webnovel

Bab 42

"Tapi tuan, sepertinya tuan harus kembali sekarang. Gatot sudah mulai mencurigai mu."

"Biarkan saja. Aku tidak ingin meninggalkan Dinda barang sedikitpun."

"Tapi dia bukan siapa-siapa. Jika tuan Arjun tau pasti tuan akan menjadi sasaran amukannya. Dia adalah istri tuan Arjun Saputra."

"Sekarang memang begitu, tapi kedepannya ku pastikan dia akan menjadi istriku."

"Tapi bagaimana caranya?"

"Kamu tidak perlu tau. Aku sudah menemukan cara agar Dinda lupa pada Arjun dan lari kepelukan ku."

Dinda beringsut mundur ketika mendengar itu semua. Kembali berpura-pura tidur agar David tidak curiga.

Tak berselang lama, David masuk dengan membawa buah-buahan segar dan beberapa makanan kesukaannya. Meletakkan semua itu di atas meja dan kembali duduk di sampingnya.

"Syukurlah kamu masih tidur. Kamu tau, aku sedikitpun tidak ingin membawamu kembali padanya. Teruslah di sisiku Dinda. I love you very much. Apapun yang kamu inginkan, meski itu hal yang mustahil pun aku pasti akan mengabulkannya untuk mu." gumam David lirih.

"Engh.." akting Dinda memang patut di acungi jempol.

Sandiwaranya yang alami bahkan tidak membuat David curiga sedikitpun.

"Kamu bangun?" tanya David.

"Haus.."

"Kamu haus, tunggu sebentar.."

David menuangkan segelas air untuk Dinda. Membantunya minum dengan telaten.

"Kamu bawa apa David?" tanya Dinda.

"Ini semua adalah makanan kesukaanmu."

"Hemm tapi aku tidak ingin makan itu."

"Baik, kalau begitu kamu ingin makan apa?"

"Nasi padang.."

"Benarkah? Tapi di sekitar sini sepertinya belum ada gerai nasi padang."

"Oh gitu ya." Dinda nampak kecewa mendengar itu.

"Tapi tidak masalah. Aku akan memberikanmu sekarang juga."

"Tidak apa itu jauh."

"Asal kamu senang Dinda."

Dinda yang sudah tau maksud dan tujuannya itu tentu hanya bisa menahan tawanya kala terus mengerjai David yang langsung pergi untuk memenuhi keinginan pujaan hatinya itu.

"Bagaimana bisa kamu bertindak lancang begitu? Aku ini kakak iparmu sendiri?"

Dinda menatap langit-langit ruangan tempat ia berbaring. Diam dan merenung membayangkan masa-masa ia bersama tuan Arjun.

"Dih kenapa aku jadi mikirin si kulkas dua pintu itu. Jelas-jelas dia mencampakkan ku."

Braaaakkkk.. Pintu di buka dengan paksa hingga Dinda tersentak.

"Nyonya Dinda.."

Dinda menghela nafas panjangnya tatkala ia menjumpai Rendi datang dengan beberapa pengawalnya.

"Kamu ini sebenarnya siapa sih? Dimanapun aku berada cepat atau lambat kamu akan tau keberadaan ku."

"Tuan sangat mengkhawatirkan nyonya."

Dinda memalingkan wajahnya.

"Kalau dia khawatir, kenapa tidak dia saja yang datang bukannya dirimu. Menyebalkan."

"Tuan sedang tidak enak badan nyonya."

"Terserah, memangnya aku terlihat seperti orang yang sehat sekarang?"

"Kami akan membawa nyonya kembali ke kediaman."

"Jangan mendekat. Aku tidak ingin kembali ke tempat itu. Aku ingin bebas."

"Tapi nyonya.."

"Enggak ada tapi-tapian. Aku muak berada di tempat itu."

Namun bukannya pergi, Rendi justru mendekat dan mengangkat paksa Dinda di gendongnya.

"Aaaaaa lepaskan aku!! Aku tidak mau pulang!!" teriak Dinda.

"Lepaskan atau aku akan berteriak kalian menculik ku!!"

Rendi tidak bergeming, justru ia semakin mempercepat langkahnya. Selain untuk menghindari keributan, ia juga ingin menghindari David yang sewaktu-waktu bisa muncul di hadapan mereka.

"Cih, sial. Harusnya aku tidak meminta David pergi jauh." kata Dinda di dalam hati.

"Huwaaaa lepaskan aku. Lepaskan!!" Dinda terus memberontak sembari memukul-mukul tubuh Rendi.

Tampak Rendi memberikan isyarat pada salah satu anak buahnya.

Jussss.. Dinda memekik tatkala pahanya terasa nyeri karena jarum suntik yang menusuknya.

"Apa yang kalian lakukan. Awas saja, aku akan membalas kalian semua. Aku akan melihat orang yang ada di sini."

Lambat laun entah mengapa Dinda merasakan kantuk yang luar biasa. Matanya begitu berat untuk tetap terbuka. Sampai ia benar-benar menutup matanya dengan sempurna untuk sementara waktu.

Gegas Rendi memasukkan Dinda ke mobil untuk di bawa kembali anggap saja ini penebusan untuk tuan Arjun yang sudah sangat merindukan Dinda istri kecilnya itu.

"Syukurlah nyonya tetap tertidur hingga kita sampai." kata salah seorang pengawal.

"Kalau aku tidak tega memberi obat bius padanya, mungkin nyonya sudah uring-uringan dan kabur dari kita. Kalian tentu tau bukan akalnya sangat banyak." timpal pengawal yang lain.

"Lebih baik kalian awasi saja nyonya. Jangan sampai ada yang lecet barang sedikitpun, atau tuan Arjun Saputra akan memukul pantat kalian sampai berdarah." pungkas Rendi.

Tampak para pengawal reflek meraba pantat mereka. Bergidik ngeri jika itu benar-benar akan terjadi.

-----

"Dinda ini.."

Ekspresi David seketika berubah saat tidak mendapati Dinda tidak ada di bangsalnya.

"Dinda kamu kemana?"

David mencari Dinda kemana-mana. Kamar mandi, taman, ruang sebelah. Semua tidak luput dari rasa cemas David pada Dinda.

"Sus, apa kamu lihat pasien di kamar itu? Dia tidak ada dimanapun." tanya David khawatir.

"Maksudnya saudari Dinda? Kebetulan dia sudah di bawa pulang oleh sanak saudaranya belum lama ini."

"Saudara? Bisa jelaskan lebih detail Sus."

David menyimak dengan seksama perkataan suster yang tengah menceritakan kronologis Dinda di bawa pulang dengan paksa."

"Sialan!! Itu pasti anak buah mas Arjun."

Dengan berang David segera meninggalkan rumah sakit untuk mengejar Dinda. Melajukan mobilnya dengan kencang menembus ramainya jalan ibu kota.

"Tidak akan ku biarkan Dinda kembali padamu. Dia milikku!!"

David sangat marah, matanya memerah karena kesal. Bagaimana bisa? Dia yang susah payah menyelamatkan Dinda saat hendak meregang nyawa. Ketika semua sudah terkendali mereka membawanya tanpa izin darinya.

"Arjun makanlah. Sudah beberapa hari ini kamu hanya makan sedikit."

Dona terus membujuk tuan Arjun Saputra untuk memakan hidangan yang ia bawa. Namun tidak sedikitpun tuan Arjun Saputra menyentuhnya. Dia telah kehilangan nafsu makannya sejak kepergian Dinda.

"Bawa saja kembali Dona. Aku sedang ingin bermalas-malasan. Aku tidak ingin makan atau minum apapun sekarang."

"Tapi Arjun, aku khawatir jika kamu sakit nantinya." kata Dona cemas.

"Aku tidak apa. Kamu kembalilah dulu ke paviliun mu. Jika aku ingin makan, pasti aku akan menghubungimu."

Dona tentu saja tampak kecewa dengan tuan Arjun Saputra yang terus menolak pemberiannya. Rencananya tidak berjalan mulus karena ke tidak semangatan tuan Arjun dalam menjalani hidupnya akhir-akhir ini."

"Apa kamu masih lemas? Nanti aku akan memerintahkan abdi dalem ku membawakan ramuan agar tenagamu cepat pulih."

Tuan Arjun Saputra tidak menjawab apapun, dia terlalu malas untuk menimpali Dona yang terus membujuknya itu.

"Tuan Tuan izin lapor." seru pengawal.

"Kenapa kamu buru-buru sekali. Kamu tidak lihat Tuanmu sedang istirahat karena tidak enak badan." Dona kesal.

"Maaf tuan tapi ini.."

"Katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan."

"Rendi dan anak buahnya telah kembali dengan kabar baik tuan. Nyonya Dinda bersama mereka."

Seketika tuan Arjun Saputra berdiri, angin segar tiba-tiba saja datang memasukinya ketika mendengar nama Dinda di sebut.

"Kamu yakin itu Dinda?" tanya tuan Arjun tampak tidak percaya.

次の章へ