webnovel

LANGKAH AWAL

Nadine memoles bibirnya yang sedikit pucat dengan lipgloss. Di pandangi wajahnya depan kaca, nampak sedikit lelah dengan kantung hitam di matanya.

Semalam Nadine tidak bisa tidur lelap, Ardham pamannya datang dalam mimpinya tanpa Nadine minta.

Sungguh tersiksa semalam mendapatkan dirinya sendirian di dalam kamarnya.

Nadine tak bisa melupakan bayangan Ardham sedikitpun walau Nadine sudah berusaha keras.

Rasa cinta dan rindunya telah melekat erat di dinding hatinya. Setitik airmata kesedihan jatuh di pipi Nadine.

Di lihatnya lagi wajahnya di depan kaca , sungguh terlihat sangat menyedihkan.

Nadine tersenyum pedih.

"Nadine lupakanlah Ardham kamu harus berjalan maju." gumam Nadine.

Nadine membuang nafas dengan keras, mengeluarkan semua beban di dadanya yang selama ini mencengkeramnya.

"Tiiiiiinnnn...tinnnnnnnn"

Suara klakson mobil terdengar Nadine membuyarkan lamunannya.

"Siapa pagi-pagi berada di rumahnya, setahu aku  hanya Vio teman dekatku yang tahu rumahku." batin Nadine.

Nadine bergegas menuruni anak tangga dan membuka sedikit tirai jendelanya. Di lihatnya mobil warna merah yang berada di halaman rumahnya.

Nampak sosok wajah yang terlihat di balik samping kaca mobil yang terbuka, wajah yang baru di kenalnya beberapa hari yang lalu.

"MARVIN !! "

"Ada maksud apa, pagi-pagi Marvin sudah berada di rumahnya." Nadine mencoba mengingat, apakah dia telah memberikan alamatnya pada Marvin?

Dengan masih menggantung pertanyaan, Nadine membuka pintu rumahnya dan berjalan mendekati mobil Marvin.

"Hai !" apa yang kamu lakukan pagi-pagi di sini?" tanya Nadine sangat datar dengan wajah dinginnya.

Marvin menoleh dan melemparkan senyum mautnya, namun demikian di lihatnya Nadine tak tertarik membalas senyumnya yang selalu bikin klepek-klepek para wanita.

"Aku menjemputmu, bukannya kita ada tugas dari Pak Anwar untuk mewawancari pengusaha muda yang lagi trend di kota ini?" jawab Marvin keluar dari mobilnya mencoba bersikap santai, karena melihat dari wajah Nadine sepertinya Nadine tidak suka dengan kedatangannya.

"Bukannya kita bisa bahas di kampus? tidak harus datang ke sini." ucap Nadine dengan tidak senang.

"Baiklah aku minta maaf, aku hanya bermaksud baik untuk menjemputmu." Marvin dengan tulus berusaha meminta maaf. Namun kata maafnya seperti angin lalu bagi Nadine.

Wajah Nadine tetap dingin tanpa senyum.

"Pulanglah, kita bisa bertemu di kampus nanti." usir Nadine tanpa perasaan dan rasa bersalah.

Marvin sedikit tersinggung dengan kata-kata Nadine, namun dia menahan ego nya membayangkan kengerian Mamanya Bella di banding dinginnya sikap Nadine yang masih tidak seberapa.

"Aku tidak bisa balik, aku sudah berada di sini untuk menjemputmu..naiklah." kata Marvin mempertahankan niat baiknya.

"Terserah padamu, aku tidak akan pergi bersamamu." kata Nadine bersikeras.

Nadine menghentakkan kakinya dan melangkah keluar meninggalkan Marvin yang masih menatapnya dengan pandangan gusar. Dengan gerakan cepat Marvin mengejar Nadine, dan mengangkatnya dan di panggulnya Nadine seperti karung beras. Nadine berteriak keras dengan perlakuan Marvin yang megangkatnya dengam kasar di pundaknya.

Nadine memukuli punggung Marvin dengan keras.

"Turunkan aku!!" apa yang kamu lakukan haahhh!!!" teriak Nadine menggoyangkan kaki dan tubuhnya agar terlepas dari panggulan Marvin.

Marvin tidak perduli dengan teriakan Nadine, bahkan dia tidak merasakan sakit saat punggungnya di pukuli Nadine seperti orang kesetanan.

Bayangan amarah Mamanya Bella akan lebih mengerikan di banding pukulan Nadine. Dengan sedikit tenaga Marvin membuka pintu mobilnya dan mendorong tubuh Nadine di kursi depan mobil.

Nadine sedikit terlempar dan terduduk di kursi mobil, Nadine berusaha keluar, namun pintu di kunci dari luar oleh Marvin, dan Marvin berputar cepat masuk ke mobil.

Dengan tenaga yang tersisa dan kemarahan yang tidak bisa di tahanya Nadine memukul dada Marvin bahkan pukulannya mengenai wajah Marvin.

Dengan tangkas Marvin menahan serangan Nadine berikutnya dengan mencekal kedua tangan Nadine dengan kuat.

Nadine meronta.

"Lepaskan aku, apa maumu hah !! akan aku laporkan kamu pada polisi, lepaskan aku !!" Nadine mencoba melepas cengkraman Marvin yang sangat kuat hingga pergelangan tangannya terasa sakit.

Putus asa Nadine menangis, dan memohon pada Marvin untuk melepaskan tangannya.

"Lepaskan aku, apa salahku padamu?" tangis Nadine tanpa menundukkan wajahnya yang sudah berurai airmata.

Melihat Nadine yang tidak memberontak dan menangis terisak Marvin melepaskan pegangannya.

Di ambilnya tisu yang berada di depan kaca, di ambilnya beberapa dan diberikannya pada Nadine.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud jahat, aku hanya ingin menjemputmu dan menyelesaikan tugas dari Pak Anwar, itu saja." kata Marvin mencoba meredakan amarah Nadine.

Nadine masih terisak-isak dan menghapus airmatanya dengan tisu yang di terimanya dari Marvin.

"Jangan menangis lagi, aku tidak tahan melihat wanita menangis." kata Marvin lagi.

Nadine melirik Marvin sekilas dan kembali menghapus airmata yang tersisa di pelupuk matanya.

Marvin mengambil lagi tisu dan memberikannya pada Nadine.

"Ingusmu di hidung, belum kamu bersihkan." kata Marvin sambil menunjuk ke arah hidung Nadine.

Nadine terkesiap malu, segera dia menghapus ingus di hidungnya.

Namun di lihatnya di tisu tidak ada ingus sama sekali.

Di liriknya Marvin yang tersenyum di tahan kemudian tertawa lepas.

"Kurang ajar, dia telah di kerjai Marvin!" dengan spontan Nadine memukul kepala Marvin dengan tasnya.

"Aaaauuuwwww, sakit Nadine!!" kata Marvin dengan terkekeh menahan tawanya.

Nadine uring-uringan sekali lagi dia memukul pundak Marvin dengan tasnya.

Namun kemudian Nadine ikut tertawa kecil , mengingat Marvin yang sudah mengerjainya. Marvin tersenyum lega, bisa melihat dan mendengar tawa Nadine untuk pertama kalinya.

Cerita ini sy lebih suka, di banding cerita sy yang pertama, karena sebagian cerita ini ada tragedi penembakan yang menyebabkan Ardham hampir kehilangan nyawanya.

NicksCartcreators' thoughts
次の章へ