Nalan Ji merasa ingin mati setelah Nalan Hongwu memukul kepalanya. "Apa salahku? Kenapa Kakek memukulku?"
'Kenapa aku tak bisa membunuh Andariel walaupun aku level 2? Tidak, aku harus naik level dan menjadi lebih kuat. Aku tidak boleh ketinggalan.' Pikir Nalan Ji.
Tiga jam kemudian….
"Kenapa aku belum mendapatkan perintah apapun?" Kultivator berjubah hitam menjadi sangat bingung.
Sementara itu, Nalan Ji sudah sampai di Dark Wood. Di layar sudah ada segerombolan binatang buas raksasa yang sedang mengejarnya.
Tubuh binatang buas tersebut sangatlah besar, tetapi ia bisa mengejar Nalan Ji dengan sangat cepat, terutama monster berbulu abu-abu dan putih yang ada di tengah. Monster itu berlari lebih cepat daripada yang lainnya.
'Sial, aku kehabisan tenaga!' Batin Nalan Ji sambil melihat bar staminanya yang semakin berkurang, dan tidak bisa berlari lagi.
Assassin memiliki HP yang lebih sedikit, dan hanya bisa bertempur dalam jarak dekat sehingga staminanya cepat habis. Karena itulah binatang buas yang cepat dan ganas adalah musuh bebuyutan mereka.
Karakter Nalan Ji langsung dikepung oleh segerombolan binatang buas dalam sekejap.
Tak lama kemudian layar komputer pun menjadi gelap, lalu terdengar jeritan tak terima.
Tulisan berwarna merah pun muncul di layarnya. [Kamu telah mati!]
"Aku mati begitu saja?!"
Nalan Ji meratapi layarnya dan tak mau menerima kenyataan pahit tersebut.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Bagaimana seseorang bisa membunuh monster seperti itu?" Nalan Ji kemudian tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Lalu giok komunikasi yang terletak di pinggangnya bergetar.
"Hm?" Ia mengambil giok tersebut. "Astaga! Aku hampir lupa tentang ini!"
Nalan Ji lalu segera mengirimkan pesan agar segera membawa orang untuk datang.
Kultivator berjubah hitam yang menerima pesan tersebut langsung mengeluarkan perintah. "Ada pesan! Kita langsung ke sana sekarang juga!"
Beberapa menit kemudian, Fang Qi melihat seorang kultivator berjubah hitam menerobos masuk bersama dengan dua orang lainnya.
Kultivator berjubah hitam itu langsung mencari Nalan Ji, dan segera bertanya dengan nada pelan. "Siapa yang harus kami bunuh?"
"Apakah ada orang yang ingin membuat onar?" Tanya Fang Qi yang langsung berdiri dari kursinya.
"Bunuh apa?" Nalan Ji justru balik bertanya. "Bantu aku membunuh Treehead Woodfist!"
(Treehead Woodfist adalah monster raksasa yang dapat ditemukan di Dark Wood. Monster ini sangat kuat, besar, dan cepat)
"Pak, aktifkan 3 akun Diablo untuk mereka!"
"Hm?" Ketiga orang itu langsung membelalakkan mata melihat kelakuan Nalan Ji.
"Apa yang sedang kamu bicarakan?" Tanya orang di belakang Nalan Ji yang terlihat terkejut.
Setelah Fang Qi mendengar percakapan mereka, sepertinya mereka bukanlah pembuat onar. "Mengapa mereka sampai terkejut begitu? Ini kan hanya game." Ujar Fang Qi.
...
Sementara itu, di luar toko ada An Huwei yang telah membawa satu tim tentara elit, bersama dengan dua kultivator. Salah satu kultivator tersebut berjubah putih, bertubuh pendek dan agak gemuk. Sedangkan yang satu lagi adalah pria paruh baya berjubah hitam. Mereka semua berjalan menuju toko Fang Qi.
"Saudara An," Panggil pria berjubah hitam panjang yang bernama Bu Lei. "Apakah Diablo benar-benar menyenangkan, seperti yang kamu bilang itu? Na... orang itu juga bermain game ini?"
"Tentu saja!" Balas An Huwei lalu tertawa keras. "Kemarin aku bermain selama enam jam, dan sudah naik hingga level 4. Aku bahkan mendapatkan dua barang langka berwarna kuning."
An Cheng mengikuti mereka di belakang dalam diam, karena ia tak tahu harus berkata apa.
"Paman An, kami sudah menemukan banyak barang langka." Ujar Ouyang Chen dengan suara pelan.
"Diam!" Ujar kultivator bertubuh gemuk sambil melototi Ouyang Chen. "Kamu turuti saja ucapan Paman An."
Ouyang Cheng pun langsung terdiam.
"Kita sudah sampai." Ujar An Huwei sambil terkekeh.
"Seluruh pengawalku sudah level 4, dan mereka memiliki satu barang emas. Biar nanti mereka membantu kalian." Ujar An Huwei dengan bangga.
"Maaf merepotkan mu, saudara An!" Balas dua orang temannya yang merasa agak canggung.
"Biasa saja, jangan sungkan begitu."
Sementara itu, Jiang Xiaoyue yang duduk di belakang meja resepsionis terlihat sedang melihat satu persatu pelanggan yang terus berdatangan. Apalagi pelanggan lama seperti Song Qingfeng dan lainnya, mereka datang pagi sekali, dan langsung membayar untuk enam jam, serta sebotol Sprite. Sedangkan pelanggan baru.....
Jiang Xiaoyue mengedipkan mata besarnya dan berpikir. "Bukankah itu Pemimpin kota?"
Ia datang begitu pagi dengan dua orang lainnya.
"Tolong aktifkan dua akun game Diablo!" Teriak An Huwei. "Dan juga... masing-masing sebotol Sprite."
"Sprite?" Ouyang Zhen dan Bu Lei melihat loli kecil itu memberi mereka masing-masing satu botol kaca yang dingin. "Saudara An, kenapa minuman di toko ini begitu mahal?" Tanya mereka sambil melirik ke arah An Huwei.
"Minuman di toko ini sangat luar biasa, cobalah. Aku berani jamin kalau minuman ini lebih enak daripada wine terbaik di Paviliun Qingfeng dan Mingyue." Ujar An Huwei lalu tertawa puas.
"Benarkah?" Mereka berdua langsung menyeruput minuman tersebut, dan langsung merasakan rasa segar mengalir di kerongkongan hingga menjalar ke seluruh tubuh mereka.
Minuman tersebut membuat mereka merasa segar dan senang.
"Minuman ini..." Ujar mereka berdua sambil menatap satu sama lain yang terlihat terkejut.
"Sebenarnya bagaimana rasa minuman itu?" Gumam Jiang Xiaoyue sambil melihat mereka dengan sangat penasaran. "Bagaimana bisa semua orang yang meminumnya menunjukkan ekspresi yang sama di wajah mereka? Apakah benar seenak itu minumannya?" Ujarnya sambil menyentuh mulutnya.
"Hahahaha! Apa ku bilang." Ujar An Huwei sambil menepuk pundak kedua temannya. "Minuman ini akan memberimu lebih banyak tenaga."
"Minuman ini benar-benar luar biasa." Ujar Ouyang Zhen. "Apakah masih ada? Aku ingin membeli beberapa botol."
"Aku juga!" Seru Bu Lei. "Gadis kecil, berapa banyak botol Sprite yang tersisa? Aku ingin beli semuanya."
Jiang Xiaoyue tak menyangka mereka akan membeli semua Sprite yang ada. Ia kemudian meniru nada bicara Fang Qi dan menjawab dengan ketus. "Setiap orang hanya bisa membeli satu botol per hari."
"Peraturan macam apa itu?"
"Bagaimana bisa ada peraturan seperti itu?" Mereka berdua langsung marah. "Panggil Bosmu ke sini, aku ingin berbicara langsung dengannya."
'Siapa mereka? Mengapa mereka marah hanya karena tidak bisa membeli minuman, yang bahkan tidak bisa meningkatkan energi spiritual mereka, padahal minuman ini begitu mahal.' Batin Jiang Xiaoyue sambil memasang ekspresi datar.
An Huwei yang sudah mengantisipasi kemarahan kedua temannya pun tertawa. "Jangan marah, toko ini memang memiliki peraturan, jadi lebih baik kita bermain game saja. Ayo kita bermain game!"
"Eh… begitu ya?" Kedua pria paruh baya itu merasa sedih karena tidak bisa meminum lebih dari satu botol per hari.
Jiang Xiaoyue lalu menatap botol sprite yang mereka genggam dengan tatapan curiga. "Apakah pemilik tempat ini juga menaruh zat adiktif dalam minuman itu?"
"Oh ya, di mana bocah-bocah nakal itu." Ujar Ouyang Zhen sambil menikmati Sprite nya dan membuka game sesuai penjelasan dari An Huwei. "Kemana mereka pergi?" Tanya Ouyang Zhen sambil melihat ke sekeliling.
Setelah An Cheng dan lainnya duduk di depan komputer mereka masing-masing, tetua Fu langsung memukul belakang kepala mereka seraya bertanya, "Kenapa kalian baru datang? Kami sudah berada di Jail Level 3."
Hal tersebut membuat An Cheng langsung berwajah suram. Lagipula siapa yang akan percaya kalau ia cerita, bahwa ayahnya yang memaksanya untuk mendiskusikan game Diablo semalaman?
"Aku datang! Buka portal untuk kami!"
"Sialan, kalian bermain game tanpa aku lagi!" Ujar Li Haoran yang segera menghampiri mereka.
"Ayo, ayo! Kita bunuh Andariel! Setelah kita mengalahkannya, kita bisa menyelesaikan Act 1 ini."
"Ayo, kalian cepatlah!!" Ujar Nalan Hongwu sambil memandangi mereka. "Aku sudah lama menunggu kalian."
"Ah..." Ouyang Zhen dan Bu Lei saling memandang lalu berkata, "Anak-anak nakal itu bermain dengan orang itu?!"
"Aku rasa mereka dan orang itu akan membunuh Andariel." Ujar An Huwei sambil menggosok hidungnya dengan canggung.
Saat mereka mendengar kata Andariel, mereka berdua merasa malu. Sebagai seorang ayah, bagaimana bisa mereka lebih payah daripada anak-anak mereka sendiri?
"Ayo, kita harus cepat!" Ujar An Huwei dengan canggung. "Nanti kita bisa minta sedikit peralatan emas dari mereka. Aku dengar, semakin lama kita bermain, maka permainannya akan menjadi semakin sulit."