webnovel

Terima kasih buat kamu..

Selama perjalanan dalam mobil, sesekali air mata gue jatuh meski bolak balik dihapus, percayalah biarpun gue beneran selamat dari perkosaan itu dan gue sekarang bersama dirles tapi hati gue tetap menagis, gue ga terima sama perlakukan satpam biadab itu ke gue, berusaha untuk ga mengingatnya tapi tanpa diundang bayangan itu selalu muncul, beberapa kali muncul merasa jijik dengan diri sendiri.

Mungkin dirles dapat merasakan hati gue saat ini, dia melihat tubuh gue bergetar akibat isak tangis meski ga menangis sekuat tadi diperpus. Sehingga dia yang tadinya cuma genggam tangan gue doank sesekali dia mengelus tangan gue dengan jarinya bahkan sekarang tangan gue berada berada dipipinya. Dan gue pun menoleh kearah dia.

"gue akan mengobati luka hati lo.." ucapnya lembut meski gue ga paham maksudnya. Gue kembali menunduk ga tahu mau jawab. Bawaan gue menangis mulu dan dirles kembali menjauhkan tangan gue dari pipinya tapi engga melepaskan genggaman tangan kita.

Disinilah gue sekarang tepatnya dikamar, kita telah sampai rumah dan gue tetap digendong dirles sampai kamar. Sekarang gue sendiri disini dan gue masih ga percaya yang gue alami diperpus tadi demi apapun gue ga terima itu. Ingin rasanya gue bunuh diri aja dari pada hidup didunia tanpa cinta mirisnya lagi nyaris diperkosa.

Gue berjalan ke kamar mandi, gue melihat wajah gue yang udah seperti orang gila, wajah sembab mata bengkak dan pipi merah akibat tamparan sibiadab itu.

Gue puas melihat wajah gue depan cermin, puas menertawakan gue sibodoh ini. Namun semakin frustasi saat gue buka jaket dan bra dari badan gue, hati gue beneran marah, bekas lumatan sibiadab itu disekitar tubuh atas gue terutama bagian dada, leher, bibir dan gue seakan terbayang sama perlakuan brutal dia tadi. Seperti kehilangan akal gue kembali menangis menjerit lagi sekencangnya.

"hiks..hiks...aarghhhhh....gue jijik..gw jijik..."

"haks..haks.., gue sungguh menjijikkan ya Tuhan hiks..hiks..." isak gue sambil menghapus bekas dari dia dengan tangan gue.

"hiks...hiks...kenapa ga mati aja sekalian gue.hiks..hiks..apalagi cobaan dari lo Tuhan, belum cukupkan orang tua gue lo ambil Tuhan? belum cukupkah pernikahan gue berantakan Tuhan? belum cukup kah gue menderita hidup tanpa cinta? dan haruskah gue nyaris diperkosa seperti tadi? hiks..hiks.. Apa mau lo dari gue Tuhan?" emosi gue.

"hiks...hiks...gue capek Tuhan..., plis kasihani gue Tuhan, setidaknya jangan kasih beban seberat ini ke gue, hiks..hiks.." tangis gue kembali. Tiba-tiba suara pintu mengagetkan gue, mata gue kembali kearah cermin. Dan gue melihat dia suami gue masuk kekamar mandi berdiri depan pintu tepatnya dibelakang gue.

"dirles....." cicit gue pelan.

****

Setelah gue gendong dia kekamar, gue berpikir mungkin khristal butuh sendiri dulu. Mungkin dia ingin kembali menangis lagi dan gue memahami dia saat ini.

Meskipun gue keluar dari kamarnya tapi gue ga pergi dari depan kamarnya, gue masih setia dibalik pintu kamarnya, asal kalian tahu mengingat kejadian brutal yang dialaminya tadi gue menangis, gue marah, gue kecewa bahkan gue menjadi orang brengsek yang ga bertanggung jawab sama istrinya.

Ingin membalas sikapnya ke khristal, gue hajar sibiadab itu sampai gue benaran puas. Tapi itu pasti ga seberapa dibanding luka fisik dan batin khristal. Gue benci dengan diri gue yang gagal jaga dia. Hal ini kembali mengingat masa indah kami dulu sebelum nikah, dimana selalu tiap saat bersama dia, menjaga dia, melindungi dia tapi sekarang semua itu hilang disaat kita menikah.

Gue dapat mendengar dia menangis dalam kamar, namun saat dia berteriak kembali gue langsung panik dan tanpa izin dari dia gue kembali masuk kamarnya. Namun kosong, pikiran gue semakin kacau saat dia ga dikasurnya, pikiran gue udah negatif takut dia kenapa-kenapa.

Namun suara itu berasal dari kamar mandi, ketika gue mau buka pintunya dia kembali bersuara tapi kali ini dia seperti lagi marah sama seseorang. Gue menahan tangan gue digagang pintu.

Tanpa terlewatkan satu kata, gue mendengarkan semua ucapan dia. Tampaknya khristal lagi curhat sama Tuhan, mengadu, marah dan bertanya sama Tuhan tentang hidupnya.

Namun hati gue sakit saat dia mengatakan bahwa dia hidup tanpa cinta, gue baru menyadari berarti dia selama ini berusaha berpura bahagia.

"maafin gue khris.." lirih gue.

Ga ingin dia semakin kacau didalam, gue langsung masuk kamar mandi. Namun ada yang bikin gue syok bahkan jantung gue lemas, hati gue teriris dan kaki gue seperti jeli bukan karena dia tanpa busana tapi karena melihat sekujur tubuhnya terutama bagian depannya. Ya Tuhan sibangsat itu bener kurang ajar. Emosi gue seakan meledak mengingat cara brutal dia ke khristal.

"dirles....." ucapnya pelan namun kaget karena gue udah berada dibelakangnya.

Mendengar dia memanggil nama gue aja, air mata got kembali jatuh. Gue merasa panggilannya seakan mencari dan minta pertolongan sama gue atas kejadian tadi, tapi gue malah ga ada disaat dia cemas dan ketakutan, gue beneran brengsek.

Gue melangkah mendekati dia tepatnya berdiri dibelakang tubuhnya. Dan punggung telanjangnya serta dada gue bersentuhan meski gue masih pake kaos. Gue semakin sesak melihatnya saat tatapan kita ketemu dicermin, air mata dia jatuh lagi sambil menunduk dan dia berusaha menutup tubuhnya dengan menyilangkan tangannya dibagian depan.

Gue tahu dia pasti merasa malu dengan bekas lukisan jelek sibiadab itu disekitar tubuhnya. Gue ga mau dia merasa takut sama gue dan malu apa lagi benci dengan dirinya sendiri.

Sekali helaan nafas, gue membuka kaos putih gue. Gue ingin dia berbagi lukanya sama gue. Gue memegang tangannya yang dia silangkan untuk menutup tubuh depannya. Awalnya dia mempertahankan tetap menyilangkan tangannya. Namun dengan kesabaran gue untuk bisa meyakinkan dia bahwa dia ga perlu malu.

"khris.., gue suami lo dan lo istri gue.." hanya itu yang gue ucapkan sambil melepaskan secara perlahan tangan dia. Meski tangannya terlepas tapi dia menutup matanya. Dan gue kembali berbisik tepat disampingnya telinganya.

"lo emas khris..." dan matanya perlahan terbuka. Kita kembali bertatapan lewat cermin.

"dir..." tegurnya. Dan gue membalikkan badannya sekarang kita berhadapan langsung. Gue mengangkat dagunya dengan lembut.

"lo emas khris, gimana pun kondisi lo sekarang atau selanjutnya lo tetap berharga dimata gue." gue melihat airmatanya jatuh lagi.

"maaf dir...hiks..hiks..gue hampir ga bisa jaga diri gue hiks..hiks.." tangisnya kembali.

"ini salah gue khris. Bukan salah lo..gue yang minta maaf ke lo." bantah gue pelan.

"hiks..hiks.,andai gue mendengarkan kata julia tadi mungkin ini ga terjadi hiks..hiks..dan maaf udah menganggu waktu lo sama sera dir.." ucapnya nyesal. Ini yang gue ga suka denger dari dia selalu merasa bersalah

"hey..hey..denger gue khris, ini 100% salah gue seharusnya gue ga ninggalin lo dikampus, seharusnya ga nerima ajakan sera. Ini salah gue, bukan salah lo khris,, pliss jangan merasa bersalah khris.., maafin gue yang ga nolong lo lebih awal." ucap gue meyakinkan dia bahwa dia ga salah.

"hiks..hiks.., gue malu dir..gue malu sama lo, hiks...hiks...satpam itu mencium paksa wajah gue dir..hiks..hiks..dia udah menyentuh dada gara, leher gue, gue jijik dengan diri gue dir..hiks..hiks.." tangisnya sambil menggosok tubuhnya pake tangannya sendiri dengan kasar. Ucapan dan tindakan nya ini beneran bikin gue teriris lagi.

"gue akan menghapus bekas sibangsat itu.." tegas gue sambil menghidupkan shower dan membawa dia berada dibawah shower disinilah kita berbasahan dibawah shower. Gue mengambil sabun dan menggosok bekas sibangsat itu di tubuh dia terutama bagian leher, perut dan dada nya.

Namun bedanya gue dengan dia, kalau dia menghapus dengan kasar tapi gue menghapus dengan lembut, gue ga ingin kasar dan malah mengingatkan dia dengan kejadian diperpus tadi. Gue ingin buktikan bahwa gue bukan salah satu pria sebangsat satpam itu.

Selama kita diguyur air shower, gue memandikan dia. Yang awalnya dia seperti ketakutan tapi karena gue memperlakukan dengan lembut akhirnya dia rileks juga, sesekali gue melihat dia dan dia juga tertangkap basah ngintip wajah gue.

Gue sedikit tenang dan lega setidaknya dia ga sefrustasi tadi, setidaknya dia mulai tenang. Dan setelah kita selesai mandi gue ambil kimono untuk menutup tubuh polos gue dan gue juga memakaikan kimono ketubuhnya. 

Ketika gue ngelap rambutnya yang basah dan tatapan kita jumpa, entah setan apa masuk ketubuh gue. Gue mencium bibirnya dengan pelan dan lembut, gue juga ngerasa dia syok tapi dia ga menolak apa lagi berontak.

Seakan dapat lampu hijau setelah beberapa menit, dia membalas ciuman gue dengan lembut juga. Gue lalu menggendong dia dan membawa kekasur, seakan kita tak ingin berhenti malah seperti meminta lebih, tapi sebelumnya gue melepaskan kembali kimono kita, dan sekarang tubuh kita berdua polos tanpa sehelai benang.

"khris...izinkan gue menghapus secara langsung bekas sibangsat itu dan sibangsat itu juga ga pantas mendapatkan emasnya dirles.." dan dia masih diam namun air mata masih menetes.

"khris, mari bersama senang, bersama tertawa,bersama menangis dan bersama terluka, gue yang akan mengobati hati lo yang terluka." ucap gue pelan sambil menghapus air matanya disudut matanya. Dan dia pun mengangguk.

"Gue, Dirles Swidjer dan Khristal Natama telah melakukan hubungan suami istri yang sebenarnya, dari hati dan tanpa ada PAKSAAN..!!" tegas gue dalam hati.

•~•~

(Siapa setujuh mereka bersatu kembali? 🙋

Atau berpisah saja?🙋)

次の章へ