webnovel

Isi Kontrak Pernikahan

"Ya udah aku balik dulu ya,kalo ada apa apa telpon aja."Leo pamit untuk pulang karna harus segera kekantor.

"Iya kak,makasih ya."Lina mengantar Leo kedepan pintu.

Setelah Leo berlalu Lina kembali mendekat kearah ranjang tempat Reno berbaring.Reno masih terlelap mungkin karna efek obat yang diberikan dokter.

"Maaf..."Lina mengusap tangan Reno lembut,sebelah tangannya sedang di infus.

Lina sedikit merasa bersalah karna Reno sakit bertepatan disaat mereka bertengkar,walaupun Lina tak ingin besar kepala menganggap Reno sakit karna dia.

"Aku cari sarapan dulu ya kak..."Pamit Lina dengan mengusap tangan Reno lembut sekali lagi.

Lina turun kebawah mencari makanan yang ia cari untuk sang suami.Bubur ayam,karna hanya bubur ayam yang mau Reno makan ketika dalam keadaan sakit.

"Satu lagi dibungkus ya pak,kacangnya yang banyak sama pake sate ayamnya tiga."Lina memesan bubur untuk sang suami.

Sekitar lima belas menit Lina mencari sarapan keluar,dia berusaha secepat mungkin karna tak enak meninggalkannya sendirian.

"Kakak udah bangun..."ucap Lina sedikit terkejut karna begitu ia masuk Reno sudah bangun.

Reno tak merespon apapun dia hanya sedang mencoba untuk turun dari tempat tidur.

"Kakak mau ngapain..."tanya Lina dengan secepatnya menghampiri Reno yang terlihat sedikit kesusahan.

"Bentar aku taro ini dulu..."Lina mencoba menaruh sarapan yang ia bawa.

"Kakak mau kemana..."Lina mencoba membantu Reno turun ranjang.

"Kamar mandi..."ucap Reno dengan suara yang masih lemas.

"Ya udah ayo,aku pegangin infusannya.Kakak bisa jalan sendiri kan..."perkataan Lina sukses membuat Reno tersenyum walaupun sekilas.

"Bisa..."Reno mencoba melangkahkan kakinya perlahan menuju kamar mandi.

"Kamu mau masuk..."tanya Reno begitu mereka sampai didepan kamar mandi.

"Emang kakak bisa sendiri..."Lina memastikan Reno bisa.

Reno menggeleng kepalanya perlahan sebagai jawaban atas pertanyaan Lina.

"Ok aku masuk tapi aku ngadep belakang..."jawab Lina dengan pasti karna memang ia tulus ingin membantu.

Reno melanjutkan langkahnya dan Lina mengikuti dari belakang.

"Yuk udah ..."Reno menepuk bahu Lina pelan untuk mengajaknya keluar.

Reno kembali keranjangnya sedangkan Lina mempersiapkan sarapan untuk Reno.

"Nih makan dulu,aku beli bubur ayam dengan kacang yang banyak kesukaan kakak."Lina menyodorkan bubur kehadapan Reno dengan wajah cerianya seperti biasa seakan kejadian kemarin sudah ia lupakan.

Reno tak memberi jawaban dia hanya meraih bubur ditangan Lina dan menyuapi bubur kedalam mulutnya secara perlahan.

Lina mengerenyitkan dahinya tak percaya lagi lagi sikap Reno berubah secara drastis.Hati Lina merasa sedikit sakit disaat dia berusaha bersikap biasa saja ketika hatinya masih merasa terluka dengan perbuatan Reno kemarin tapi Reno malah bersikap biasa saja malah terlihat dia yang marah seakan dia yang terluka .i

Hari ini juga Reno sudah bisa pulang karna memang Reno hanya mengalami demam biasa dan asam lambung.Setelah Lina selesai membereskan administrasi Reno pun langsung dibawa pulang dengan dijemput supir pribadinya.

"Kakak mau makan malam sama apa..."tanya Lina ditengah perjalanan.

"Apa aja..."jawab Reno secukupnya.

"Ok kalo gitu aku masak aja dirumah..."jawab Lina dengan sedikit senyuman diwajahnya,dia mencoba terlihat biasa saja didepan Reno yang dari tadi mengacuhkannya.

Sesampainya di apartemen Lina langsung menuju dapur sedangkan Reno beristirahat dikamar.Lina memasak sop ayam,tempe goreng dan sosis.

Selama memasak Lina dengan susah payah menahan tangisnya,entah mengapa bad moodnya harus datang disaat Reno ada dirumah tidak bekerja bahkan sekarang sedang sakit.

"Tahan tahan,..."Lina mencoba menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya pelan untuk mengurangi rasa sakit dihatinya.

Sebenarnya suasana hati Lina saat ini belum membaik semenjak kejadian kemarin setelah bertangkar dengan Reno,apalagi sekarang dari pagi Reno mengacuhkannya padahal Lina sudah bersikap biasa saja tapi Reno malah terang terangan menunjukan rasa marahnya.

"Makan dulu ka,mau aku bawa kesini atau..."Lina memanggil Reno dikamar untuk makan,dia sebisa mungkin terlihat biasa saja menyembunyikan kesedihannya dari Reno.

"Aku akan kesana..."jawab Reno dingin.

"Oh baiklah..."Lina berlalu dari kamar menuju ruang makan yang diikuti oleh Reno dari belakang.

Suasana dimeja makan sama seperti sebelum sebelumnya,bahkan suasananya lebih dingin dari biasanya.Kedua insan itu hanya fokus akan makanan mereka masing masing tak ada obrolan atau percakapan yang menghangatkan suasana.

Dengan keadaan yang seperti ini suasana hati Lina semakin sedih,pikirannya terus saja memikirkan tentang kehidupannya yang tak ada perubahan untuk menjadi lebih baik,Lina pikir setelah ia tinggal bersama dengan Reno,Reno akan sedikit membuka diri untuk dirinya.

Lina tak berharap yang macam macam dia hanya berharap Reno bisa menjadikannya teman ngobrol atau berbincang,bukan hanya menjadikan Lina sebagai pembantu yang berstatus istri dimata orang lain,hanya status teman yang Lina minta tidak lebih.Karna Lina sudah cukup sadar diri akan siapa dirinya.

"Minum dulu kak obatnya.."Lina membawa nampan berisi obat dan air minum kedalam kamar.

"Iya taruh aja disana nanti aku minum..."jawab Reno dengan tetap fokus akan laptopnya.

"Kalo kakak butuh apa apa,panggil aja aku mau nonton tv...."Lina pamit setelah Reno tak merespon perkataannya.

"Huhh,hiks...hiks..."Lina langsung menangis begitu merebahkan diri diatas karpet didepan tv.Dia sengaja berbaring dibawah karna takut Reno melihatnya.

Pikirannya menjelajah kemasa lalu dimulai ia ketika kecil yang selalu sendirian dan selalu mendapat perkataan kasar dari ibunya,dimasa sekolah yang banyak ia habiskan dirumah karna Lina yang tak mempunyai teman untuk bermain,apalagi ketika ayahnya pergi meninggalkan dia sendiri hidup dengan seorang ibu yang tak pernah menyayanginya.

Semua kenangan itu selalu hadir ketika Lina sadar dia selalu hidup seorang diri,berbalut kesepian yang tertutup dengan senyuman palsu yang selalu ia tunjukan pada orang lain.

"Hiks hiks..."Lina menutup wajahnya dengan bantal untuk meredam suara tangisnya takut Reno mendengarnya,Disampingnya dia letakan sekotak tisu untuk ia gunakan menghapus air matanya yang terus keluar.

"Seharusnya dulu aku tak memilih menjadi anak yang baik,orang yang sabar dan orang yang peduli.Seharusnya dulu aku jadi anak badung yang tak harus merasakan apa itu kata menunggu untuk hidup yang lebih baik dan berharap untuk sebuah kehidupan bahagia setelah rasa sakit."guman batin Lina menyesali semua keputusan yang pernah ia ambil dalam hidupnya.

"Hiks hiks..."Lin kini menangis dengan sesenggukan karna air mata yang keluar dari matanya terlalu banyak.

"Lina,Lin...."Suara Reno sukses membuat Lina kaget dan seketika mebuka mata dan menyingkirkan bantal yang ia pegang dari wajahnya.

"Lina...."Suara Reno terdengar semakin dekat membuat Lina bingung harus apa.

Ingin ia menunjukan wajahnya tapi ia sadar mata nya pasti bengkak,ingin pura pura tidur tapi sisa tangis dinafas nya masih ada membuat dia tersedengar seperti orang cegukan.

"Lina ibu telpon nih..."Kini Reno tepat dihadapan Lina yang pura pura tidur dengan menelungkupkan badanya ke bawah menyembunyikan wajah dan sisa tangisannya dengan sedikit menahan nafas.

"Linanya udah tidur bu,kayaknya tadi kecapean dia abis jalan jalan sama aku..."ucap Reno berbohong kepada ibunya tentang Lina.

Mendengar itu Lina sedikit lega dan berharap Reno segera meninggalkannya.

次の章へ