Dinda pamit pulang pada Karina, Dinda masuk kedalam rumahnya lewat dari jendela kamarnya lagi. Sesampainya kamarnya Dinda terkejut ternyata sudah ada ayah dan ibunya di dalam kamarnya menunggunya pulang.
Keesokkan harinya Dinda menikah dengan tuan Arjun Saputra acaranya tertutup hanya orang tuanya saja yang boleh menghadiri acara pernikahannya.
Setelah acara ijab kabul Dinda langsung di bawa oleh asisten tuan Arjun Saputra ke kediamannya, setelah berpamitan oleh kedua orang tuanya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Dinda Adea Putri Binti Ferdi Alamsyah dengan maskawinnya yang tersebut diatas tunai."
"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu.
"Sah.."
"Sah.."
"Sah.."
Jawab kedua orang tua Dinda, asisten tuan Arjun, dan bodyguard tuan Arjun sebagai saksi.
"Alhamdulillah, Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha'alaih. Sekarang anda sudah resmi menjadi suami dan istri." penghulu membacakan doa juga memberikan selamat pada tuan Arjun dan Dinda sudah sah menjadi suami dan istri.
"Berikan mereka kesempatan sebelum saya membawa istriku pulang ke kediaman." pinta tuan Arjun.
"Baik tuan." jawab asisten tuan Arjun.
"Baiklah saya tunggu di mobil setelahnya tunggu perintah dari saya."
"Baik tuan." jawab asisten tuan Arjun lagi.
"Maafkan kami nak, kami orang terbodoh di dunia ini." bu Rahmi meraung. Dadanya sesak saat membayangkan putrinya harus hidup dengan dengan pria yang tak berperasaan seperti tuan Arjun.
Pak Ferdi tidak bisa berkata kata apa pun, lidahnya kelu. Dia sangat menyesal dengan yang menimpa putrinya.
"Sudahlah ma, Dinda tak apa mungkin sudah nasib Dinda begini adanya. Kalian harus hidup bahagia dengan atau tanpa Dinda ya. Sampaikan salam juga pada Okta ma. Dinda belum sempat berpamitan padanya anggap ini sebagai bakti Dinda yang terakhir untuk kalian. Semoga saja Tuhan segera mempertemukan kita lagi ya? Dinda pamit ya. Satu permintaan Dinda jaga mama ya pa."
Dinda memeluk erat bu Rahmi kemudian berganti memeluk erat pak Ferdi. Sebenarnya dia enggan untuk melepaskannya. Namun tiba-tiba saja salah satu seorang asisten tuan Arjun Saputra datang dan menarik Dinda pergi.
"Jaga diri kalian baik-baik Dinda sayang kalian."
Teriak dan tangisan Dinda begitu menggema membuat bu Rahmi tak kuasa menahan tangisnya. Beliau bersimpuh karena lemas.
"Dinda.."
Di mobil Dinda hanya duduk termenung memandangi jalanan yang di laluinya. Dinda juga tidak bisa berkomentar banyak.
Hingga pada akhirnya salah satu dari asisten tuan muda Arjun Saputra memecah lamunannya.
"Kita sebentar lagi sampai di kediaman nyonya." kata salah satu dari asisten tuan muda Arjun Saputra yang memecahkan lamunannya.
Dinda tidak menjawab dan kembali melihat jalanan, Dinda melihat perkebunan di tempat yang sepi, ketika sampai di sebuah gerbang tinggi menjulang membuat Dinda sedikit bergidik ngeri.
"Ada rumah mewah di tengah-tengah tempat terpencil seperti ini." kata Dinda di dalam hati.
Kemudian Dinda memperhatikan dengan seksama, jarak dari gerbang utama ke rumah cukup jauh jika di tempuh dengan berjalan kaki. Dinda juga mengakui jika rumor tuan Arjun yang misterius benar adanya.
"Silahkan nyonya." seorang pengawal membukakan pintu mobil untuk Dinda.
Dinda di sambut oleh para abdi dalem yang berbaris rapi untuknya.
Canggung memang, namun Dinda berusaha untuk tenang sekarang.
Mata Dinda terfokus pada tiga perempuan yang menunggu di ujung barisan. Dinda tentu sudah tahu siapa mereka, ada satu fakta yang benar adanya. Tuan Arjun sudah beristri tiga.
Dinda membungkuk memberi hormat, wajah ketiga wanita itu terlihat jelas tak begitu suka dengannya.
"Oh jadi kamu Dinda?" tanya salah satu dari istri tuan Arjun.
"Iya." jawab singkat Dinda. Dia tidak begitu percaya diri sekarang. Jika di perhatikan dengan seksama nampak jelas kaki Dinda yang terlihat gemetar.
Wanita itu memberikan kode pada seseorang dan salah satu abdi dalem maju.
"Saya adalah abdi dalem pribadi anda mulai sekarang nyonya, ijinkanlah saya memperkenalkan mereka untuk anda." kata abdi dalem dengan sopan dan Dinda hanya menganggukkan kepala tanda Dinda menyetujuinya.
"Mereka adalah para istri tuan Arjun yang lain. Nyonya Nike, nyonya Nurul, dan nyonya Nurma. Nyonya Nike adalah istri pertama tuan Arjun sekaligus penanggung jawab rumah tangga. Segala kebutuhan penghuni kediaman ini akan menjadi tanggu jawab beliau. Para istri tuan Arjun akan tinggal di paviliun mereka masing-masing. Untuk nyonya Dinda akan tinggal di paviliun mawar. Itu saja penjelasan dari saya. Jika ada hal yang ingin nyonya ketahui jangan sungkan untuk menanyakannya."
Setelah mengucapkan perkataannya abdi dalem itu segera pamit undur diri dan berdiri di belakang Dinda.
"Mereka yang menyambut mu adalah para abdi dalem yang akan melayani mu mulai sekarang. Jadi taati peraturan maka kau akan tetap hidup." Nike memberitahu Dinda lalu pergi dan diikuti oleh kedua istri tuan Arjun yang lain.
"Jadi nyonya mau langsung menuju ke paviliun anda?" tanya abdi dalem pribadi Dinda.
"Iya aku sangat lelah."
Abdi dalem pribadi Dinda kemudian mengantarkannya ke paviliun tempat tinggalnya sekarang. Dinda sangat lelah karena Dinda menempuh perjalanan hampir enam jam.
Paviliun Dinda letak cukup jauh dari gedung utama tapi Dinda senang karena Dinda tidak perlu lama-lama bertatap muka dengan para madunya.
Sesampainya di paviliun nya Dinda segera merebahkan tubuhnya di sebuah ranjang besar yang sekarang menjadi miliknya. Lalu mengamati dengan kagum interior kelas atas yang tersaji di sekelilingnya.
"Wah pria tua itu benar-benar memang kaya." kata Dinda.
"Nyonya air hangatnya sudah siap silahkan andi mandi sebelum airnya dingin."
"Namaku Dinda bukan nyonya." kata Dinda ketus.
"Tentu tapi anda sekarang adalah nyonya ku. Anda adalah istri sah tuan Arjun jadi sudah seharusnya saya memanggil anda nyonya."
"Terserah kamu saja, aku sudah lelah dan tidak ingin berdebat."
Dinda segera menuju ke kamar mandi yang di tunjukkan oleh abdi dalem itu.
"Kenapa kamu ikut masuk?" tanya Dinda yang tentu saja kaget karena abdi dalem itu terus mengikutinya sampai ke dalam kamar mandi.
"Tentu saja saya akan membantu nyonya mandi."
"Kamu mau apa?" tanya Dinda terkejut saat abdi dalem itu mencoba melepaskan pakaiannya.
"Membantu nyonya melepaskannya."
"Apa!! Aku bisa melepaskan sendiri pakaianku dan kamu keluar saja. Aku akan mandi sendiri."
"Tidak bisa nyonya ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai abdi dalem anda."
"Tidak!! Aku tidak akan membiarkan kamu melihat milikku." Dinda menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
"Apa saya harus memanggil abdi dalem yang lain juga nyonya."
"E-eh tidak tidak tidak. Kamu saja sudah membuat kepalaku pusing." Dinda menahan abdi dalem itu.
"Tapi aku akan melepaskan pakaianku sendiri, kamu berbalik lah."
"Tapi nyonya."
"Berbalik cepat." Dinda memaksa dengan memutar tubuh abdi dalem itu.
Dinda masuk kedalam bathub serta menambahkan banyak sabun agar busanya semakin banyak untuk menutupi bagian sensitifnya dari abdi dalem itu.
Abdi dalem itu segera berbalik dan menghampiri saat ia sadar Dinda sudah berendam di dalam air yang penuh dengan busa itu.
Dengan cepat abdi dalem itu membantu Dinda menyabuni tubuhnya. Memijat kepalanya saat keramas. Lambat laun Dinda mulai menikmati privilege untuknya.
"Oh ya siapa namamu?" tanya Dinda menanyai nama abdi dalem pribadi nya itu.
"Daniar nyonya."