webnovel

Pengakuan Ryan

Aku sungguh panik saat itu.

"Bagaimana ini? Bagaimana kalau Mas Ryan menghajar Aris? Aku tidak ingin terjadi keributan disini." ucapku dalam hati cemas

Saat itu Ryan, berbeda dari sebelum-sebelumnya, kali ini dia tidak menunjukkan sikap agresif atau amarahnya itu. Dia lalu menghampiri kami dan

"Kalian jalan bersama? Kalian dari mana?" tanyanya sambil tersenyum menunjukkan kedua lesung pipinya

"Aku habis mengunjungi makam Papa tadi Mas, terus tiba-tiba bertemu dengan Mas Aris didalam bus. Dia menyelamatkan dompetku dari pencopet.."

"Oh, ya ampun Sayang kamu naik bus umum?" tanya Ryan tidak senang

"Sudah. Lain kali kamu telepon aku biar aku anterin kemana-mana. Atau kalau kamu mau, aku bisa pinjemin kamu mobil biar kamu bisa gampang pergi kemana-mana sendiri.."

"Tidak usah Mas. Aku tidak apa-apa.." jawabku

Kemudian Ryan,

"Aris terima kasih. Aku berhutang budi padamu karena kau sudah menjaganya tadi.." ucap Ryan tersenyum manis pada Aris.

Sungguh aku tidak menyangka. Sifat Ryan bisa berubah menjadi manis seperti ini pada Aris. Kemudian Ryan menarik tanganku dan membawaku pergi dari sana.

Aku tidak tahu kalau dibalik itu semua ternyata Ryan sangat murka padanya. Secara diam-diam, ternyata Ryan mengirimi Aris pesan

"Kalau aku sekali lagi melihatmu berjalan bersama Lena, aku akan mematahkan kakimu.."

Saat itu, aku yang melihat Ryan seperti sedang mengetikkan sesuatu dihandphonenya

"Pesan dari siapa?" tanyaku yang sedikit membuatnya terkejut

"Ahh, nggak. Ini aku baru ngasih instruksi ke Heru buat lakuin sesuatu. Masalah kantor Sayang.." ucap Ryan berbohong padaku sambil tersenyum

Dan dia pun terus memasukkan kembali handphonenya ke dalam saku dan kembali menggandeng tanganku. Ryan saat itu tidak tahu kalau tanpa sengaja dia menghubungi Aris di ponselnya.

"Aku tidak tahu kalau dari dulu Mas tidak pernah berubah.."

"Mas masih saja menyerahkan semua urusan pekerjaan dan kantor pada Heru.." lalu aku pun tiba-tiba mengehentikan kata-kataku

"Kalau dulu saat kita masih bersama, aku mengerti Mas melakukan itu semua karena Mas memang lebih senang kita menghabiskan waktu bersama-sama. Kalau sekarang aku penasaran.. kira-kira apa yang Mas lakukan, sementara Heru mengerjakan semua pekerjaan-pekerjaan itu dikantor.." tanyaku tiba-tiba yang membuat Ryan terkejut

Saat itu Ryan terlihat sedikit kebingungan untuk menjawab pertanyaan dariku, hingga kemudian

"Tidak usah dijawab. Lagipula apa hakku bertanya seperti itu padamu. Hubungan kita berdua juga sudah berakhir. Peran kita berdua disini adalah sebagai orang tua bagi Oka, tanpa ada ikatan apapun.." ucapku mencoba tersenyum

Kemudian Ryan, dia menghentikan langkahnya dan menghadap ke arahku. Sambil masih memegang tanganku,

"Sayang.. Aku minta waktu. Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa menjelaskan ini semua padamu sekarang.."

"Apa ini tentang Shina?"

Saat itu aku dapat menebak sepertinya dugaanku benar. Ekspresi Ryan yang terkejut seperti ini bisa menggambarkan semuanya.

"Aku tahu, tadi pagi saat di apartemen dia kan yang menghubungi Mas? Dan Mas langsung terburu-buru pergi untuk menemuinya, lalu meninggalkanku sendirian disana.. sama seperti dulu yang sering Mas lakukan padaku.."

Saat itu mataku sudah berkaca-kaca. Aku tidak dapat lagi membendung kesedihan dan rasa kekecewaanku padanya.

"Sayang aku.."

Ryan berusaha menjelaskan semuanya padaku, tetapi aku kemudian melepaskan tangannya, lalu pergi.

Ryan kembali menahanku. Dia tiba-tiba memelukku dari belakang, seolah menghentikan langkahku dan tidak ingin membiarkanku pergi dari sana. Saat itu air mataku sudah turun dengan deras. Lalu Ryan,

"Aku merasa bersalah padanya. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku bisa menebus semua kesalahan yang ku perbuat dengannya.."

Ryan kemudian mencoba membalikkan tubuhku ke arahnya,

"Sayang aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku harus membebaskan diri dari situasi ini. Perasaan menyesal dan bersalahku padanya begitu besar. Dan itu yang membuatku lebih memilih untuk bersama dengannya, untuk melindunginya.. dan harus kembali meninggalkanmu.."

"Aku minta maaf. Maafkan aku Sayang.. Aku tahu, tidak seharusnya aku bersikap seperti ini padamu, tapi dia.. dia benar-benar sangat menderita. Aku kasihan padanya.."

"Kau tahu Rani? Dia itu bukan anak kandung kami. Dia bukanlah darah dagingku dan Shina, tapi orang lain. Saat dia melahirkan, anak kami itu telah meninggal. Asistennya Lucy yang menceritakan ini semua padaku.

"Shina sendiri bahkan tidak tahu hal ini.. dan itu juga yang berusaha aku jaga darinya. Untuk itu aku sampai mengerahkan beberapa orang untuk terus mengawasinya agar dia jangan sampai tahu mengenai hal ini (upaya Ryan menyewa bodyguard untuk Shina).."

"Malam itu, saat aku pulang terlambat ketika kita dirumah Papa, dimana kita masih bertengkar waktu itu dan aku yang berpura-pura harus tidur di lantai.. Malam itu aku terlambat pulang karena harus menemaninya yang pingsan di klinik. Disana akhirnya aku bertemu dengan Lucy dan Lucy menceritakan semuanya. Semua hal yang dialami Shina saat hubungan kami harus berakhir hari itu."

"Shina yang depresi.. Bahkan dia mencoba untuk melakukan upaya bunuh diri dua kali.. Sampai saat ini dia masih mengkonsumsi obat-obatannya itu. Dan itu yang membuatku selalu merasa bersalah padanya.."

"Aku kasihan padanya.. Aku telah membuat hidupnya hancur, bahkan sampai dia harus mengalami semua ini.."

"Oleh karena itu, kapanpun dia meminta bantuan padaku atau menelponku, aku selalu berusaha untuk memenuhi panggilannya dan berusaha membantunya.. Walaupun aku tahu dengan aku melakukan semua itu padanya, aku tidak benar-benar bisa menghapuskan semua kesalahanku dimasa lalu.. tapi aku tetap ingin melakukannya.. untuk mengurangi perasaan bersalahku padanya.."

"Sayang katakan.. bagaimana aku harus menebus semua kesalahanku itu padanya. Aku benar-benar ingin terbebas dari semua ini. Kamu bisa ngertiin aku kan?" ucap Ryan bertanya sambil memohon padaku

Saat itu tiba-tiba Ryan mendekatkan wajahnya padaku. Dia berusaha ingin menciumku, tapi aku berhasil menepisnya dan langsung pergi meninggalkannya. Ryan terus mengejarku saat itu.. beruntung ada taksi yang lewat. Ada seseorang yang baru turun dari taksi dan aku pun lalu menaiki taksi itu dan pergi.

Aku terus menangis didalam taksi. Aku kecewa.. Mas Ryan dia sepertinya masih memiliki perasaan pada Shina. Dia melakukan semua itu untuknya. Walaupun hanya perasaan bersalahnya saja, tetapi.. kenapa sampai harus mengorbankan diriku. Apa rasa bersalahnya itu melebihi rasa cintanya padaku?

Aku menyadarinya. Memang benar.. semenjak hari itu, hari dimana aku memergokinya dengan Shina di Villa waktu itu.. sifatnya berubah. Apa telah terjadi sesuatu pada mereka berdua saat di Villa? Sepertinya aku harus memikirkan ulang mengenai ajakannya untuk mengajakku kembali rujuk demi memperbaiki hubungan kami.

Sementara itu ditempat lain Ryan, dia yang ingin menghubungiku melalui handphonenya, dikejutkan dengan panggilan telepon yang dilakukannya tanpa sengaja pada Aris. Dia tidak menyangka bahwa sepertinya dia telah melakukan kesalahan besar dengan menceritakan semua apa yang tidak boleh diceritakannya pada Aris. Dia pun dengan segera mematikan panggilannya. Dan sesaat itu juga, begitu panggilannya mati.. Aris kembali menghubunginya.

次の章へ