webnovel

Meminta Tolong.

"Kamu tenang saja! Karena pelajaran itu saya simpan di otak. " Jawab Qiano dengan sombong sambil menunjuk ke arah kepalanya.

"Oke. Aku percaya kalau kamu yang mengatakannya. Kalau begitu, mari mulai belajar!"

"Oke"

Setelah itu mereka berdua mulai belajar. Qiano terlihat sangat sabar ketika menjelaskan beberapa soal pada Qiara meskipun dia harus menjelaskannya berulang kali.

Mata Qiara seperti berkunang-kunang ketika melihat angka-angka yang dijelaskan oleh Qiano. Namun, ia tetap mendengarkan penjelasan Qiano dengan serius.

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa mereka sudah sampai di penghujung hari.

Qiano mengajari Qiara dengan sabar dan teliti karena dia senang melihat Qiara belajar dengan semangat.

Selain itu, Qiara tidak pernah mengeluh meskipun Qiano berkali-kali menyalahkannya, dan hari ini mereka tidak bertengkar sekali pun.

"Apa kamu sudah mengerti tentang Logaritma ini?" Tanya Qiano setelah memberikan penjelasan panjang lebar pada Qiara. "Hehehe ... Sedikit". Jawab Qiara sambil menggaruk kepalanya.

"Baguslah kalau begitu, Aku akan memberikanmu tugas yang kamu harus kumpulkan besok! Bagaimana?". Kata Qiano dengan tegas setelah menuliskan beberapa soal untuk Qiara.

Qiara menatap 10 soal yang sudah di tuliskan Qiano sambil menelan air liurnya dalam-dalam.

"Bagaimana kalau aku salah?". Tanya Qiara. "Kamu harus siap menerima hukuman dariku jika kamu salah". Jawab Qiano sambil tersenyum licik.

"Hukumannya apa?"

"Rahasia dong! Pokoknya kamu harus berusaha untuk bisa menyelesaikannya". Jawab Qiano dengan tegas.

Mendengar perkataan Qiano , Qiara menarik nafas berat setelah itu dia mengangguk dengan terpaksa. Hari ini, belajar bersama itu pun berakhir.

Tidak lama setelah itu, Qiano membawa Qiara pulang ke rumahnya karena sepedanya masih disana. Setelah itu Qiara pulang dari rumah Qiano sambil tersenyum.

~Malam Hari~

Malam Pun tiba, Qiara terlihat frustasi di kamarnya,karena satupun soal tidak bisa dia kerjakan. Oleh karena itu dia mencoba meminta bantuan Ibunya. Tapi, Ibunya pun tidak mengerti.

'Aku harus bagaimana? Aku tidak bisa menjawabnya. Aku tidak mau di hukum sama orang yang jelek itu.' Guman Qiara sambil mengacak-acak rambutnya.

Tepat saat itu, ia kepikiran untuk minta bantuan Julian.

'Julian? Kenapa aku berfikir untuk minta bantuanya? Apa dia bisa Matematika? Sebaiknya Aku tanya dia dulu!'

Setelah bergelut dengan pikirannya, Qiara membuang egonya lalu menghubungi Julian terlebih dahulu. Tapi dia mengurungkan niatnya detik itu juga karena dia sangat mengantuk.

~Keesokan paginya~

Pagi-pagi sekali, Qiara sudah ada di meja belajarnya. Ia terdiam sambil menatap angka-angka yang tertulis di bukunya.

"Dari tadi malam hingga pagi ini, aku tidak juga menemukan jawabannya. Rumus yang di ajari Qiani tidak bisa aku mengerti. "

Qiara benar- benar pusing sampai rambutnya seperti singa karena diacak-acak.

Meski begitu Qiara belum mau menyerah, dia mencoba kembali untuk menemukan hasilnya tapi tetap saja tidak menemukannya, sedang jam di dinding sudah menunjukkan setengah tujuh pagi.

"Astaga sudah siang. Aku tidak ingin terlambat lagi. Tapi, bagaimana dengan tugasku ini? Qiano pasti mengejekku habis-habisan". Ucap Qiara setelah menatap jam di dinding.

Setelah beberapa saat kebingungan tiba-tiba Qiara teringat kembali pada Julian, tapi dia ragu kalau Julian bisa menyelesaikannya karena dia sudah lama lulus dari bangku SMA, jadi mana mungkin dia bisa menyelesaikan tugas matematika ini? Akan tetapi, Qiara berfikir tidak ada salahnya untuk bertanya.

Dengan lemas dan terpaksa Qiara mengirim pesan ke nomor Julian.

'Tolong aku!'

Setelah mengirim pesan itu Qiara langsung masuk ke kamar mandi dengan harap-harap cemas agar Julian segera membalasnya.

~Jerman~

Julian yang sedang berada di tengah acara amal dan lelang di Jerman itu, tampak mengerutkan keningnya melihat istri kecilnya itu mengirim pesan terlebih dahulu.

'Katakan!'Balas Julian.

Setelah membalas pesan Qiara, Julian kembali melanjutkan obrolannya dengan rekan bisnisnya.

~Kota A~

Tidak lama setelah itu, Qiara keluar dari kamar mandi dan langsung mengecek ponselnya berharap Julian sudah membalas. Dan ternyata Julian membalasnya, Qiara pun langsung tersenyum lalu membalas pesan Julian lagi dengan cepat.

'Tolong bantu aku menyelesaikan tugas matematikaku! Aku sudah berusaha dari tadi malam tapi susah banget dan aku merasa frustasi sekarang. Sehingga aku menghubungimu, bantu aku kali ini saja!'

Setelah membalas pesan dari Julian, Qiara pun menaruh ponselnya lalu segera bersiap-siap.

~Jerman~

Julian memicingkan matanya setelah membaca pesan dari Qiara.

'Bukankah Vania pintar Matematika? Kenapa Qiara malah tidak bisa bahkan sampai frustasi?' Guman Julian sebelum membalas pesan dari Qiara.

'Kirimkan soalnya!'Balas Julian setelah selesai bergumam.

~Kota A~

Sambil memasang kancing bajunya, Qiara tersenyum membaca pesan dari Julian.

Walaupun dia ragu dan merasa malu, tapi dia tetap mengirim semua soal yang di diberikan Demian padanya.

~Jerman~

Julian tersenyum saat membuak balasan pesan dari Qiara. Ia menggelengkan kepalanya melihat 10 soal yang dikirim oleh Qiara.

Mike merasa penasaran melihat Julian senyum-senyum sendiri sambil menatap ponselnya.

"Ada yang lucu?" Tanya Mike.

Mendengar pertanyaan Mike. Julian menoleh ke arah Mike yang duduk di sampingnya sambil tersenyum dan berkata, " Hanya humor kecil suami dan istri."

次の章へ