sama lain hingga mengeras membentuk kubah pelindung.

"Kami tidak ingin mengambil risiko kerusakan terhadap ekosistem dan juga habitat Dinosaurus di taman ini. Jadi, kami membentuk kubah pelindung agar efek pertarungan kalian tidak menyebabkan kerusakan di sekitar," jelas Desy sekilas. "Baiklah, tidak perlu basa-basi lagi, Kawan! Pertarungan tahap akhir ini segera dimulai!"

Rick, Regan, Horu, Xeno, dan Kobra kini bersiap bertarung melawan Boss sesuai aba-aba dari Desy. Mereka sudah siap dengan gelang AndroMega masing-masing.

"Tyrant-X!"

'[Akses : Diterima.]'

Sebuah hologram berupa tombak merah muncul di tangan Rick, berubah menjadi tombak sungguhan. Selain Rick, keempat pria lainnya juga ikut mengeluarkan senjata mereka dari masing-masing gelang AndroMega.

"Ekstensa!"

'[Akses : Diterima.]'

Di tangan Regan muncul sebuah pedang katana yang masih lengkap terlindungi oleh sarung pedang mekanik dengan paduan warna antara perak dan biru navy.

"Elektra-Volt."

'[Akses : Diterima.]'

Tongkat metal panjang pun juga muncul di tangan Horu, dilengkapi dengan pegangan khusus dan lubang-lubang kecil yang dapat menyalurkan energi.

"Fantarakora."

'[Akses : Diterima.]'

Pedang kunai hitam berukuran besar dengan desain sederhana sudah siap di tangan Kobra setelah bebas dari wujud hologramnya.

"Xenomorph!"

'[Akses : Diterima.]'

Dua buah pistol Blaster putih gading berukuran besar muncul di kedua tangan Xeno, ia putar-putar kedua Blaster itu dengan lihai, bersiap tuk menembak.

"Hei, kau sudah menamai senjatamu, Xeno?" tanya Rick penasaran setelah mendengar Xeno memberi kode akses senjata AndroMega miliknya.

Dengan riang Xeno menjawab, "Iya, Pyo! Kini Xeno punya senjata sendiri. Entah kenapa nama itu yang terngiang dalam pikiran Xeno saat memodifikasinya."

"Mirip seperti nama jenis alien di film fiksi," komentar Rick.

"Jadi, kita harus bagaimana?" tanya Regan pada mereka semua.

"GRRRRRAAAAAA!!!"

Giganotosaurus meraung keras dengan suara campuran antara suara Dinosaurus dan suara robotik. Mereka berlima berusaha menahan posisi agar tidak terpental saat udara dari suara raungannya menerpa mereka.

"Kita masih belum tahu apapun tentang makhluk itu," kata Rick, "Fokus serang saja sambil cari tahu titik kelemahannya!"

"OKE!"

Mereka berempat langsung melesat dengan masing-masing senjata, mulai melancarkan serangan pertama mereka. Sedangkan Horu tetap di tempat, fokus menjaga jarak tuk mengambil tindakan.

Serangan dimulai dengan Xeno menembak asal tubuh raksasa Giganotosaurus. Semua peluru yang ia tembakan berjatuhan setelah mengenai tubuh Giganotosaurus. Tekstur tubuh robot itu sungguh keras sampai peluru-peluru Blaster Xenomorph tidak mempan.

Regan sibuk menembas bagian bawah Giganotosaurus menggunakan katana Ekstensa dan Kobra menyerang di atas menggunakan pedang kunai Fantarakora. Namun hasilnya nihil, semua tebasan mereka sama sekali tidak mempan. Bahkan pedang katana Regan yang terbilang lebih tajam dari senjata yang lain hanya mampu meninggalkan goresan kecil bak cakaran binatang pengerat di kaki Giganotosaurus.

"Ck! Sial! Tidak mempan." Regan mendecih kesal.

"Awas, Albino!"

Spontan Regan melompat mundur saat ekor Giganotosaurus hampir memukulnya. Regan benci mengakuinya, tapi dia beruntung mendapat peringatan terlebih dahulu dari Rick.

"Bisakah kau jangan memanggilku Albino?" omel jengkel Regan saat melihat Rick berlari cepat menuju ekor Giganotosaurus.

"Bomat! Dah terlanjur!" teriak Rick tidak peduli. Dia lebih memilih fokus tuk menyerang Giganotosaurus ketimbang meladeni protes Regan.

Kali ini, Rick akan berusaha naik lewat ekor. Saat ekor Giganotosaurus mengarah padanya, Rick langsung melompat naik, berlari menuju bagian tubuh sang Dinosaurus. Dia hampir saja kehilangan keseimbangan saat Giganotosaurus bergerak begitu beringasnya.

Rick terus berlari hingga mencapai pundak Giganotosaurus. Di antara pundak tersebut, tepatnya di kedua bahu Giganotosaurus, terdapat Machine Gun dan Laser Launcher yang sibuk ditembakan ke arah rekan-rekannya di bawah sana. Ia berusaha menghancurkan kedua senjata tembak itu menggunakan tombaknya, tapi tidak berhasil karena teksturnya yang sama keras dengan bagian tubuh lain.

"Biadab! Ini keras banget, sih!" sungut Rick sambil menusuk-nusukan tombaknya di sela-sela senjata tembak tersebut.

Saat Rick sibuk berusaha menghancurkan kedua jenis senjata itu, ia baru menyadari ada sinar titik merah menyinari dahinya.

"Ck!"

Segera Rick melompat salto untuk menghindari tembakan laser yang hampir saja menembus isi kepalanya.

"Robot bangsat!" teriak Rick kesal sebelum ia berhasil mendarat di tanah.

Dari kejauhan, Horu sibuk mengotak-atik layar hologram dari gelang AndroMega untuk mengaktifkan salah satu fungsi senjatanya.

"Aktifkan kemampuan deteksi Elekra-Volt," perintah Horu pada gelang canggihnya.

'[Kemampuan senjata : Diaktifkan.]'

Otomatis tongkat Horu terbang menuju ke atas Giganotosaurus. Ketika berhasil mencapai atas, tongkatnya menembakan aliran listrik ke segala tubuh robot. Horu

mengawasi dengan seksama reaksi robot itu ketika ia mengatur tegangan listrik pada tubuhnya.

"Sudah kuduga. Listrik seperti apapun juga takkan mempan," gumam Horu mengira-ngira.

'[Hasil analisa program : Didapatkan.]'

Horu memeriksa kembali layar hologram. Mata ungunya dengan teliti melihat setiap baris kode-kode program yang ia dapat dari hasil mencuri data kinerja robot Giganotosaurus menggunakan tongkat Elektra-Volt. Cukup kesulitan untuk lebih teliti menganalisa programnya yang sangat rumit, tapi tidak ada program yang tidak mampu Horu selesaikan selama ini.

"Terdapat program campuran yang biasanya digunakan untuk modifikasi tipe petarung robot," gumam Horu kembali sambil membaca layar hologram, "Tipe senjata…, banyak hasil senjata modifikasi tambahan yang masih belum dikeluarkan. Mereka menggunakan Fitur Kritis untuk mengaktifkan semua program tersembunyi."

Perlahan Horu menggelengkan kepala tak percaya. Dia tak menyangka jika robot Boss yang digunakan hanya sekedar untuk lomba menentukan kelompok adalah robot tipe petarung yang biasanya digunakan langsung dalam medan perang.

"Organisasi NEBULA memang gila…."

"Apa yang kau dapatkan, Horu?"

Horu menoleh pada sosok Regan yang baru saja menghampirinya sambil menyarungkan kembali pedang. Pria berambut panjang itu cukup kewalahan menghadapi robot Giganotosaurus yang kerasnya minta ampun, bahkan dua jenis senjata tembak milik sang robot memiliki daya serang berbahaya jika mengenai mereka.

Mata Horu kembali fokus pada layar sambil menggulir data-data program yang didapat. "Aku mendapatkan program campuran yang digunakan untuk mengendalikan robot Giganotosaurus. Tapi, jenis program ini menggunakan Fitur Kritis yang biasa digunakan pada robot-robot raksasa perang."

"Hah? Fitur Kritis?" Regan menaikan sebelah alisnya tak percaya.

Regan tahu betul tentang Fitur Kritis. Fungsi fitur itu memang sering digunakan dalam persenjataan perang saat keadaan genting. Dia juga tak menyangka jika pihak organisasi akan menggunakan fitur program berbahaya itu untuk perlombaan.

"Kalau begini jadinya, melawan salah, mengalahkannya apa lagi," komentar Regan mulai kesal sambil melihat tiga rekan mereka, masih sibuk bertarung melawan sang robot. "Apa ada cara agar kita bisa lebih mudah mengalahkannya?"

'[Analisa Program : Telah Terbaca.]'

Perhatian keduanya kini fokus pada susunan data yang sempat dibuat dari hasil penyusunan program menggunakan cara Horu pada layar. Kini Horu mendapatkan beberapa data tentang robot tersebut.

"Dino Kode : 0977, versi sistem 1.11.04.3. Robot ini memiliki pertahanan keras dan serangan jarak jauh yang kuat, namun akurasinya kurang. Jadi, kita bisa dengan mudah menghindarinya. Ada beberapa jenis persenjataan yang tidak bisa dideteksi Elekra-Volt. Jika robot mencapai Tahap Kritis, maka kita perlu waspada."

"Masalahnya, sebelum mencapai Tahap Kritis, apa kita bisa mengalahkannya?"

Mata ungu Horu kini memperhatikan gaya bertarung rekan-rekannya, seperti Kobra yang masih sibuk menyerang dengan melesat beberapa kali ke arah kepala robot sambil menghindarinya, Rick yang beberapa kali menangkis serangan tembak sang robot, dan Xeno yang terus menembak robot sambil menangkisnya dengan peluru tembaknya sendiri, ditambah ia mengingat cara bertarung Regan yang terkesan cepat dengan banyak tebasan.

Dari pengamatannya itulah, Horu mendapat kesimpulan. Ia pun bertanya pada Regan, "Regan, kau petarung jarak dekat, bukan?"

"Iya."

Horu berpikir, "Kau jenis petarung yang mengandalkan kecepatan, kuyakin daya serangmu juga kuat. Kobra juga kelihatannya petarung jarak dekat dengan gaya bertarung hampir sama denganmu. Rick juga sama, tapi serangan dan pertahanannya seimbang, bisa dilihat dari gaya bertarungnya dimana Rick lebih sering menangkis serangan musuh ketimbang menghindar. Sedangkan Xeno adalah pertarung jarak jauh, tak kusangka jika akurasinya sangat tepat sampai mampu menangkis semua peluru musuh dengan pelurunya juga, aku tahu betul kalau Xeno memiliki pertahanan tinggi juga sebelum ia memiliki AndroMega. Aku yakin Xeno tipe petarung jarak jauh sekaligus pelindung."

Di samping mereka, Rick mendarat setelah menghindari berbagai macam serangan Giganotosaurus. Dia juga terlihat benar-benar kewalahan menghadapinya.

"Hei, kalian!" Rick menoleh pada Horu dan Regan. "Ada rencana?"

"Robot ini tipe Tanker dengan serangan jarak jauh berbahaya, tapi akurasinya cukup buruk. Jadi, lebih mudah tuk menghindari serangan tembaknya," kata Horu.

"Jadi?" ucap Rick, belum puas dengan kata-kata Horu.

"Rata-rata dari tim kita memiliki daya serang tinggi. Regan dan Kobra tipe penyerang jarak dekat yang mengandalkan serangan dari kecepatan, kau punya serangan dan pertahanan seimbang, dan Xeno penyerang jarak jauh dengan akurasi baik serta pertahanan tinggi."

"Jadi, apa kita perlu menyerang dengan serangan tinggi untuk mengalahkannya?" tanya Regan. "Robot itu memiliki pertahanan tinggi. Seimbang jika kita menyerangnya dengan serangan tinggi pula."

Horu menggeleng, "Tidak. Itu hanya buang-buang waktu. Kita langsung serang dari titik kelemahanya. Dan saat mencapai Tahap Kritis, habisi dia."

"Tahap Kritis?" ucap Rick tak percaya. "Dia Tanker perang?"

Horu hanya menaikan bahunya sesaat sebagai jawaban. Rick cuma bisa geleng-geleng kepala mengetahui jenis robot Giganotosaurus adalah salah satu jenis robot perang.

"Kau tahu titik kelemahannya?" tanya Rick lagi pada Horu. "Kita harus cepat. Kobra dan Xeno tidak bisa menahannya terlalu lama."

"Beri aku waktu." Mata Horu kembali teralih pada layar hologramnya. "Aku akan berusaha membaca program terdalamnya. Kalian, teruslah mengalihkan perhatiannya."

"Oke!" Rick mengangguk mengerti. "Regan, kau, aku, dan Kobra terus mengalihkan perhatiannya! Xeno, kau lindungi Horu!"

Dari kejauhan, Xeno mengangguk, "Baik, Pyo!" Lalu ia berlari menghampiri Horu sambil terus menembaki Giganotosaurus.

Regan dan Rick pun kembali menyusul Kobra untuk melawan Giganotosaurus dari jarak dekat. Selama perhatian sang robot teralih dan Xeno berusaha melindunginya, Horu mulai mengendalikan tombaknya dari jarak jauh.

"Tingkatkan tahap deteksi Elektra-Volt," perintah Horu pada gelang AndroMega.

'[Tahap Deteksi : Ditingkatkan.]'

Tongkat Elektra-Volt yang sedari tadi melayang di atas Giganotosaurus sambil menembakan aliran-aliran listrik ke sekitar kini membelah otomatis menjadi empat bagian dan menyebar ke segala sisi di sekitar robot Giganotosaurus.

'[Melakukan Deteksi : Tahap Peningkatan.]'

Empat bagian tongkat itu mengeluarkan sinar kebiruan menyerupai jaring-jaring ke segala arah bagian tubuh robot untuk mendeteksi komposisi dan program yang dimilikinya. Butuh waktu beberapa detik hingga Horu mendapatkan hasilnya.

"Dapat!" teriak Horu, memperingatkan rekan-rekannya.

Regan, Rick, Kobra, dan Xeno segera mendarat membelakangi Horu. Mereka dapat melihat sang robot Giganotosaurus meraung keras kembali, raungannya menggetarkan permukaan tanah sekitar.

"Jadi, bagaimana hasilnya?" tanya Rick pada Horu.

Horu pun menjawab, "Kelemahannya ada pada area bawah leher sampai perut. Tidak terpasang jenis armor pelindung yang sama dengan bagian tubuh lainnya. Tapi, setelah titik kelemahannya berhasil diserang, kita harus waspada jika Tahap Kritis diaktifkan."

Rick menyeringai enteng, "Aku mengerti." Ia pun langsung memberikan perintah pada rekan-rekannya. "Semuanya! Aku akan mengalihkan perhatiannya di atas hingga robot itu mendongak. Xeno, hancurkan dua jenis senjata tembak di bahunya, aku yakin tubuhmu cukup keras untuk menghancurkannya!"

Xeno memberi hormat dengan dua Blaster masih di tangannya. "Siap, Pyo!"

"Kobra, kau serang titik kelemahannya saat aku mengalihkan perhatiannya!"

Kobra mengangguk mantap, "Dimengerti."

"Regan, sebelum Tahap Kritis benar-benar diaktifkan, kau kalahkan dia dengan serangan Kemampuan Utama! Aku yakin, kau punya Kemampuan Utama dengan daya serang tinggi. Kau bisa, kan?"

"Aku perlu energi lebih banyak untuk mengaktifkan Kemampuan Utama," kata Regan agak ragu.

"Aku tipe Teknisi, Regan. Aku bisa mengisikan energi senjata AndroMega-mu agar dapat mengaktifkan Kemampuan Utama lebih maksimal," saran Horu pada Regan.

"Oke…." Regan menggeleng pada Rick. "Sekarang, tidak ada yang perlu dicemaskan lagi, Bung."

"Oke. Kita kalahkan bajingan bangsat ini!"

"SIAP!"

~*~*~*~

Kutipan Terbaik :

"Syukurin! Dari tadi juga aku pengen banget kepalamu bocor! Kalau perlu pecah sekalian!" ~Rick mode barbar kumat

次の章へ