Aku menoleh.
Melihat sosok gadis berambut hitam sebahu yang bergelombang sempurna dengan poni rata yang hanya menutupi setengah dahinya.
Dia memakai seragam sepertiku. Bedanya, dia tidak memakai blazer biru, tapi jaket merah jambu bermerk yang populer. Aksesori rambut berbentuk bunga merah jambu menghiasi rambutnya.
Dia memakai sepatu bermerk dan gelang buatan tangan yang indah.
"Pagi, Leta," sapaku ramah.
"Kanna...! Ayo cepet ke kelas! Masa aku cuma bareng sama trouble maker itu," rengek Leta. "Nyebelin gak, sih?"
Kami melangkah ke lorong kosong. Menuju kelas 10-2.
Ruang kelas itu sepi. Hanya ada tas kuning neon Leta di bangku pojok belakang, dekat pintu belakang. Juga seorang laki-laki berpenampilan berantakan di sisi lain belakang kelas.
Aku bergegas duduk di dekat meja Leta. Meminum susu kotak yang kubawa.
Aku merutuki keteledoranku. Aku membawa susu diet milik mama. Tapi, rasanya tidak begitu buruk.
Lelaki di sisi lain kelas berdiri. Rambut hitam lurusnya tampak acak-acakan, kontras dengan bola mata hitam tajamnya yang tampak sayu. Kemejanya dimasukkan sebelah dan tidak terkancing sempurna. Dasi-nya dipasang asal-asalan dan blazer-nya menggantung di sikunya.
"Tch! Cuma dua cewek," sinisnya. "Gak ada yang bisa diajak ribut."
"Heh! Gara-gara kamu rata-rata kelas jadi jelek tau!" seru Leta jengkel.
"Setidaknya, aku bukan orang yang cuma kagum ama guru ganteng tapi nilainya pas-pasan," sindirnya.
Aku tau. Sindiran dia, Leo, tepat sasaran. Leta emang kagum sama guru Bahasa Inggris, tapi nilainya pas KKM.
"Setidaknya, nilaiku lebih baik dari kamu!" balas Leta.
"Tolong berhenti bertengkar," gumamku datar. "Atau aku perlu panggil guru yang udah datang untuk memisahkan kalian?"
Leo mencibir dan berjalan pergi.
Leta duduk di sampingku dengan wajah masam dan decihan sebal.
"Kenapa dia harus di kelas ini, sih?!" ucapnya. "Kelas kita jadi kelas paling ancur tau gak, sih? Hadeh..."
"Doa aja agar gak sekelas lagi sama dia," ucapku.
"Untuk tempat duduk boleh milih," gumam Leta.
"Let, kamu udah ngerjain PR Matematika kan?" tanyaku.
"Udah, dong," Leta nyengir. "Ada PR apa aja sih?"
"PR Matematika, PR IPS, sama PR bahasa inggris doang kok," jawabku.
"PR bahasa inggris?!" Leta langsung heboh. "Yang mana?"
"Cuma cari biodata dan kehidupan idola doang, kok," ucapku.
"Kalo itu sih udah," Leta langsung tenang.
________________________________________
Bel berdering 5 menit yang lalu.
Kami dapat mendengar guru-guru yang sedang bergegas untuk mengajar.
Pelajaran pertama adalah matematika, sampai istirahat pertama. Itu artinya 2 jam berkutat dengan angka dan rumus. Argh! Bosan!
Seorang wanita berpakaian formal masuk. Rambut bergelombang hitamnya diikat tinggi, mata hitam tajamnya menatap datar dari balik kacamata berbingkai hitamnya.
Beliau meletakkan tas tenteng hitam dan tumpukan buku tebalnya. Rutinitas biasa yang selalu beliau lakukan sehabis masuk kelas.
Ia menatap kami dan berdehem.
"Letakkan buku PR di atas meja," ucapnya. "Yang tidak mengerjakan PR, cepat maju sebelum ibu periksa satu persatu."
Ms.Lena, guru matematika yang ditakuti itu bicara dengan nada datar-nya yang biasa.
Semuanya bergegas mengeluarkan buku PR.
Leta tampak panik ketika mencari di ranselnya.
"Kenapa, Let?" bisikku.
"Buku PR-ku ketinggalan, Na," desisnya.
Aku segera bungkam.
Leta berjalan maju dengan gugup dan malu. Ms.Lena menatap Leta dengan alis terangkat.
"Kamu tidak mengerjakan PR, Leta?" tanya Ms.Lena.
"Saya mengerjakan PR, Miss," jawab Leta.
"Lalu?" Ms.Lena memandang Leta datar.
"Saya lupa membawanya," jawab Leta.
Ms.Lena membuat gestur yang menunjukkan bahwa Leta harus keluar kelas.
Leta hanya pasrah.
Murid selanjutnya, tentu saja Leo. Dia keluar tanpa beban, bahkan masih sempat nyengir-nyengir gak jelas.
Pelajaran berlangsung.
Kami sedang mengerjakan tugas, ketika suara teriakan terdengar dari luar.
Semua anak bergegas memandang ke arah jendela yang menuju lorong. Tentu saja mereka penasaran dengan apa yang terjadi.
Ms.Lena segera keluar dan mengomeli kedua anak itu dan bilang sesuatu. Aku cuma mendengar "Pasangan" dan "Ini".
Aku menepuk bahu Rika yang duduk di depanku. Gadis berambut coklat di kuncir kuda ini menoleh. Wajah bintik-bintiknya masih mencoba menahan tawa.
"Kenapa, sih, Rik?" tanyaku.
"Si Leta sama Leo berantem, terus Ms.Lena nyebut mereka 'PASANGAN PALING SERASI KELAS 10-2'" jelas Rika, sesekali terkikik.
Kelas berlanjut tanpa hambatan lagi.
________________________________________
Kantin.
Aku tidak punya pilihan kecuali makan bersama pasangan paling serasi itu. Kenapa? Karena mereka tetap adu mulut.
Aku memakan bakso-ku sambil mendengar ocehan kedua orang itu.
Kalo diliat-liat emang serasi, sih. Bahkan ketika berantem aja masih tampak serasi. Terlebih lagi, mereka terlihat mulai akrab.
Bagus, deh...
________________________________________
Tapi, aku tidak tau. Kalau segalanya akan segera dimulai.