webnovel

Kembali..

Saat itu Shina terlihat seperti menimbang. Dia ingin membalas pesan Aris tadi, tapi dia begitu gengsi untuk menghubungi Aris duluan.

"Apa aku harus mengatakan padanya kalau aku berada dirumah Lucy sekarang.."

"Tidak.. tidak.. aku tidak boleh menghubunginya. Dia yang bersalah disini, jadi dia yang harus datang dan meminta maaf secara langsung padaku.. Masa aku yang memberitahunya terlebih dahulu?" pikir Shina gengsi

Beberapa detik menunggu, tetapi Aris masih belum juga menghubunginya.

"Kenapa kau tidak mencoba menghubungiku lagi. Apa baterai ponselmu mati?" tanya Shina sedikit emosi sambil memandang layar handphonenya yang menunjukkan pesan Aris terakhir tadi

"Coba kalau seandainya kau itu Ryan, tidak peduli bagaimanapun.. dia pasti akan mengejar dan terus menerus berusaha menghubungiku.. Seandainya saja sifatmu itu sedikit seperti Ryan, Aris.." keluh Shina

Sementara itu, aku dan Ryan telah tiba dikediaman Lucy. Saat itu kami juga sudah membawa Arsy dan susternya untuk bertemu dengan Shina disini.

"Mas, aku tunggu dimobil aja ya? Gak enak sama Shina kalau dia lihat aku nanti. Sepertinya dia benci sekali padaku.."

"Kalau kamu gak mau turun, berarti aku juga gak usah turun.."

"Tapi Mas.. kasihan Shina. Setidaknya Mas harus menunjukkan etikad baik bahwa Mas mau membantu dia menghilangkan kesedihannya dengan membawa Rani dan Arsy kemari.."

Saat itu Ryan tiba-tiba memutar tubuhnya kearahku. Sambil menatapku sinis, dia pun berkata

"Sayang.. Kamu sadar gak sama apa yang kamu bilang barusan?"

"Aku kok ngerasa kamu kayak sengaja nyuruh aku buat balik lagi sama Shina. Sebenarnya kamu ngelakuin ini karena udah gak ada lagi perasaan apa-apa sama aku? Kamu gak ada perasaan cemburu lihat aku dekat lagi sama Shina?" tanya Ryan menunjukkan ekspresi kecewa

"Gak Mas. Aku gak bermaksud kayak gitu ke kamu. Aku cuma mau Mas benar-benar menuntaskan masalah Mas sama Shina. Biar semuanya clear.."

"Clear apanya? Apa lagi yang perlu di tuntasin? Aku sama Shina udah gak ada hubungan apa-apa lagi.."

"Kamu aneh tahu gak? Sifat kamu hari ini bener-bener gak kayak biasanya. Tadi tiba-tiba minta cium, terus sekarang nyuruh aku dekat-dekat dan perhatian lagi sama Shina.."

"Maaf Tante, Om.." sela Rani tiba-tiba

"Gak apa-apa kok Tante, Om Ryan gak usah ikut turun. Rani sama suster nanti akan bilang ke Mami kalau tadi kita dianterin sama Om. Jadi, Om Ryan sama Tante Lena gak usah bertengkar lagi.."

Setelah mengatakan hal itu, Rani dan Suster yang membawa Arsy pun turun dari mobil. Disusul pula oleh Ryan, yang sepertinya juga merasa kesal dan kecewa padaku.

"Mii.." ucap Rani menghampiri Shina

"Rani.. Sayang.." Shina tiba-tiba menangis haru sambil memeluk erat Rani

"Mami kenapa nangis Mi?" tanya Rani heran

Shina masih memeluk Rani dengan erat sambil menciuminya.

"Mi.. Mami baik-baik saja? Mami bertengkar lagi sama Ayah?" tanya Rani kembali

Sambil kemudian menghapus air matanya,

"Gak Sayang. Gak apa-apa.. Mami gak bertengkar sama Ayah. Mami cuma kangen sama kamu. Mami ngerasa Mami udah banyak salah ke Rani.. Mami.." Shina menghentikan kata-katanya, dia kembali menangis

"Mami jangan sedih lagi ya. Rani bakalan terus ada disini sama Mami.."

"Maafin Mami Sayang.. Maafin Mami.." ucap Shina kembali sambil terisak

Saat itu pemandangan tersebut terlihat oleh Ryan dari balik pintu. Akan tetapi, Ryan tidak ingin mengganggunya. Dia hanya merasa iba melihat kondisi Shina dan Rani, sehingga dia terus berdiam diri ditempatnya.

"Rani gak apa-apa kok. Sudah, Mami tenang ya. Mami gak salah. Lagian Mami juga gak ngelakuin hal jahat sehingga membuat Mami harus minta maaf sama Rani.."

"Meskipun Mami galak, tapi Mami itu tetap Mami terbaik buat Rani.."

Mendengar perkataan seperti itu, semakin membuat Shina bertambah sedih. Dia terus mengeluarkan air matanya.

Saat itu tiba-tiba Ryan,

"Rani benar. Kau adalah ibu terbaik baginya. Jadi berhenti berpikir untuk menyalahkan dirimu sendiri atas apapun yang telah terjadi dimasa lalu.."

"Aku tahu, mungkin kau kesal mendangarku mengatakan ini padamu, tapi Shina.. Rani adalah anakmu sekarang. Jadi jangan membuatnya bersedih dengan mengungkit hal lain yang berhubungan dengan masa lalumu itu (masalah anak yang sudah meninggal)."

"Oh, iya Mi. Tadi Om Ryan yang mengantar Rani dan dede Arsy kemari. Om Ryan tadi menjemput Rani kesekolah karena katanya Mami ingin bertemu Rani disini.."

Saat itu tatapan Shina lalu mengarah ke arah Ryan. Lalu Ryan,

"Aku hanya ingin kau menerima semua apa yang sudah Tuhan takdirkan padamu. Rani.. dan semua kondisi ini.."

Sambil kemudian memegang tangan Shina, Ryan berkata

"Shina, aku benar-benar minta maaf.. Aku tahu aku telah banyak membuat kesalahan padamu dan membuat hidupmu menderita.. tapi aku ingin kau melupakan semuanya dan menjaga Rani dengan baik.. Rani, buah hati kita dulu.." ucap Ryan lembut sambil kemudian dia mengusap-ngusap kepala Rani

"Ya, kau benar. Bagaimanapun Rani tetaplah buah hatiku.. Anak perempuanku yang sangat cantik dan lucu.." ucap Shina menyetujui perkataan Ryan sambil ikut mengelus-ngelus kepala Rani

Lucy yang melihat pemandangan itu pun merasa terharu. Sesaat dia berpikir, seandainya saja Ryan bisa kembali bersama Shina seperti dulu, maka hidup Shina pasti akan sangat bahagia. Dia lalu mengambil handphonenya dan mengabadikan momen bahagia tersebut didalam galeri ponselnya.

Sementara ditempat lain, saat itu aku masih menunggu Ryan didalam mobil. Tiba-tiba saja handphoneku berdering. Itu panggilan dari Pak Wawan, salah satu pengurus apartemen Royal Village

"Halo, Bu Lena?" sapa Pak Wawan ditelpon

"Iya Pak Wawan. Ada apa?"

"Maaf kalau saya ganggu Bu. Saya hanya mau menanyakan nomor ponselnya Ibu Shina, istri Pak Aris.. Apa Ibu punya nomornya?"

"Memangnya ada apa ya Pak?"

"Pak Aris Bu.. Pak Aris kelihatannya sedang sakit. Dia tadi saya antarkan ke unitnya. Tapi dia melarang saya untuk menceritakan hal ini pada siapapun. Dia bilang dia hanya ingin istirahat sebentar saja disana. Saya hanya khawatir.. Mukanya Pak Aris pucat dan dia menolak ketika hendak saya antarkan ke klinik atau saya panggilkan dokter.."

"Tapi Pak Aris gak kenapa-kenapa kan Pak? Apa dia sempat pingsan tadi atau terjadi sesuatu padanya?" tanyaku panik

"Gak Bu. Cuma wajahnya terlihat sedikit pucat dan kelihatan kurang sehat. Saya ingin agar Ibu Shina nanti bisa datang dan menemaninya disini.. Takut nanti terjadi apa-apa sama Pak Aris"

"Iya Pak. Nanti saya beri tahu Ibu Shina. Kebetulan saat ini saya sedang berada dirumah kerabatnya dan ada ibu Shina juga disini. Nanti akan saya beri tahu.."

"Kalau begitu makasih ya Bu Lena. Maaf sebelumnya saya jadi ngerepotin ibu.."

"Iya Pak gak apa-apa. Makasih.."

Dan Pak Wawan pun mengakhiri panggilannya.

Beberapa saat kemudian, di apartemen Aris

*Ting Tong.. Ting Tong.. (bunyi suara bel pintu)

Lalu Aris pun pergi membukakan pintu. Sesaat kemudian dia terkejut memandangi sosok wanita yang saat ini sedang berdiri dihadapannya.

次の章へ