webnovel

Waves from the distance

Bang Jali memandangi hujan dari dalam warung kopi miliknya. Sambil menghirup rokoknya perlahan. Sudah beberapa bulan Bara tidak muncul. Malam itu adalah terakhir kalinya dia melihat Bara.

"Kemana ya itu anak?" pikir Bang Jali.

Seminggu setelah Bara tidak muncul di warung kopi miliknya dan ruko tempat biasa Bara memarkirkan kendaraan, Bang Jali memutuskan untuk menengok ke rumah kontrakan tempat Bara tinggal. Dirinya khawatir Bara sakit dan tidak ada yang mengurusnya. Setibanya di kontrakan Bara, ternyata kontrakan tersebut dalam keadaan kosong dan terkunci.

Ketika Bang Jali bertanya pada Ibu pemilik kontrakan, si Ibu pemilik kontrakan justru marah-marah dan mengancam akan mengeluarkan barang-barang milik Bara karena Bara belum membayar uang sewa dan menghilang entah kemana. Bang Jali akhirnya menalangi setengahnya untuk membayar uang sewa kontrakan tersebut.

"Woy, bengong aja Bang!" Seseorang masuk ke dalam warung kopi dan menepuk keras pundak Bang Jali.

"Berisik lu cup." Bang Jali merasa kesal ada seseorang yang membuyarkan lamunannya.

"Mau makan apa lu?" tanya Bang Jali.

"Mie rebus satu, Bang. Hujan-hujan gini paling pas makan mie rebus," jawab Ucup sambil terkekeh.

Bang Jali dengan sigap segera menyiapkan pesanan Ucup.

"Minumnya apa Cup?" tanya Bang Jali dari balik meja dapur.

"Es teh tawar aja bang," jawab Ucup sambil mencomot sepotong bakwan yang ada dihadapannya.

"Ngomong-ngomong, Bang. Kemarin kayanya gue lihat Bara di TPU," Ucup melanjutkan perkataannya.

"Masa?" tanya bang jali tidak percaya.

"Iya bang, cuma penampilannya agak sedikit beda."

"Beda gimana maksud lu?"

"Yang ini lebih keren Bang. Kaya orang gedongan, mobilnya aja Alphard," terang Ucup.

"Ya berarti yang lu lihat itu bukan Bara," sahut Bang Jali.

"Dia udah jadi simpenan tante-tante kali Bang," seloroh Ucup.

"Ngaco aja lu."

Bang Jali jadi teringat dengan candaannya waktu itu dengan Bara. Bang Jali berseloroh agar Bara mencari tante-tante kaya agar bisa melunasi semua hutangnya dan bisa hidup lebih baik.

"Masa dia beneran jadi simpanan tante-tante tajir," pikir Bang Jali.

"Gue ngga percaya ah sama lu," ucap Bang Jali sambil menyajikan semangkuk mie rebus yang baru matang dan segelas es teh tawar kepada Ucup.

Ucup langsung menyantap mie rebus dihadapannya. Sementara Bang Jali kembali pada lamunannya.

Karena rasa penasaran akan perkataan Ucup ketika di warung tadi. Bang Jali akhirnya memutuskan untuk ke pemakaman umum untuk menengok makam Ibu Bara. Sesampainya disana, Bang Jali kaget dengan sebuah buket bunga yang sepertinya masih baru berada disana dan sisa-sisa taburan bunga.

"Jangan-jangan yang dilihat Ucup beneran si Bara," batin Bang Jali.

Bang Jali kemudian secara sengaja mendatangi kantor pengurus pemakaman untuk berpura-pura akan membayar biaya perawatan makam. Bang Jali semakin kaget ketika petugas memberitahukan bahwa biaya perawatan makam atas nama Ibu Bara sudah dibayarkan kemarin oleh seorang pria muda yang mengaku sebagai anaknya.

Bang Jali bertanya tentang ciri-ciri pemuda yang membayar biaya perawatan makam tersebut pada petugas. Bang Jali terkejut ketika ciri yang disebutkan petugas hampir sama dengan ciri fisik yang dimiliki Bara. Hal itu semakin menguatkan praduga yang dikatakan Ucup bahwa Bara sudah menjadi simpanan Tante-Tante kaya. Sepanjang perjalanan dari TPU, Bang Jali mencoba mengusir bayangan Bara telah menjadi simpanan Tante-tante jauh-jauh dari benaknya.

***

"Lu kenapa daritadi ngucek mata terus?" tanya Kimmy pada Bara yang sedang mengucek matanya.

"Ngga tahu nih, daritadi kaya kelilipan terus," jawab Bara.

"Ada yang lagi ngomongin lu kali," ucap Kimmy enteng.

Bara hanya melirik pada Kimmy dan kembali mengucek matanya.

***

Damar merebahkan tubuhnya di kasur. Rasa lelah menggelayuti dirinya setelah menempuh penerbangan selama dua belas jam dari Amerika menuju Indonesia. Dirinya merasa kesal karena semua hal yang sedang dikerjakannya terpaksa dipercepat karena berita yang belum jelas. Berita simpang siur tentang kembalinya Bara, sepupunya yang telah lama menghilang, merusak semua rencana kerjanya di Amerika.

Selama dua belas jam penerbangan tersebut, Damar terus memikirkan kenapa berita tersebut sangat mempengaruhi Kakek dan Papanya. Ditambah lagi Kimmy yang bersikap kasar pada Papanya ketika menanyakan kebenaran berita tersebut. Damar mengambil handphone dari saku celananya dan mengetikkan sebuah pesan kepada Adiknya, Kimmy.

"Gue udah balik ke jakarta, lu ngga kangen sama Kakak lu ini?" Damar kemudian mengirimkan pesan tersebut.

Damar menunggu balasan pesan dari Kimmy. Tidak berapa lama masuk pesan balasan dari Kimmy. Kimmy hanya membalas pesan dari damar dengan gambar emoji wajah tanpa ekspresi.

"Belum berubah juga ini anak," batin Damar.

Tidak lama setelah peristiwa menghilangnya Bara, Damar di kirim untuk melanjutkan sekolahnya di luar negeri oleh Kakeknya. Kepergian Damar membuat hubungannya merenggang dengan Kimmy karena sedikitnya waktu yang bisa mereka habiskan berdua. Ketika Damar pulang untuk berlibur, waktunya lebih banyak dihabiskan untuk mempelajari seluk beluk bisnis keluarga mereka.

Kakeknya sangat memiliki harapan yang tinggi pada Damar. Hal itu juga yang membuat Kimmy merasa selalu dinomorduakan oleh Kakeknya sendiri. Damar menimbang-nimbang untuk menghubungi Kimmy. Sesungguhnya dia sangat ingin menghabiskan waktu bersama Kimmy.

Akan tetapi Kimmy sudah terlanjur menjaga jarak dengannya. Akhirnya Damar menyentuh tombol hijau dan menelpon Kimmy. Sayangnya sampai nada panggil terakhir Kimmy tidak menjawab telponnya. Damar mendesah memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa kembali dekat dengan adiknya itu.

***

"Kok ngga diangkat kim telponnya?" tanya Bara yang melihat Kimmy mengabaikan panggilan masuk di ponselnya.

"Males," jawab Kimmy singkat.

"Bukannya itu Kakak lu?" Bara melihat nama Damar tertera di ponsel Kimmy.

"Biarin aja," Kimmy tidak mempedulikan pertanyaan Bara.

"Habis ini temenin gue keliling mall lagi," pinta Kimmy pada Bara.

"Kita mau keliling mall berapa putaran lagi, kaki gue rasanya udah mau copot ini." Bara mengeluhkan kakinya yang sudah terasa pegal setelah menemani Kimmy berbelanja di mall.

"Masih ada yang mau dibeli," ucap Kimmy singkat kemudian menghabiskan sisa makanan di piringnya.

Bara pasrah dengan permintaan Kimmy meskipun dirinya ingin segera melarikan diri dari mall dan menuju ke apartmennya untuk merebahkan badan.

"Dasar wanita," batin bara.

***

Pak Haryo menyudahi pertemuan singkatnya dengan penyidik swasta yang disewanya. Hasil penyelidikan terbarunya menyebut bahwa laki-laki yang selama ini merawat Bara masih hidup. Akan tetapi dia tinggal berpindah-pindah karena terlilit banyak hutang. Penyidik tersebut sudah menugaskan anak buahnya untuk segera menemukan keberadaan laki-laki tersebut. Laki-laki itu bisa menjadi kunci tentang menghilangnya Bara selama ini.

Tidak lama setelah penyidik tersebut keluar, asisten Pak haryono memberitahukan bahwa asisten Pak Angga baru saja menelpon dan mengatakan bahwa Pak Angga sedang menuju ke kediaman Pak Haryo.

Sebuah mobil Rolls-Royce Phantom berwarna hitam memasuki pelataran rumah Pak Haryo. Mobil tersebut berhenti di lobi rumah Pak Haryo. Seorang supir turun dan membukakan pintu penumpang. Pak Angga keluar dari dalam mobil dan segera masuk ke dalam kediaman Pak Haryo dan segera menuju ruang kerja Pak Haryo. Begitu tiba di ruang kerja Pak Haryo, Pak Haryo sudah menunggunya sambil menghisap sebatang cerutu. Pak Angga langsung duduk di sofa yang berada di sebelah Pak haryo dan ikut menyalakan sebatang cerutu.

"Sudah lama kita ndak begini," ucap Pak Haryo memulai pembicaraan dengan Pak Angga.

"Selama ini kan Mas Haryo lebih sering di luar negeri," Pak Angga menanggapi ucapan Pak Haryo dan menyesap cerutunya.

"Ada apa kamu kesini?" tanya Pak Haryo.

"Saya mau memastikan berita yang tersebar di perusahaan soal kembalinya penerus MG Group yang sudah lama hilang."

"Oh, kamu mau tahu soal itu."

"Benar Bara sudah kembali?"

Pak Haryo terdiam dan menghisap cerutunya dalam-dalam. Melihat reaksi Pak Haryo, Pak Angga semakin yakin bahwa Bara telah kembali.

"Mungkin sekarang dia sudah ada disekitar kamu," jawab pak haryo.

Pak Angga terperangah dengan jawaban yang diberikan Pak Haryo. Pak Haryo tidak mau memberitahukan secara pasti kabar tentang Bara.

"Jadi kapan kita buat pesta penyambutan untuk Bara?" Pak Angga mencoba berusaha untuk terlihat senang dengan apa yang barusan diucapkan Pak Haryo.

"Nanti setelah waktunya tepat," jawab Pak Haryo.

"Sudah lama kita ndak main, mumpung kamu disini kita main dulu," ucap Pak Haryo sambil mengeluarkan papan catur dan mengajak Pak Angga untuk bermain catur.

Permainan catur antara Pak Haryo dan Pak Angga berlangsung cukup lama. Menjelang tengah malam barulah Pak Angga terlihat pergi meninggalkan kediaman Pak Haryo.

"Jadi dia sudah menempatkan Bara di perusahaan?" batin Pak Angga begitu mobilnya keluar dari area kediaman Pak Haryo.

Pak angga mengeluarkan ponselnya dan menelpon Bima.

"Kamu sudah tiba di jakarta?" tanya Pak Angga begitu Bima mengangkat telponnya.

"Tolong kamu selidiki karyawan-karyawan baru yang masuk selama tiga bulan terakhir ini." Pak Angga segera memerintahkan Bima untuk mulai menyelidiki karyawan-karyawan baru yang masuk ke MG Group.

"Ada kemungkinan Pakdemu sudah memasukkan Bara ke perusahaan." Pak Angga menjelaskan.

"Selidiki dengan teliti," ucap Pak Angga sebelum mematikan sambungan telponnya.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.

次の章へ