Aku terdiam. Aku berusaha mencerna apa yang baru saja kudengar walau detakan jantungku terasa kencang sekali. Seolah hampir saja melarikan diri dari tubuhku.
Aku tahu aku tak salah mendengar Dokter Alena menyebutkan nama Bunda, tapi aku tetap merasa yang kudengar sesaat lalu terasa seperti hembusan angin yang segera berlalu. Walau meninggalkan rasa sejuk yang mungkin akan kuingat sepanjang hidupku.
"Itu ... nama Bundaku." ujarku sambil menatap kedua manik mata Dokter Alena dengan seksama karena tak ingin melewatkan satu getaran pun di pupilnya yang mungkin berarti sesuatu. Namun Dokter Alena justru menatapku dengan tatapan yang sama, dengan sebuah senyum mengembang di bibirnya.
"Saya titip salam buat bunda kamu ya."
Aah ....
Aku menarik napas perlahan, "Bundaku ... udah ga ada, Dok. Aku yatim piatu."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください