webnovel

Penculikan Mark (1)

Baru memasuki gerbang sekolah yang belum dikunci, terdengar suara pecahan kaca dari lantai atas gedung. Terkejut. Youngjoo dan Yunsoul melihat sebuah kursi jatuh dari jendela kelas. Jatuhnya kursi bersamaan dengan pecahan kaca. Untung saja posisi kedua perempuan itu cukup jauh.

Brakk

Yunsoul dan Youngjoo melihat kursi yang jatuh itu.

"Bukankah itu berasal dari kelas kita?" Yunsoul melirik Youngjoo.

"Benar. Ayo kita segera ke sana, Yunsoul."

Mereka berdua pun berlari menuju kelas yang berada di lantai empat. Kelelahan. Yunsoul berhenti saat menaiki tangga lantai dua. "Kau tidak apa-apa?" tanya Youngjoo.

Yunsoul mengangguk. Mereka melanjutkannya dengan berjalan agak cepat, tidak lagi berlari. Sampai di depan pintu, Youngjoo begitu terkaget dengan keadaaan kelasnya. Di mana beberapa kursi dan meja tidak lagi ditempatnya dan beberapa tergeletak di lantai. Penyebabnya adalah perkelahian antara kelompok Jaehyun dan Taeyong.

Yunsoul dan Youngjoo segera masuk kelas. Youngjoo melerai perkelahian antara kedua kelompok tersebut. "HENTIKAN!" teriak Youngjoo sekeras mungkin.

Kedelapan laki-laki itu jadi terdiam dan menatap siapa yang menghentikan mereka.

"APA KALIAN TIDAK TAHU? KURSI DAN PECAHAN KACA TADI BISA MELUKAI KAMI. DAN APA YANG SEDANG TERJADI DI SINI? KALIAN BERKELAHI? UNTUK APA?" Youngjoo terlihat marah sekali. Sementara, Yunsoul memilih bungkam.

Mendengar perkataan tentang kursi dan pecahan kaca yang jatuh, membuat Taeyong, Winwin, dan Taeil segera melihat ke arah Yunsoul. Memperhatikan apakah gadis itu terluka atau tidak.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

Kembali terdengar perkataan dari seseorang yang datang lagi ke kelas mereka. Youngjoo, Yunsoul, dan lainnya langsung menoleh ke arah pintu kelas. Mereka melihat Guru Hwang yang tampak kesal. Guru Hwang mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian kelas. Keadaan kelas sangat berantakan. Guru itu datang setelah mendengar bunyi pecahan kaca. Memeriksa ternyata benar, salah satu jendela di kelas ini rusak.

"Kenapa kelas jadi sangat berantakan seperti ini? Dan jendela itu siapa yang merusaknya?"

Terdiam. Tidak ada satu pun yang menjawab.

"Kalian semua harus bertanggung jawab! Bersihkan kelas ini segera! Dan pecahan kaca juga kursi yang jatuh. BERESKAN SEMUANYA!"

"Kami juga, Guru?" tanya Youngjoo ragu.

"Iya. Kalian juga!" Guru Hwang melihat ke arah Youngjoo dan Yunsoul.

"Tapi, kami tidak terlibat. Justru kami yang menghentikan perkelahian mereka!" jelas Youngjoo.

"Kalian juga ikut! Salah kalian. Kenapa jam pulang, tapi masih masih ada di sekolah."

"Itu karena–" Youngjoo tidak dapat menyelesaikan kalimatnya.

"Tidak ada alasan. Cepat lakukan! Kalian juga (menunjuk ke Taeyong dan lainnya) KENAPA MASIH DIAM? CEPAT KERJAKAN!"

Guru Hwang menerima telepon. "Baik. Baik. Saya ke sana sekarang." Guru itu mengingatkan mereka lagi. "Kerjakan. Kalau sampai ada laporan kalian tidak membereskannya, Guru akan memberatkan hukumannya." Guru Hwang pun pergi setelah memberi ancaman.

Youngjoo mengeluh. "Ahh... kenapa aku juga dihukum. Ini semua karena kalian." Youngjoo menyorotkan kebencian pada Taeyong, Jaehyun, dan yang lainnya.

Berbeda dengan sikap Youngjoo, Yunsoul memilih mulainya dengan membenarkan letak kursi. "Sudahlah, Youngjoo. Kita hanya harus membereskannya."

Semuanya terpegun melihat tindakan Yunsoul. Beberapa detik kemudian, Youngjoo juga mulai membereskan. Diikuti oleh yang lainnya. Kecuali, Jaehyun yang masih diam di saat yang lainnya bertindak.

"Kau hanya diam saja? Cepat bereskan! Aku ingin cepat pulang," ucap Youngjoo setelah menghampiri Jaehyun.

Tujuan Youngjoo kembali ke sekolah adalah menemukan ponselnya. Ia mengingat-ingat. Ponselnya ia simpan di loker. Youngjoo keluar kelas dan menuju tempat loker. Di depan pintu loker dia membukanya. Ia bernafas lega setelah melihat ponselnya ada di dalam sana.

Kembali ke kelas dengan senang, Youngjoo menghampiri Yunsoul. "Ponselku sudah ketemu," ucapnya seraya menunjukkan.

Yunsoul hanya tersenyum dan mengangguk. Tiba-tiba terasa getaran dari saku seragamnya. Yunsoul merogoh ponselnya. Benar saja. Ada sebuah panggilan dan itu dari Mark.

"Halo, Mark."

"Noo...Noona... Yunsoul Noona.. ak–" Terdengar nada ketakutan di seberang sana.

"A-ada apa, Mark? Apa yang terjadi?" Yunsoul jadi panik. Youngjoo, Taeil, dan lainnya melihat ke arah Yunsoul.

"Kau mendengar suaranya. Temanmu ada pada kami."

"Kau siapa?"

"Kau sudah mengganggu ritual kami dan kau harus bertanggung jawab atas itu."

"HEI! KAU SIAPA? APA YANG KAU LAKUKAN PADA MARK?"

"Datanglah ke stasiun bawah tanah usang di kota ini. Jika kau terlambat ataupun melibatkan polisi, maka kau akan melihatnya sebagai mayat."

"Jika terjadi apa-apa pada Mark, aku tidak akan memaafkanmu."

Tidak ada lagi sahutan.

"Halo? Halo?" Yunsoul melihat ponselnya. Panggilan itu sudah ditutup.

Youngjoo memegang bahu sahabatnya itu. "Yunsoul, ada apa? Apa yang terjadi pada Mark?" tanyanya cemas.

"Mark diculik, Youngjoo. Kita harus segera menyelamatkannya!"

"Apa?" Youngjoo sangat terkejut mendengarnya, begitu pun juga yang lainnya. Mereka bahkan sudah menghentikan aktivitas ketika mendengar Yunsoul panik dan cemas berbicara ditelepon tadi.

"Mark diculik oleh orang yang melukaiku waktu itu. Mereka sepertinya dendam padaku. Mark dalam keadaan bahaya sekarang," jelas Yunsoul dan dia hendak pergi, namun ditahan oleh Youngjoo.

"Kau tidak bisa pergi sendiran, Yunsoul."

"Kau benar. Aku butuh bantuanmu dan juga Hansol Oppa. Hubungi Hansol Oppa dan pergi ke stasiun kereta bawah tanah usang di kota ini. Mereka menyekap Mark di sana. Aku akan pergi duluan ke sana. Dan satu lagi, jangan lapor polisi. Mereka akan membunuh Mark kalau kita melaporkan pada polisi." Yunsoul pun segera berlari pergi setelah mengucapkan itu pada Youngjoo.

"Ah, dia meninggalkanku lagi," gumam Youngjoo. Lalu, perempuan itu menatap kelompok Jaehyun dan Taeyong. "Kalian sudah dengarkan. Teman kami diculik. Jadi, kami tidak bisa melanjutkan hukuman ini. Aku harus segera pergi. Tolong kalian bereskan semua ini," pamit Youngjoo. Dia pun segera meninggalkan kelas. Tidak lupa ia menelepon Hansol untuk meminta bantuannya.

***

次の章へ