"Eommaaa aku tidak percaya kau begini", Suzy menenggak habis semua minumannya dan menatap Eommanya dengan sangat marah.
"kau berlebihan. Tuan Jimin adalah majikan kita. Madam Jane begitu baik, masa untuk menolongnya disekolah saja kau keberatan", Jawab Eomma sembari mengaduk-ngaduk makanan diatas penggorengan yang besar.
"Tapi aku pindah untuk belajar bukan untuk melayaninya. Aku harus mengadukan ini ke Madam Jane ataupun Nona Jihyun".
Eomma memukul bahu Suzy yang langsung kesakitan, "kau ini, jangan membuat Eomma malu dan seperti orang tidak tahu terima kasih. Kalau kau berani bilang ke Madam Jane lebih baik Eomma keluar dari pekerjaan ini".
Suzy sangat kesal namun ia tidak mampu lagi membantah, "aishhh sudahlah, aku mau kerja saja. Eomma tidak adil", Ia pergi meninggalkan Eommanya.
"sungguh tempramental anak ini".
Suzy curhat panjang lebar ke Hye Soo saat mereka kebagian mendapatkan giliran di counter dan kasir. Ia sangat kesal ternyata Eommanya malah lebih membela kepala gulali itu ketimbang dirinya. Padahal sudah jelas-jelas Jimin yang mereka kenal jauh berbeda ketika disekolah. Ia juga menceritakan adegan perempuan pembawa bunga tersebut. Namun Hye Soo malah memberikan respon yang menyebalkan.
"berarti benar bahwa gosip Park Jimin sulit didekati. Whoaaa aku sangat penasaran siapa akhirnya yang akan menjadi pacarnya ya".
Suzy memasang wajah jijik, "tidak akan ada dengan sikapnya yang sok ganteng seperti itu".
"selain dirinya apakah ada yang tampan? ku dengar sekolahmu itu peringkat nomor 1 untuk laki-laki tampan karena ada bangtan flowers itu".
Suzy memikirkan laki-laki dengan wajah tanpa ekspresi itu bahkan ketika semuanya excited berkenalan dengan dirinya, laki-laki itu hanya diam tak bergeming.
"semuanya sih tampan, aku akui itu. Namun ada satu yang memiliki ekspresi berbeda. ketika teman-teman Jimin tertawa, ia tidak menertawakan perempuan itu. Wajahnya juga tampan dan ia terlihat sedikit misterius".
"wah apa kau suka ya dengannya?", tanya Hye Soo sembari memangku dagunya menatap Suzy baik-baik.
Suzy menggeleng kuat, "tidak, aku tidak ingin berurusan dengan anak konglomerat seperti mereka", ia bergidik ngeri. Untuk sekolah disana saja ia berfikir tidak cocok apalagi dengan laki-laki seperti mereka.
Ji Na dan Na Ri datang ke restaurant untuk makan sushi dan Suzy paham bahwa mereka memiliki maksud lain yaitu ingin mengetahui bagaimana hari pertama Suzy.
Rasanya seperti berdongeng dua kali dan melihat respon yang sama berkali-kali. Mereka sangat histeris ketika selama ini ia baru tahu bahwa majikan Suzy adalah leader geng cowok-cowok itu.
"aku saja tidak tahu bagaimana penampilan Jimin ketika sekolah apalagi mengenai geng ini dan aku tidak pernah peduli. Tugasku hanya membangunkan dia dan melayani jika aku bisa".
"sayang sekali kita baru tahu, kapan-kapan kau harus mengirimkan fotonya kepada kami ya", pinta Na Ri dengan kata yang berbinar. Ia menyatukan kedua tangannya seperti berdoa.
Suzy menyuapi Na Ri dengan satu potong sushi, "jangan berkhayal. aku tidak ingin berdekatan dengan dia apalagi selca bareng. No way".
"ngomong-ngomong tadi Min Hyuk bertanya kau kemana", ucap Ji Na baru teringat namun Suzy hanya diam saja, "kau tahu apa yang kukatakan? aku berkata kau akan pergi ke Shinwa dan pasti mendapatkan cowok tampan lebih darinya dan aku juga bilang 'kau jangan mimpi mau berkenalan dengan Jihyun, dia itu beda level denganmu'", semua orang tertawa melihat Ji Na menirukan gayanya sendiri ketika memaki Min Hyuk.
"kalian tidak harus seperti itu. Aku tidak mau pertemanan kalian rusak karena aku".
"sudahlah Suzy. Kau harus membuat Min Hyuk menyesal. Dia fikir dikorea ini hanya dia yang tampan. Kita juga sudah malas berteman dengannya", ujar Ji Na.
"lagipula biasanya kalau tidak ada kau, dia mana mau menyapaku", kata Na Ri membuat Suzy terkejut.
"Jeongmal?", Suzy membuka matanya lebar-lebar.
"iya tentu, dia mau berteman denganku hanya karenamu saja Suzy".
Suzy mengelus pundak Na Ri, "sudahlah Na Ri , kau tidak perlu berhubungan lagi dengan pria sombong seperti Min Hyuk. Aku juga sudah melupakannya. Lebih baik kita fokus ke pelajaran agar bisa meraih nilai yang lebih baik" kata Suzy menenangkan Na Ri, "aku kembali kerja ya, nanti bosku sadar bahwa aku mengobrol disini. selamat menikmati sushi kalian", Suzy meninggalkan kedua temannya dan melanjutkan pekerjaannya kembali.
Keesokkan paginya Suzy terkejut dengan hadiah yang diberikan Jihyun ketika Suzy hendak membangunkannya. Sebuah smartphone model terbaru dengan warna putih bersih. Layarnya besar dan seperti kebanyakan anak-anak Shinwa pakai.
"ige waeyo?".
"hadiahmu karena berhasil masuk dengan nilai yang sangat baik", ujar Jihyun sambil tersenyum.
"tidak perlu Nona. Aku tidak butuh ini, lagipula aku bisa membelinya sendiri", Suzy berusaha menolak pemberian itu namun bukan Jihyun kalau tidak memaksa.
Ia menaruh handphone itu ke tangan Suzy, "kalau kau tidak ingin pakai, kau buang saja. Sudah ya aku ingin bermake up dulu", Ia menutup pintu kamarnya.
Suzy mau tidak mau memakainya, mana mungkin ia bisa membuang handphone sebagus dan pastinya harganya sangatlah mahal. Ia beranjak untuk kekamar Jimin. Langkah kakinya semakin berat.
Suzy menggoyang-goyangkan badan Jimin dan lelaki itu bangun dengan cepat. Ketika Suzy ingin beranjak, ia menarik tangan Suzy.
"wae?".
"kau ingin berangkat denganku? tunggu aku"
"aniyo" tolak Suzy dan melepaskan tangannya. Ia kesal teringat perbuatan Jimin kepada perempuan itu. Anak mami ini ternyata memiliki perangai yang menyeramkan di sekolah. Ia bergegas pergi dari kamar itu karena tidak ingin mendengar rengekan Jimin.
Baru kali ini akhirnya ia memiliki smartphone sendiri. Sebelumnya, ketika ada hal penting yang mengharuskan dirinya membawa smartphone, ia hanya bertukar pakai dengan Eommanya karena bagi dirinya membeli smartphone hanya membuang-buang uang. Sehingga ia memiliki kesepakatan dengan Eomma untuk sesekali bertukar pakai.
Ia menatap dirinya dikamera. Ia memang jarang mengambil foto dirinya sendiri memakai kamera depan. Ia sedikit takjub dengan wajahnya. Ketika ia mengedarkan pandangannya, ia melihat sesosok perempuan yang tidak begitu asing. Sepertinya perempuan itu yang menangis akibat Jimin. Suzy menghampiri perempuan itu yang sedang duduk sendirian dikursi taman.
"annyeong", sapa Suzy.
"annyeong", balasnya dengan senyum yang sangat manis.
Mengapa Jimin bisa sejahat itu dengan perempuan semanis ini. Wajahnya yang sedikit chubby tidak membuat dirinya terlihat gemuk, justru membuatnya semakin seperti boneka. Rambutnya ikal dan diberi jepitan mungil untuk menghalau poninya dari wajahnya yang mulus.
"Bolehkah aku duduk denganmu?", tanya Suzy dan perempuan itu mengangguk sekaligus sedikit bergeser untuk Suzy.
"kau pasti anak baru itukan?", tanyanya dengan suara yang imut.
Suzy tersenyum dan mengangguk, "aku heran mengapa semua orang bisa tahu aku adalah anak baru, dan biasanya mereka akan menyebut aku si pendapat beasiswa".
Perempuan itu mengulurkan tangannya, "aku Lee Si Young".
Mereka berdua berjabat tangan dan Suzy memperkenalkan dirinya.
"jangan heran. Anak-anak disini tidak memiliki terlalu luas pergaulannya karena mereka membatasi diri dan kebetulan setiap kelas hanya memiliki 15 murid paling banyak", jelas Si Young dan Suzy mengangguk berusaha memahami, "lagi pula, sepintar apapun anak murid disini. Keluarganya tidak akann mau mengambil beasiswa full seperti dirimu. Mereka akan bersikap sok dermawan dan tetap membayar uang sekolah yang sangat mahal ini", kata Si Young dengan enteng dan saat ia melihat wajah Suzy yang menonjolkan keheranan, ia tertawa. Menampilkan dua garis lucu dipipinya.
Suzy ikut tertawa, "whoaa hebat sekali", entah Suzy haru benar-benar tertawa atau tidak.
Suzy mengeluarkan handphonenya dan memberikan kepada Si Young untuk meminta sosial medianya. Si Young terlihat antusias dan mengetikkan namanya disana.
"mannaseo bangabseubnida Si Young", ujar Suzy.
"mannaseo bangabseubnida Suzy. Ngomong-ngomong apa yang akan kau ikuti untuk ekskul?".
Suzy masih bingung akan hal itu, "aku masih belum tahu. Bagaimana denganmu? apa clubmu?".
"Cheerleaders. Aku ada diposisi flyer.."
"wow pasti kau sibuk latihan dan juga diet ya, pantas sekali badanmmu sangat langsing", puji Suzy takjub. Disekolah lamanya tidak ada club itu.
"kau harus cepat memikirkan club apa, sebelum ganti tahun ajaran baru lagi karena ketika kitasudah dikelas atas kia tidak dapat mengikuti club selain club belajar," Si Young mendekatkan dirinya dan berbisik, "dan itu club paling membosankan yang pernah ku dengar", ia bergidik membuat Suzy terkekeh dengan sikapnya.
"baiklah. tapi tidak mungkin aku ikut clubmu karena aku tidak akan bisa melempar orang maupun dilempar orang hahaha", mereka tertawa bersama dan berjanji untuk makan siang bersama pada saat esok hari.
Suzy berharap mereka bisa berteman di sekolah ini.