Wen Mo mengusap-usap punggung Chi Wan dengan perlahan dan lembut, seketika membuat perasaannya menjadi tenang.
Kemudian dengan perlahan Chi Wan mengangkat wajahnya dan melihat ke atas menatap mata Wen Mo yang berbinar, membuat perasaan menjadi damai.
Ekspresi wajah Wen Mo sangat tenang, ia merasa, selama ada dirinya di sana, Chi Wan pasti aman. Masalah apapun yang terjadi pasti akan terselesaikan.
"Hm…."
Chi Wan menghela nafas panjang. Kemudian Wen Mo memeluk Chi Wan dan perlahan mendekap kepala Chi Wan pada dadanya. Chi Wan pun tidak keberatan ketika Wen Mo memeluknya, ia hanya menurut saja padanya. Prilaku Chi Wan saat itu membuat Wen Mo teringat pada kucingnya yang ia rawat sejak masih muda, kucingnya itu sangat patuh dan menurut pada Wen Mo.
Setelah itu, Wen Mo pun tidak lagi meninggalkan Chi Wan sendirian, kemanapun ia pergi Chi Wan selalu ikut dengannya. Perilaku mereka pun kemudian memancing perhatian orang-orang yang ada di dalam aula.
Meskipun demikian Wen Mo tidak peduli dengan penilaian orang lain. Ia masih tetap memeluk tubuh kecil Chi Wan itu, hingga saat ini pun Wen Mo terus memikirkan, sebenarnya apa yang telah terjadi dengan Chi Wan?
Chi Wan bukanlah tipe perempuan yang lemah, ia memiliki karakter yang kuat.
Kini Chi Wan seperti seekor landak yang sensitif dan langsung mendirikan durinya sendiri ketika ada bahaya yang mengancam dirinya.
Jika ada seseorang yang menggertaknya, tentu saja Chi Wan tidak bisa terima.
Chi Wan lebih memilih masa depannya hancur daripada ia harus kehilangan martabat dan prinsipnya!
Chi Wan tahu bahwa dirinya sangat melekat pada Wen Mo, sebenarnya ia pun sadar bahwa yang ia lakukan itu tidak baik jika dilakukan di depan umum. Tetapi saat ini sepertinya ia sudah tidak pedulikan lagi dengan hal itu.
Wen Mo pun mengabaikan suara orang-orang yang membicarakan dirinya dengan Wen Mo, ia menganggap suara mereka sama seperti suara hentakan kaki saat menuruni lantai.
Chi Wan hanyalah seorang wanita.
Saat Chi Wan ada di dekatnya ia pun merasakan aroma tubuh Wen Mo yang harum.
Ketika Wen Mo memeluknya, hati Chi Wan pun perlahan menjadi tenang.
Dengan begitu, Chi Wan sedikit merasa aman.
Chi Wan hanya diam dan berusaha untuk tetap tenang, meskipun dalam hati sebenarnya ia masih gelisah. Ia merasa bahwa Wen Mo adalah sosok pria yang dapat diandalkan, bagi Chi Wan perasaannya pada Wen Mo saat ini sangat aneh mengingat Wen Mo adalah sosok pria yang baru dikenalnya.
Wen Mo sambil memberikan segelas jus, ia pun bertanya pada Chi Wan, "Apakah perasaanmu sedikit lebih baik saat ini?"
Chi Wan pun menjawab, "Jauh lebih baik!"
Beberapa saat kemudian akhirnya Wen Mo pun selesai berdiskusi dengan sekretaris dari biro perencanaan. Setelah itu Wen Mo melihat situasi yang ada di sekelilingnya lalu ia segera mengambil segelas anggur dan bersulang untuk hubungan kerjasamanya dengan biro perencanaan.
Wen Mo mengajak semua orang yang ada di sana untuk bersulang dengannya.
Kadang saat Wen Mo bertemu dengan beberapa orang yang kelihatannya memiliki kehidupan yang baik-baik saja, namun ia juga tidak tahu apa sebenarnya perasaan seperti apa yang ada di hati mereka, tekanan hidup seperti apa yang harus mereka hadapi. Sebagai manusia kita hanya bisa melihat mereka dari luarnya saja tapi tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya.
Begitu juga halnya saat orang lain melihat kita, mereka hanya tahu kita dari luarnya saja dan tidak tahu apa yang sebenarnya sedang kita rasakan.
Karena hal itu sering kali Wen Mo tidak memperdulikan sudut pandang orang lain tentang dirinya.
Bukan berarti ia menganggap orang lain tidak ada, namun ia hanya….. tidak terlalu memikirkan penilaian orang lain tentang dirinya.
"Hei, Tuan Wen."
Mendengar suara pria yang tidak asing itu, lalu Chi Wan pun mengernyitkan dahinya, sambil memegang tangan Wen Mo dengan erat.
"Wahh kebetulan sekali, ada Dewi di sini!"
Rong Xi yang saat itu sedang berdiri beberapa meter darinya itu kini ia melihat keberadaan Chi Wan di sana, kemudian ia yang sedang sibuk saat itu pun langsung bergegas dan kemudian menghampiri Chi Wan. "Kamu juga ada di sini!"
Chi Wan merasa bahwa saat ini Rong Xi cukup sopan padanya. Namun karena Chi Wan sedikit terkejut, ia hampir saja tidak membalas sapaannya.
"Dewi, masalah yang terjadi kemarin, maaf aku mungkin sudah mempermalukanmu! Kamu jangan tersinggung ya!"
Rong Xi terlihat baik, seperti sejenis anjing yang meminta untuk dipeluk. " Aku bersumpah untuk tidak mengulangi perbuatanku yang seperti kemarin lagi! Aku juga tidak akan membiarkanmu diintimidasi!"
Gu Xicheng bergerak dan menghela nafas. "Aku takut orang-orang yang dengan sengaja menjual dirinya, hanya untuk mencukupi kebutuhannya dan membantu perekonomian keluarganya."
Rong Xi sambil merapikan rambutnya, ia mengejek Gi Xicheng sambil bercanda, "Dia memang selalu begitu, tidak bisa menjaga mulutnya! seperti burung yang terus mengoceh!"
Kemudian Gu Xicheng pun kembali menjawab, "Jika kamu kasih uang tutup mulut , maka aku akan segera berhenti mengoceh!"
Gu Xicheng meregangkan tangan. Kemudian mereka pun tertawa.