webnovel

Teman baru

"Akuilah perbuatanmu, Michele..." Earl pun melepaskan jaketnya dan menutupi punggung Michele dengan jaketnya.

"Dan pergilah ke rumah sakit sekarang,"

Aland segera menghampiri Michele dan membantunya berdiri. Darah mengecap di lantai ketika Michele berdiri dari duduknya. Tanpa banyak bicara Aland pergi membawa Michele sesegera mungkin ke rumah sakit.

Earl berdiri bersandar pada dinding lift dengan lemah.

"Mohon jangan buat keributan lagi seperti ini, nona. Atau saya akan mengusir anda karena menggangu kenyamanan pengunjung," sang petugas keamanan yang terlambat bereaksi. Earl menatapnya sinis.

"Tenang saja. Aku tidak akan menginjakkan kaki di tempat ini lagi. Kau tidak perlu repot-repot mengusirku," petugas keamanan dengan kaku menatap Earl yang segera memanggil petugas kebersihan untuk membereskan bercak darah di lantai.

Semua orang disana akhirnya membubarkan diri, termasuk duo intel yang secara keseluruhan telah paham kasus itu secara global. Tinggal melaporkan pada presiden dan membiarkan Earl yang menjelaskan lebih detail mengenai tindakannya setelah ini. Bahkan dokter Fei. Ia pun menepuk pundak Earl sejenak sebelum melangkah pergi, menyusul mereka keluar dari hotel. Seperti acara yang sudah berakhir, Earl menghela nafasnya berat.

"Ambillah," Earl menatap alat perekam suaranya ketika Emma menyodorkannya pada Earl.

"Setelah ini, aku yakin mereka tidak akan diam saja. Sekali lihat saja aku tahu wanita itu sangat berambisi untuk mengakhiri hidupmu," Earl tersenyum kecil sembari menerima alat itu.

"Aku tahu," Emma pun ikut tersenyum ketika melihat tatapan percaya diri pada diri Earl. Ini pertama kalinya ia melihat sosok wanita yang penuh perhitungan dan kehati-hatian dalam menangani sesuatu. Wanita seperti Earl jelas berbahaya jika dijadikan musuh, tetapi akan sangat berguna jika mereka berteman dengannya.

"Setelah ini, apa rencanamu?"

"Tidak ada. Aku hanya akan fokus pada kesembuhanku sembari menunggu mereka masuk ke dalam penjara dengan sendirinya," Emma tertawa kecil. Wanita yang unik.

"Baiklah. Aku akan pulang sekarang. Hari ini sangat melelahkan sekali untukku,"

"Sebaiknya kau istirahat saja di hotel ini. Kau bisa memakai kamar 653, aku membayar full untuk lima hari. Kau bisa memanfaatkannya," Earl memberikan keycard nya pada Emma. Emma nampak ragu menerima itu. Tentu saja karena trauma salah kamar tadi membuatnya kacau.

"Tidak perlu khawatir. Ini bukan permainan trik lagi. Anggap saja liburanmu selama lima hari setelah menjadi pengangguran baru sekarang," Emma tersenyum kecut.

"Aku belum dipecat tahu!"Earl pun tertawa.

"Baiklah. Selamat bersenang-senang," Earl berjalan pergi meninggalkan Emma.

"Tunggu dulu!" Earl berbalik.

"Bisakah kita saling bertukar nomor? Ku rasa kau cukup nenyenangkan juga," Earl tersenyum anggun. Sayangnya Emma disana hanya terkekeh melihat tingkah Earl, seperti dirinya sedang merayu Earl.

"Aku yang akan menghubungimu. Aku perlu berterima kasih padamu nanti," Emma mengangguk mengerti dan Earl kembali melanjutkan langkahnya. Sosok berkaus putih itu kemudian menghilang di telan lift. Emma dengan sedikit lega memasuki kamar 653.

"Well... setidaknya sekarang, aku harus sesegera mungkin membuat surat pengunduran diri," gumam Emma yang kemudian membersihkan diri dan segera istirahat.

~~~

Jadi setelah kejadian heboh tadi, Earl merasa betis kakinya seperti tidak bertenaga lagi. Lelah berdiri tentunya. Bukankah ia sudah bolak balik mengawasi tadi? Naik turun lift, bolak balik parkiran dan sekarang harus mengendarai mobil untuk kembali ke distrik K. Earl tentu saja harus kembali perawatan.

Apakah ada trolley di hotel ini. Tolong antarkan Nyonya Earl menuju mobilnya. Mungkin ia akan menggeret tubuhnya dilantai karena sudah tidak bertenaga lagi berjalan. Mengesampingkan tubuhnya yang lemah, Earl memilih berjongkok di dalam lift. Kenapa lift lama sekali turun ke lantai bawah? Begitu Earl melirik lantai tujuan pada angka bergerak itu bergerak ke atas, Earl menepuk dahinya tidak semangat.

"Yaa tuhan, siapa lagi yang bermain lift jam tiga dini hari ini," gumam Earl putus asa. Ia menunggu sampai lift berhenti pada lantai 17 dan tidak ada satu pun orang yang menunggu lift.

"Setan alas!" maki Earl gemas. Di raihnya tombol lift menuju lantai 1. Kesal sekali. Entah hantu atau manusia yang mengerjainya, Earl akan mencekiknya nanti. Batin Earl sudah diambang batas.

Kembali menunggu Earl kemudian berjalan pelan menuju parkiran dan membawa mobilnya dengan segera meninggalkan hotel. Namun ketika Earl mengingat sesuatu, Earl seperti punya cahaya di raut wajahnya.

"Bukankah dokter Fei sudah menyiapkan kamar untuk perawatanku? Untuk apa aku jauh-jauh ke distrik K?" decak Earl semangat dan langsung memutar balik. Distrik K jauh ok? Tidak ada yang menjamin Earl akan selamat sampai di distrik K karena jaraknya yang tidak sesuai dengan ukuran Earl yang tengah sakit keras.

Setiba dipangkalan militer jam tiga lebih dini hari, para petugas berjaga di pintu gerbang harus dikejutkan dengan Earl yang mengendarai mobil hitam metalic memasuki pangkalan militer. Dipikirnya mereka baru saja melihat hantu, Earl nampak pucat setelah kabar simpang siur dirinya diculik perompak misi beberapa minggu yang lalu. Earl berdehem keras sebelum turun dari mobil dan memperlihatkan dirinya.

"Kakiku masih menyentuh tanah, Ok? Aku masih hidup. Biarkan aku masuk, aku harus menjalani perawatan lanjutan saat ini," Kata Earl sangat tidak sabaran. Earl sudah tidak tahu lagi berita dirinya di pangkalan sudah sampai mana dan seperti apa. Dilihat dari reaksi mereka tentu saja sudah seperti kue yang diberi terlalu banyak backing soda. Mengembang tidak karu-karuan.

Earl membawa mobilnya menuju parkiran rumah sakit dan disana Dokter Fei langsung menerima kabar Earl sudah tiba di rumah sakit.

"Baiklah, langsung saja ke kamar rawat Earl. Kau bisa membereskan tubuhmu dulu dan langsung istirahat. Asistenku akan segera bekerja sesuai perintahku," kata dokter Fei sembari memeriksa beberapa catatan resep obat untuk Earl.

"Baik, dokter Fei. Anda selalu bisa diandalkan," Earl langsung memberikan jempol terbaiknya dan segera pergi ke kamar rawatnya ditemani asisten dokter Fei.

Dan keesokan harinya. Kunjungan pagi-pagi sekali mendadak membuat Earl entah harus menahan tawa atau menahan kasihan pada rekan timnya. Tom datang dengan penuh persiapan. Banyak buah yang ia bawa bahkan ia harus menerima omelan perawat karena membawa durian ke dalam kamar rawat. Memangnya orang sakit mana yang makan durian di pagi hari?

"Ini buah eksotis dengan antioksidan tinggi. Ini sangat cocok untuk Earl. Kenapa ia harus dilarang memakan buah ini? Ini juga tinggi serat," ucap Tom begitu ngotot.

"Saya sedikitnya lebih tahu resiko pasien saya jika memakan buah ini, tuan. Silahkan bawa pulang atau buang atau berikan pada orang sehat lain. Jangan pada pasien saya," tentu saja ditolak mentah-mentah oleh perawat. Tom memang kadang kurang waras sedikit. Belum lagi melihat Duke yang membawa banyak makanan dan sup panas untuk Earl. Earl tentu saja tahu bahwa Duke pasti memaksa ibunya untuk memasak banyak untuknya.

.

.

.

To be continued

次の章へ