webnovel

5. Putra

Aku, Edo beserta pasangannya, Radit berpisah. Kami pulang ke tempat kami masing-masing dengan membawa cerita yang berbeda-beda. Termasuk aku yang memilki cerita petualangan hari ini yang cukup membuatku tergelitik. Betapa tidak, aku yang jinak-jinak merpati ini dengan mudahnya memberikan pelayanan oralseks terhadap orang yang tak kukenal hanya lantaran ia memiliki tampang yang berkategori mempesona, menurutku. Yang lebih gila lagi, aku melakukan perbuatan itu di dalam toilet mall. Anjay ... menantang sekali, bukan? Benar kata Edo, aku sudah seperti Botol Kecap, dicrot sana dicrot sini. __Ah, biarin aja apa kata orang yang penting endol surendol tak kendol-kendol.

Well, aku tiba di depan rumahku. Dan saat itu pula nada dering ponselku berdering. Aku merogoh saku celana dan meraih handphone favorit-ku. Aku langsung terkesiap ketika melongok layar ponsel yang mencantumkan nama salah satu temanku sedang memanggil.

''Hallo, Assalamualaikum!'' Aku mengangkat panggilannya dengan cepat.

''Waalaikumsalam ... Thom, apa kabar?'' sapa ia dari jaringan ponselnya.

''Alhamdulillah, baik Put!'' Put adalah sapaan dari Putra, seorang cowok yang pernah menjalin hubungan khusus denganku, bukan pacar, tapi kami mesra dan sering melakukan ritual ena-ena di ranjang hingga bergoyang-goyang.

''Syukurlah kalau begitu, Thom ...'' tadah Putra.

''Iya, Put. Gimana dengan lo sendiri?'' Aku balik bertanya.

''Gue juga baik kok, Thom!'' jawab Putra.

''Alhamdulillah juga yes, sesuatulah pokoknya ...''

''Iya, Thom. Hehehe ... ''

''Oh ya, kok tumben nelpon gue malam-malam begindang, Put. Ada apa, kunaon, what happen?''

''Hehehe ... gak ada apa-apa Thom, cuma kangen aja!''

''Kangen atau sange, nih? Bedanya cuma tipis, lho ...''

''Hehehe ... sebenarnya sange, sih ... Hehehe ... lagi pengen, nih!''

''Tuh, 'kan ... pasti lagi horny'' tukasku.

''Hehehe ... iya nih, habis makan torpedo wedus jadi ngaceng terus, boleh gak gue main ke tempat lo, Thom?''

''Mmmm ...'' Aku bersingut.

''Ayolah, Thom. Boleh, ya ... please!'' Putra sepertinya sangat berharap.

''Iya, udah ... boleh aja!'' kataku.

''Asiiikkk ... tunggu gue ya, gue langsung OTW, nih!'' Suara Putra terdengar sangat sumringah kayak orang menang mendapatkan undian lotre.

''Iya ... iya ... GPL!'' sahutku.

''Oke!'' tandas Putra sebelum dia mengakhiri panggilan teleponnya.

Huh ... aku membuang nafas panjang, walau aku sudah mengantuk, tapi aku tidak tega untuk menolak kehadiran Putra yang hendak main ke rumahku. Lagipula ladangku juga lagi ingin dibanjiri. Sedari toilet mall tadi rasanya berkedut-kedut seolah tak tahan untuk ditusuk-tusuk.

Dan beberapa menit kemudian, Putra pun datang dengan wajah yang berseri-seri. Ia membawa sekeranjang buah-buahan untuk diberikan kepada Nyokap dan sebungkus rokok kretek untuk Bokap. __Hmm ... pinter banget nih, cowok untuk mengambil hati kedua orang tuaku.

Putra

''Buat gue mana?'' ujarku sembari mengadahkan tangan ke hadapan Putra.

Putra hanya tersenyum, lalu dia merangkulku dan berbisik mesra di kupingku, ''buat lo ada kondom dan pelicin, hehehe ...''

''Dasar!'' Aku menyiku perut Putra hingga cowok jangkung ini meringai kesakitan.

''Hahaha ...'' Putra tertawa lebar.

Lantas, tanpa banyak kata lagi, aku menarik tubuh Putra dan membawanya masuk ke kamarku. Tak lupa aku mengunci pintu kamar ini rapat-rapat sebelum kami beraksi melakukan hubungan intim ala homosexuality.

Langsung saja Putra menubrukku dan mencumbuiku dengan penuh nafsu seperti seekor kambing jantan yang menyeruduk betinanya. Tanpa canggung ia mencium kening, pipi dan juga mengenyot bibirku sambil mengusap-usap kasar putingku. Aku cuma bisa menerima dengan ikhlas dan pasrah terhadap apa yang akan dilakukan Putra.

Laki-laki bertubuh tambun ini mulai melucuti semua pakaianku, hingga aku berpenampilan polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Aku dibuat bugil seperti pemain film porno.

''Wow ... tubuh lo super sexy, Thom seperti Maria Ozawa berekor spesial pakai telor ... hahaha...'' Mata Putra menatapku dengan pandangan cabul.

''Anjriit!'' Aku menabok bahu Putra dengan keras.

''Hahaha ... '' Dia hanya ngakak sembari melepaskan satu per satu pakaiannya sendiri.

''Ulala ... '' Mataku melotot melihat pemandangan yang membuat libidoku naik 100 derajat. Lekukan tubuh Putra benar-benar seperti bandot yang sangat menggairahkan. Walau tambun, tapi dadanya terlihat bidang dan berisi. Perutnya yang agak buncit justru menambah nilai sex appeal dari dia. Apalagi menatap organ vitalnya yang cukup tebal dan keras, benar-benar membuatku sesak nafas. Kontolnya berdiri menjulang seperti tiang bendera yang menyambut hari kemerdekaan. Panjangnya kira-kira 15 cm dengan batang berhiaskan urat saraf yang berwarna biru kehijauan, kepalanya merona mengkilat keunguan seperti kelopak jamur, rambut kemaluan yang lebat seperti hutan belantara, dan biji peler yang bergelayutan seperti dua anak monyet bergelantungan di pohon beringin. Sungguh pesona kontol yang membuat lubang boolku berdenyut-denyut tak terkendali.

''Thom ... '' ujar Putra pelan.

''I-iya ...'' balasku agak gugup.

''Menungginglah!'' komando Putra dan aku langsung menurutinya. Aku membalikkan tubuhku dan mulai menunggingkan bokongku, hingga aku bersikap seperti seekor anjing.

''Plakk!'' Putra menabok pantatku dengan kasar.

''Aduh!'' jeritku, ''jangan keras-keras, Put. Sakit, tau!'' imbuhku dengan nada kesal.

''Hehehe ... '' Putra hanya meringis sembari merundukkan tubuhnya dan mendekatkan kepalanya ke area liang kenikmatanku. Lalu sejurus berikutnya, dia menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati lingkaran cincin boolku.

''OUGHHHH .... AAAACCCCKKKKHHHH!'' Seketika itu, aku langsung mendesah merasakan ada setruman kenikmatan yang menjalar dari lubang bool menuju sekujur tubuh, hingga aku menggelinjang. __Hmmm ... Enak tenan iki!

次の章へ