webnovel

Chapie 4 : Rekrut

"Oh! Ayolah…!"

Di sinilah Rick sekarang, di ruang kerja Kapten Golden yang ada di dalam markas pengawas Organisasi NEBULA, dekat perbatasan kota Erlan. Organisasi NEBULA selain memiliki banyak kantor cabang di beberapa planet, mereka juga menempatkan banyak markas kecil di setiap perbatasan daerah untuk pengawasan rutin.

Rick harus ditanyai, atau mungkin diintrogasi, oleh Kapten Golden tentang gelang AndroMega miliknya. Sang kapten pembimbing menganggap Rick telah menggunakan gelang AndroMega secara ilegal tanpa surat izin maupun sertifikat tertentu untuk melegalkannya.

"Aku tanya sekali lagi." Golden kembali menanyai Rick untuk kesekian kalinya karena tidak puas dengan jawaban sebelumnya. "Dari mana kau mendapatkan gelang ini?" tanya Golden sambil memperlihatkan gelang merah yang sudah dilepas dari tangan Rick.

"Sudah kubilang berapa kali, sih?! Itu pemberian mendiang ayahku!"

"Lalu, dimana surat-surat maupun sertifikat resminya, Tolol?!" Golden berdiri, menggebrak keras meja kerjanya.

Rick juga ikut berdiri, menatap Golden dengan tatapan menantang. "Aku mendapatkannya dalam keadaan terdesak, Bajingan!"

"Kalau begitu, tidak ada pilihan lain selain menyita AndroMega-mu, Biadab!"

"Tidak bisa begitu, Jahanam! Gelang itu satu-satunya peninggalan mendiang ayahku!"

Dua orang petugas keamanan ber-armor yang lewat di depan ruang kerja Golden sambil membawa senapan laser masing-masing sempat terhenti kala mendengar teriakan membahana dari dalam.

"Hei, Bung. Kapten Golden kenapa lagi?" tanya sang petugas pada rekannya.

Dengan santai rekannya hanya menjawab, "Ah, palingan toxic-nya kumat lagi. Yang dihadepin pasti bermulut toxic juga."

Kedua petugas itu kembali berjalan melewati koridor tanpa mau peduli lagi keributan yang terjadi di kantor atasan mereka.

Golden kembali duduk di kursi kebesarannya sambil mengelus kasar wajahnya, begitu pula dengan Rick. Mereka cukup lelah adu mulut berisikan topik yang sia-sia. Jika terus berteriak dan saling adu ejek, tidak bakal kelar masalah ini nantinya.

"Mending jelasin baik-baik." Golden mulai terlihat lebih tenang dan serius. "Ayahmu memberikan gelang AndroMega ini di saat-saat terdesak. Sebenarnya, apa yang terjadi saat itu hingga ayahmu buru-buru memberikan AndroMega padamu."

Awalnya Rick enggan untuk memberitahukan kejadian memilukan di masa lalu pada orang lain, bahkan pemilik kos dan juga Xeno yang dekat dengannya pun tidak tahu akan hal itu. Tapi jika dia tidak menceritakan yang sebenarnya, AndroMega-nya akan segera disita Golden.

Rick pun menghela nafas hingga akhirnya bercerita, "Kejadiannya terjadi belasan tahun yang lalu dan beritanya sempat menggegerkan banyak orang. Saat itu, aku masih anak-anak ingin berlibur bersama ayahku ke Planet Dinosaur untuk melihat T-Rex, Dinosaurus favoritku. Tak disangka dalam perjalanan, pesawat antariksa yang kami tumpangi dibajak oleh sekelompok pembajak. Mereka menghancurkan bagian-bagian pesawat dan membunuh semua penumpang tanpa ampun."

Dulu Golden memang sempat mendengar kabar berita soal pesawat antariksa yang hancur akibat dibajak, mungkin Rick adalah salah satu korban selamat. Merasa cerita Rick terdengar menarik untuk didalami, Golden sempat mencatatnya ke dalam sebuah tab. Mungkin dia bisa mendapat beberapa informasi penting prihal masalah Rick. Kenapa Golden ingin mengetahui Rick lebih lanjut? Ia punya rencana tersendiri untuk itu.

"Saat itu, hanya tersisa satu kapsul darurat yang mampu menumpang satu penumpang," Rick melanjutkan ceritanya, "Ayahku memasukanku ke dalam kapsul itu. Ia memberikan AndroMega miliknya padaku dan berharap agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik, yang mampu menolong banyak orang. Aku berhasil selamat, tapi ayahku ikut hancur dalam ledakan dahsyat bersama para pembajak."

Jemari Golden berhenti menuliskan cerita yang didengar dari Rick. Setelah ia menyimpan catatannya dalam file tab, Golden meletakan tabnya ke dalam laci.

"Aku turut berduka atas kematian ayahmu, Rick. Setidaknya dengan kau bicara yang sebenarnya, aku bisa mempertimbangkan keputusanku untuk menyita AndroMega milikmu."

Rick menatap Golden setengah tidak percaya. "Benarkah?"

Golden mengangguk, "Iya."

Dia memutar tab lainnya di atas meja ke arah Rick, menyentuh layar sentuh tabnya hingga muncul dokumen formulir. Rick menaikan sebelah alis kala melihat format formulir itu, ia bingung apa yang diinginkan Golden padanya.

"Setiap orang yang memiliki AndroMega harus terdaftar dalam salah satu badan keamanan Serikat Galaksi, Organisasi NEBULA, Yayasan LUNA, atau Badan Investigasi AURAX," jelas Golden serius, "Yayasan LUNA sudah memiliki cukup Agent, sedangkan Badan Investigasi AURAX belum membuka pendaftaran tahun ini. Jadi, hanya tersisa Organisasi NEBULA. Pilihanmu hanya dua di sini, Tuan Dattora. Mendaftar sebagai Agent NEBULA, atau AndroMega peninggalan ayahmu disita dan kau akan dipidana karena menggunakan AndroMega secara ilegal."

Rick tercengang mendengar penawaran Golden. Setahunya, seleksi untuk masuk ke Organisasi NEBULA cukup berat, bahkan mereka yang lulusan dari akademi khusus saja sering tidak lulus. Biasanya, mereka yang tidak lulus seleksi akan disita AndroMega-nya hingga mereka berniat untuk mendaftar kembali tahun depan.

Lalu, kenapa Golden menawarkannya semudah itu?

"Kau jangan khawatir tidak lulus seleksi." Golden bersedekap, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. "Seleksi sudah usai minggu lalu. Seorang calon Agent bisa masuk organisasi tanpa seleksi jika kapten pembimbing merekomendasikan langsung pada organisasi."

"Ja-jadi…." Rick kembali menatap Golden tidak percaya. "Aku… sudah diterima menjadi Agent tanpa harus ikut seleksi? Atas dasar apa kau melakukan ini padaku? Ma-maksudku…, aku hanya warga sipil biasa yang kebetulan mendapat AndroMega dari mendiang ayahku. Aku bukan lulusan dari akademi khusus AndroMega. Kau tahu itu?"

Golden berpose berpikir, memperhatikan gelang AndroMega milik Rick di tangannya. Sebenarnya, dari gaya bertarung Rick di area bawah ketika melawan para robot sudah membuat Golden tertarik untuk menjadikan Rick sebagai Agent, tapi kecurigaannyalah yang mendominasi kala itu.

Sekarang, ia yakin jika Rick punya peluang besar untuk menjadi Agent Organisasi NEBULA. Ditambah lagi, senjata AndroMega yang Rick miliki bukanlah AndroMega biasa menurut Golden.

"Kau bilang bahwa ayahmu ingin kau menjadi orang yang lebih baik dan mampu menolong banyak orang, bukan? Maka dari itu, ini adalah kesempatan yang bagus untukmu." Golden berusaha meyakinkan Rick. "Pikirkanlah, Rick…. Kau akan menjadi orang yang kuat dalam organisasi, gajinya juga sangat menggiurkan jika kau bisa menyelesaikan setiap misinya."

Secepat kilat Rick meraih tab dan pen khusus di atas meja itu, lalu mengisi formulir yang ada di sana. Dalam pikiran Rick, bodo amat menjadi orang kuat ataupun tentang gelang AndroMega-nya, yang penting ia bisa memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik dengan gaji tinggi.

Golden cuma menatap jengkel Rick dengan persimpangan imajiner berdenyut-denyut di kepala. Dia tahu jalan pikir Rick, makanya ia sebal.

"Soal gaji aja langsung disambar," gumam datar Golden, "Dasar matre!"

Selagi menunggu Rick selesai mengisi formulir, Golden jadi penasaran dengan Silver yang saat ini menangani Xeno. Apa pria bertubuh besar itu sudah sadar dari pingsannya?

~*~*~*~

Angin berhembus pelan menerpa tirai putih pada jendela yang dibiarkan terbuka, ruangan putih dengan bau khas obat-obatan menguar tidak begitu kuat di dalamnya. Seorang pria bertubuh besar masih terbaring di ranjang pasien, wajah imutnya terlihat begitu tenang kala masih belum sadarkan diri.

Seorang pria dewasa bermantel jubah putih baru saja memasuki ruangan sambil membawa sebuah gelang bermotif putih. Raut wajah imutnya terlihat begitu senang ketika melihat gelang itu.

"Administrasinya sudah, instal selesai, modifikasi juga cukup. Semoga saja cocok, Myo," gumam Silver dengan nada ceria.

"Engh…."

"Eh?"

Silver segera duduk di kursi dekat ranjang saat mendengar erangan sadar pria di atas ranjang pasien tersebut.

"Kau sudah sadar, Xeno?"

Xeno menggeleng pelan kepalanya agar rasa pusing sedikit berkurang. Sempat iris hijau bergradasi kuning itu menulusuri pemandangan sekitar ruangan, terlihat rapi dan bersih. Fokusnya pun terarah pada sosok Silver yang tersenyum hangat padanya. Xeno juga ikut balas tersenyum.

"Bagaimana keadaanmu, Myo?"

"Xeno baik, Pyo."

Xeno menyenderkan tubuhnya di sandaran ranjang, dibantu Silver pula. Silver penasaran dengan apa yang dirasakan Xeno saat pingsan, pasalnya tim kesehatan khusus yang ada di markas bilang bahwa Xeno mengalami kelelahan yang cukup menganggu bagi kinerja tubuhnya.

"Sebenarnya, apa yang terjadi hingga membuatmu pingsan, Myo?" tanya Silver.

"Entahlah…." Xeno memijit kepalanya yang masih terasa pening. "Xeno juga bingung, Pyo. Seperti ada sesuatu yang berusaha mengganggu pikiran Xeno. Kepala Xeno tidak kuat menahannya, makanya Xeno pingsan."

Rasanya Silver familiar akan apa yang dialami Xeno. Kepala yang terasa sakit akibat sesuatu yang mengganggu pikiran memang awam terjadi, tapi entah mengapa Silver merasa memang ada sesuatu yang tidak beres pada Xeno. Apalagi, dugaan tidak enak itu muncul saat Silver kembali melihat kalung besi yang dikenakan Xeno, mirip seperti kalung yang ia kenakan saat ini.

'Kumohon, jangan pisahkan aku darinya….'

Memori aneh itu tiba-tiba kembali muncul di kepala Silver. Terasa pusing dan sakit hingga ia meremas erat surai keperakannya.

'Kau harus melakukannya! Ini kewajibanmu!'

Bayang-bayang tentang sosok yang terjebak di dalam sebuah tabung berisi cairan kehijauan menghantui pikiran Silver. Sosok itu berusaha tuk menghancurkan tabung dengan mengetuk-ngetuknya, namun sia-sia.

'Tidak…. Kumohon, lepaskan dia!'

Hanya muntahan darah mengambang yang terlihat jelas saat sosok itu tak sadarkan diri di dalam tabung.

'Bang… Alven….'

"Kapten Silver?"

Sontak Silver tersadar, rasa sakit yang ia alami sirna ketika ia dipanggil. Xeno terlihat memandangnya cemas karena tadi Silver bertingkah aneh selama melamun.

"Kapten Silver baik-baik saja, Pyo?"

Silver berusaha melenyapkan ketegangannya dengan kembali menyunggingkan senyum. "Hanya sedikit pusing karena banyak tugas, Myo. Maklum… akhir-akhir ini mulai sibuk."

"Ooo…." Xeno hanya mengangguk polos mengiyakan.

Silver baru ingat tujuan yang sebenarnya selain menjenguk Xeno. Buru-buru ia merogoh kembali sebuah gelang yang sempat dibawa dari saku mantel jubahnya.

"Emm…. Xeno, temanmu yang bernama 'Rick' itu punya gelang AndroMega, Myo?" tanya Silver mulai membuka kembali pembicaraan yang sempat terjeda.

"Oh, iya, Pyo!" ucap Xeno antusias. "Setiap ada waktu luang, Rick selalu mengotak-atik gelang canggihnya itu, Pyo. Gelangnya keren banget, Pyo. Xeno enggak nyangka kalau gelang itu punya senjata keren kayak di tv-tv dan komik-komik. Xeno jadi pengen punya pas Kapten Silver meminjamkan Xeno gelang yang sama kayak gelang Rick, Pyo."

"Kau ingin punya gelang AndroMega juga, Myo?"

Kini Xeno tertunduk malu sambil memainkan jari-jemari besarnya. "Kalau diizinkan, sih… Xeno mau. Xeno juga pengen jadi jagoan super, Pyo!"

Silver terkekeh menanggapi perilaku Xeno. Pria ini walau terlihat dewasa, tetapi kelakuannya benar-benar seperti anak kecil, cukup menggemaskan dengan wajah imut itu. Silver memperlihatkan gelang bercorak warna putih futuristik yang pernah dipakai Xeno saat membantu mereka melawan para robot.

"Aku akan memberikanmu gelang AndroMega ini."

Xeno langsung terbelalak tidak percaya. "Be-beneran, Pyo???"

Silver mengangguk mengiyakan.

Xeno langsung jejeritan kegirangan hingga membuat ia menyambar gelang AndroMega dari tangan Silver, tapi Silver sempat menjauhkan gelang tersebut hingga tak mampu dijangkaunya. Sontak Xeno memayunkan bibirnya karena jengkel dengan Silver.

"Eits…! Tidak semudah itu, Myo." Sesaat Silver melambung-lambungkan gelang AndroMega di tangannya. "Kau harus melakukan sesuatu dulu, baru bisa memilikinya."

Xeno menatap bingung Silver. "Pyo? Melakukan apa, Pyo?"

Sang kapten merogoh sebuah stick dari sakunya. Stick hitam itu ia tarik di kedua sisinya sampai tercipta sebuah monitor tab. Silver otak-atik tab tersebut hingga muncul format formulir, kemudian ia serahkan pada Xeno.

"Kau harus mengisi formulir ini, Myo."

Tab itu Xeno pandang aneh lalu ia kembali memandang Silver, ia pandang tab itu lagi lalu memandang Silver, dan seterusnya karena merasa kebingungan. Silver jadi gemas sendiri lihat kelakuan Xeno dan hanya terkekeh kecil menanggapinya.

"Formulir, Pyo? Untuk apa?" tanya Xeno polos. "Memangnya Xeno mau dibawa ke posyandu?"

Silver menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal. Kepolosan Xeno benar-benar kelewatan. Kenapa yang dibahas malah ke posyandu, coba?

"Bukannya begitu, Xeno…." Silver berusaha menjelaskan pelan-pelan. "Kau harus mendaftarkan dirimu ke Organisasi NEBULA dulu jika ingin memiliki gelang AndroMega beserta isinya juga, Myo."

"Memangnya harus, Pyo?"

"Kalau enggak mau, ya sudah."

Baru saja Silver hendak mengantongi kembali gelang AndroMega, Xeno langsung mencegat tangannya.

"I-iya, iya, Pyo…. Xeno mau punya gelang AndroMega, Pyo! Xeno bakal isi formulirnya."

"Siap!"

Ia segera mengisi formulir yang ada pada tab tersebut. Demi punya senjata keren seperti yang ada di tv dan komik, Xeno rela mengisi formulir yang ia sendiri belum tahu jelas formulir apa itu.

Rencana Silver berjalan mulus, ia juga baru mendapat pesan bahwa Golden berhasil mendaftarkan Rick pula ke Organisasi NEBULA. Kedua orang hebat seperti Rick dan Xeno memang tidak boleh disia-siakan. Mereka punya peluang besar untuk menjadi Agent hebat.

Membantu mereka menghancurkan sindikat-sindikat teroris yang sampai saat ini masih berkeliaran menghantui seluruh pemerintahan Serikat Galaksi.

~*~*~*~

Cahaya jingga mentari perlahan hendak lenyap demi menggantikan senja dengan malam. Sosok itu berjalan dengan mantel jubah merah dan rambut pirang panjangnya yang berkibar diterpa angin secara dramatis di puncak gedung itu. Melangkahkan kakinya dengan pasti menuju tepi gedung, masih dengan sebuah tombak merah canggih berdesain futuristik di tangan kanannya.

Dia berdiri di sana sambil memperhatikan indahnya mentari terbenam di balik topeng naga merah. Walau pemandangan ini cukup menenangkan, tetapi sampai saat ini hatinya tetap dihantui oleh rasa takut dan penyesalan.

Perlahan topeng itu ia lepas, memperlihatkan wajah rupawan dengan keriput yang samar-samar terlihat karena faktor usia mencapai setengah abad. Mata tajam sebiru lautan itu terus memperhatikan sinar jingga mentari hingga benar-benar lenyap ditelan kegelapan.

Sejenak ia memperhatikan tombak merah kehitaman di tangannya, mengingatkan ia pada masa lalu. Dirinya yang dulu dan sekarang tidak ada bedanya, masih sama, dikekang oleh kegelapan, menuntutnya untuk terus bertahan hidup.

"Rickolous…."

Satu nama yang begitu bermakna baginya. Nama putranya… akan selalu ia kenang. Melihat foto yang diperlihatkan Satan dan juga Obsidian membuat ia yakin jika sosok berjaket merah itu adalah putra semata wayangnya yang sudah lama hilang.

Hanya dialah alasan seseorang bernama kode 'Dragon' ini untuk tetap hidup.

Dia berbalik melangkahkan kakinya kembali, mengabaikan puluhan mayat manusia yang tergeletak mengenaskan di puncak gedung tersebut.

~*~*~*~

Kutipan Terbaik :

"Ah, palingan toxic-nya kumat lagi. Yang dihadepin pasti bermulut toxic juga." ~Petugas Keamanan abis duit nge-gacha

次の章へ