Bagi pemain game yang ada di dunia ini, Resident Evil Satu sama dengan puisi yang indah!
Alur cerita utamanya sederhana, tetapi saat mereka bisa menolong rekan-rekan timnya, mereka menjadi sangat bangga terhadap diri mereka sendiri. Bahkan dalam novel-novel populer, jarang menggambarkan pemeran utamanya untuk menjadi sosok yang lebih berani, karena jika penulis melakukan kesalahan sekecil apapun, maka penulis akan membuat keseluruhan novel menjadi tidak realistis.
Namun dalam game Resident Evil Satu berbeda, jalan ceritanya tergantung pada pemain itu sendiri. Apakah kalian tidak mempercayai pengalaman pribadi kalian sendiri?
Selain itu, detail dalam gamenya luar biasa bagus, dan tiap karakter juga digambarkan dengan sempurna.
Setelah Fang Qi menyelesaikan gamenya, yang lain juga melanjutkan petualangan mereka hingga akhir. Setiap pengalaman dan rekan tim yang mereka temui di dalam game terlihat sangat nyata.
Misalnya, misi yang pertama kali keluar adalah rekan staf medis dari tim Bravo yang bernama Rebecca. Gadis tersebut terlihat seperti gadis muda yang lemah, tetapi ternyata ia adalah seorang gadis yang cerdas dan menolong pemain di sepanjang permainan. Rebecca akan menyediakan berbagai macam alat medis dan bisa membuatkan berbagai jenis obat, bahkan ia bisa membantu karakter utama untuk menyelesaikan teka-teki selama permainan berlangsung.
Selain itu, masih ada Barry yang datang untuk membantu karakter utama Jill. Barry juga sangat kuat. Paman paruh baya tersebut memiliki magnum revolver yang hebat dan telah berulang kali menyelamatkan Jill dari bahaya.
Ada juga Richard, rekan tim yang rela membahayakan hidupnya untuk menolong pemain. Kematiannya membuat pemain yang memainkan karakter wanita maupun pria menjadi tersentuh dan bersedih.
Saat ini, masih belum ada forum diskusi game, tetapi itu tidak mempengaruhi para pemain untuk mendiskusikan alur cerita game yang mereka mainkan.
Bagi mereka, dunia yang ada dalam Resident Evil terlalu eksentrik dan aneh. Hal itu membuat mereka penasaran dan menjadi semakin ingin menjelajahi dunia game tersebut.
Selain itu, semua level dan teka-teki serta ancaman berbahaya yang ada di dalam game tampak sangat nyata.
Paviliun Qingfeng dan Mingyue.
Kedai Yunshan dan Paviliun Qingfeng dan Mingyue adalah dua restoran terbaik di kota Jiuhua.
Paviliun ini berada di bagian tersibuk di kota. Meja dan kursi yang ada di dalamnya terbuat dari kayu pir yang berumur ribuan tahun, yang membuat restoran ini terlihat elegan dan mencolok. Semua pelanggannya adalah orang kaya atau keluarga bergengsi, bahkan juga seorang kultivator.
"Zixin, tidak biasanya kamu datang ke sini. Kenapa hari ini kamu tiba-tiba datang ke restoran?" Seorang gadis berbaju hijau kebiruan duduk di seberang Xu Zixin. Ia adalah Shen Qingqing, ia kemudian bergumam, "Hari ini aku sangat marah. Aku tidak menyangka kalau warnet itu sudah ramai sejak pagi."
"Jangan dibahas lagi!" Kata Xu Zixin sambil mengambil cangkir dan menyeruput tehnya. Daun teh longjing sangat segar dan wangi, sehingga bisa memperbaiki suasana hati yang tertekan. Ia meminum tehnya sambil melirik suasana di luar jendela.
"Kalau begitu kita berbincang tentang Resident Evil saja." Shen Qingqing pun terkekeh. "Kamu tidak pernah memberitahuku dari mana zombie itu muncul."
"Oh itu… ." Xu Zixin tampaknya tidak menolak untuk membahas topik tersebut. Lagipula mengobrol adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu di situasi seperti ini. "Sepertinya itu dikarenakan virus T. Seluruh hewan, tumbuhan hingga manusia terinfeksi oleh virus itu dan bermutasi menjadi zombie."
"Sekuat itu ya… ." Shen Qingqing tampak khawatir. "Akankah virus itu menyebar? Kalau iya, seluruh penduduk yang ada di kota Rakun akan menderita."
"Apakah kamu tidak melihat akhir game yang dimainkan oleh pemilik toko?" Tanya Xu Zixin yang tak dapat menahan tawanya. "Seluruh mansion meledak, dan virusnya tidak akan menyebar."
"Benar juga!" Mendengar apa yang diucapkan Xu Zixin membuat Shen Qingqing menjadi lebih tenang.
Tak jauh dari mereka berdua, beberapa orang juga sedang mendiskusikan tentang Resident Evil.
Dari umur dan pakaian mereka, bisa diketahui kalau mereka adalah siswa dari sekolah Lingyun.
Seorang pemuda berbaju putih duduk dengan seorang gadis yang juga berpakaian putih. Jika salah satu dari mereka adalah Song Qingfeng, pasti ia langsung mengenali mereka. Mereka adalah Xi Qi dan Xi Xiaoyun.
"Song Qingfeng dan lainnya datang pagi sekali!" Protes Xi Qi sambil menggebrak meja untuk melampiaskan amarahnya. Ia lalu berkata, "Warnet Internet Super sudah kehabisan kursi pagi ini! Bagaimana bisa ada begitu banyak pengunjung di sana?"
"Tuan Xi, sudahlah." Ujar pemuda berwajah kotak. "Lagipula mereka hanya bisa bermain selama enam jam. Nanti kita pasti masih bisa dapat kursi."
"Kenapa pemilik toko tidak membatasi waktunya menjadi satu jam saja?" Kata Xi Qi yang suasana hatinya sedang buruk.
"Seharusnya pemilik toko membatasi waktu bermain Song Qingfeng dan lainnya menjadi satu jam, sedangkan kita bisa bermain selama dua belas jam dalam sehari. Hahaha... membayangkannya saja sudah membuatku menjadi sangat bahagia!" Pemuda berwajah kotak itu mulai mengkhayal.
"Kalau saja benar-benar bisa terjadi… ." Ujar Xi Qi sambil tersenyum, kini suasana hatinya menjadi lebih baik. "Kamu benar, mereka hanya punya waktu enam jam. Saat waktu mereka habis, mau tak mau mereka harus berhenti bermain, bukan?"
"Oh ya, Wang Yuanjiang, kamu sudah sampai level mana di dalam game?" Tanya pemuda berwajah kotak. "Ayo kita membicarakan tentang teknik dan kemampuan di Resident Evil. Kita tak bisa membiarkan Song Qingfeng dan lainnya mendahului kita!"
"....." Di dunia ini, masih belum ada forum game, karena itulah mereka membahasnya langsung saat bertemu seperti sekarang.
"Resident Evil? Super?" Seorang pria berumur tiga puluh tahun yang duduk tidak jauh dari segerombolan orang tadi, mengulang apa yang barusan ia dengar dengan bingung. "Nama yang aneh."
Ia mendengar percakapan mereka yang membahas tentang sesuatu yang sama sekali belum pernah ia dengar sambil makan.
Ia adalah Nalan Mingxue, siswa dari kelas A yang tinggal di asrama Huang di sekolah Lingyun. Ia dikenal sebagai siswa jenius dan paling berbakat yang bisa ditemukan dalam satu abad sekali oleh para guru di akademi.
Orang-orang seperti Song Qingfeng yang baru saja menjadi seorang prajurit, sudah merasa bahwa dirinya adalah kebanggaan bagi akademi Lingyun. Akan tetapi, Nalan Mingxue sudah berada di tahap akhir dari pelatihan untuk menjadi seorang prajurit dan akan maju menjadi seorang prajurit master!
Tak ada siswa lain yang memiliki bakat seperti Nalan Mingxue. Cepat atau lambat, ia pasti akan dipromosikan ke rumah Xuan.
Ia memiliki mata yang berbinar, dan gigi putih serta kulit yang cerah bersinar.
Ia berbeda dengan gadis-gadis cantik pada umumnya, yang bibirnya berwarna merah muda. Nalan Mingxue memiliki bibir yang pucat dan putih seperti salju.
Namun ia tidak terlihat lemah atau sakit-sakitan, bibirnya justru membuatnya menjadi tampak dingin dan elegan.
Sorotan matanya tampak sedingin salju, dan seluruh tubuhnya mengeluarkan aura dingin dan membuat orang lain tidak berani mendekatinya.
Jika kebanggan sekolah Lingyun pada kelas A adalah bintang, maka ia akan menjadi bulan, dan membuat semua bintang itu malu untuk menyinari langit!
Siswa sepertinya biasanya tinggal jauh di dalam kota dan jarang menunjukkan diri mereka sendiri. Setiap kali ia muncul di depan umum, ia akan segera menjadi pusat perhatian.
Tetapi ia sadar bahwa ada hal yang berbeda dari harapannya hari ini.
Selama beberapa hari terakhir, para siswa terus membicarakan tentang tiran, peluncur roket, dan zombie. Ia sama sekali tidak mengerti dengan semua itu.
Sekarang, ada belasan siswa yang sedang berkumpul di paviliun Qingfeng dan Mingyue untuk membahas tentang topik itu dengan seru, seolah hanya ada mereka di tempat ini.
"Orang-orang ini buta ya!" Seorang gadis berpakaian hitam yang duduk di samping Nalan Mingxue tampak mendengus jijik sambil melototi siswa yang lain. "Nona Nalan, ayo pergi."
"Tidak." Nalan Mingxue menggelengkan kepalanya dengan lembut. Ia tidak ingin pergi karena tertarik dengan apa yang sedang mereka bicarakan.
Biasanya siswa lain akan langsung terpana dengan kejeniusannya, tetapi mereka justru tidak memperhatikan keberadaanya.
Walaupun ia baru mendaftar ke sekolah Lingyun, tetapi ia adalah wanita yang ambisius. Ia merasa, dengan keterampilannya, yang perlu ia lakukan adalah mengerahkan sedikit usaha dan seluruh kelas A yang memanggilnya si jenius, akan langsung mendengarkannya. Namun sekarang… .
Ia justru seolah sedang dipermainkan dengan keadaan.
"Kita dengarkan dulu apa yang sedang mereka bicarakan."
Karena penasaran, ia pun berhenti di depan para siswa tersebut.
"Aku pikir kita perlu menikahi seorang wanita seperti Rebecca di masa depan. Ia lembut, perhatian, cerdas dan imut." Seorang pemuda berwajah persegi terus mengoceh.
"Hahahaha! Apakah kamu ingin sekali bersama Rebecca? Aku pikir zombie wanita yang paling cocok untukmu!"
"Aku pikir monster pemburu juga tidak buruk!"
"Sialan!" Pria muda itu langsung marah karena malu. "Begitu aku mendapatkan peluncur roket, aku akan meledakkan kalian menjadi berkeping-keping!"
"Pemilik toko mengatakan bahwa kita harus menggunakan karakter Chris atau Jill untuk mendapatkan bentuk kedua dari tiran sebelum kita mendapatkan roket peluncur. Kalau tidak, walaupun kamu mendapatkannya, kamu tidak akan memiliki kesempatan untuk menggunakannya. Dengan keahlianmu, kamu akan membutuhkan waktu seratus tahun untuk berlatih lagi! Dapatkan senapan terlebih dulu sebelum berfantasi tentang peluncur roket!"
"Oh, apa kamu dengar kalau Song Qingfeng dan teman-temannya menemukan cara lain untuk mendapatkan senapan dan magnum revolver?"
"Apa? Bagaimana mereka bisa langsung mengetahuinya?!"
"Bagaimana mungkin? Dengar-dengar Song Qingfeng dan lainnya menggunakan segala macam cara untuk mencoba mendapatkan senapan, termasuk menutup pintu, tetapi mereka selalu jatuh dalam perangkap dan mati. Pada akhirnya, Wang Tai memberi tahu mereka bagaimana cara melakukannya. Aku kira mereka memberikan sesuatu sebagai balasannya."
"Itu cukup bagus untukmu! Revolver magnum adalah senjata pamungkas yang digunakan pemilik warnet untuk melawan tiran!"
Nalan Mingxue pun mengerutkan dahinya saat mendengar percakapan mereka.
"Maaf, bolehkah aku menyela?" Gadis berbaju hitam itu pergi untuk bertanya pada segerombol pemain game. "Apa yang sedang kalian bicarakan?"
"Kita berbicara tentang warnet Super Internet yang terletak di sebelah timur kota." Setelah melihat Nalan Mingxue, pemuda berwajah persegi itu segera berbalik dengan kaget dan menjawab dengan sopan.
"Game?" Tanya Nalan Mingxue sambil mengerutkan keningnya. Jawaban barusan benar-benar diluar dugaannya.
"Mereka lebih memperhatikan game daripada yang lain!" Gadis berpakaian hitam itu memandangi sekelompok orang tersebut dengan jijik lalu mencibir, "Sebagai murid di sekolah Lingyun, aku tidak percaya kalau mereka mulai tidak memperdulikan berlatih bela diri dan justru membicarakan game! Nona Nalan, kita abaikan saja mereka!"
"Tidak." Nalan Mingxue tersenyum seraya berkata, "Aneh."
"Aneh?" Gadis berpakaian hitam itu mengulang apa yang barusan ia dengar ."Apanya yang aneh?"
Nalan Mingxue berkata dengan bijaksana. "Ada banyak siswa yang membicarakan tentang game itu, maka game itu pasti bukan game biasa."
Ia akan mengerti jika hanya satu atau dua orang yang terobsesi dengan game.
Tetapi saat ini ada begitu banyak siswa yang kecanduan dengan game tersebut, benar-benar sulit dipercaya.
"Ayo kita pergi untuk mencari tahu."
"Kamu yakin ingin pergi ke sana?" Gadis berbaju hitam itu langsung menjadi cemas. "Kamu tidak boleh pergi ke tempat yang sudah membuat banyak orang kecanduan game, itu terlalu beresiko! Biarkan aku saja yang pergi."
"Apa yang perlu dikhawatirkan di dalam kota?" Tanya Nalan Mingxue sambil tersenyum ringan, ia kemudian menambahkan, "Jangan khawatir. Besok aku akan memeriksanya. Lanyan, ikutlah denganku."
.....