webnovel

Tante Prily

Tidak ada yang melihat betapa cepat gerakan tangan Alisya sewaktu ia mematahkan tangan si pengawal yang hendak menyentuhnya karena terfokus oleh kedatangan para pengawal Lesham.

"Apa yang terjadi??? Apa yang sudah kalian lakukan hah??" si ibu tergagap melihat para pengawal dengan logo Lesham di jas yang begitu dikenalnya.

"Maaf, sepertinya ada kesalah pahaman disini!" pak Azwar muncul entah dari mana.

"Pak Azwar??? Aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada mereka" Ucapnya sambil tergagap.

"Itu adalah tugas kami, khususnya jika itu mengenai Karyawan ataupun Pelanggan kami. Dan bukankah kami sudah memberikan peringatan untuk tidak berbuat semena-mena terhadap Karyawan kami? Ini akan menjadi peringatan kami yang terakhir" senyum pak Azwar dengan tatapan dinginnya.

Sang ibu merasa kalah dan tak bisa memberikan pembelaan lagi lalu memilih pergi begitu saja meninggalkan mereka semua disana. Kanya yang terbingung dengan cepat melarikan diri mengikuti langkan ibu Hanzel.

"Alisya, apa kau baik-baik saja?" tanya pak Azwar dengan wajah khawatir.

Semua karyawan yang berada disana terkejut melihat ekspresi pak Azwar yang seperti itu dan baru kali itu mereka mengetahui kalau ternyata pak Azwar bisa memperlihatkan ekspresi setulus itu.

"Aku baik-baik saja paman!" Alisya tersenyum kecut. Karena ia yakin kalau pak Azwar tau bahwa ia lebih dari baik-baik saja.

Karyawan yang berada begitu dekat dengan mereka terbingung akan apa yang sedang terjadi, kenapa Alisya memanggilnya paman? Jika hanya seorang ponakan, lalu kenapa dia tampak sangat khawatir dalam ketakutan. Siapakah sosok Alisya ini, mereka masih belum bisa menemukan titik terang mengenai siapa dia.

"Tuan Ali, maafkan kami!!!" para pengawal Alisya menunduk penuh ketakutan karena datang terlambat dan hampir saja terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

"Tidak, terimakasih karena sudah datang diwaktu yang tepat! Jika tidak aku bisa melakukan hal yang lebih berbahaya lagi! " Alisya menenangkan mereka yang bergetar ketakutan.

"Seperti menusuk mata kedua pengawal tadi dibanding mematahkan kedua tangannya?" pancing Karin yang dibalas sumpalan oleh Alisya.

Semua karyawan langsung bergidik ngeri. Mereka tau betul siapa orang yang bernama Tuan Ali ini, tetapi mereka tak menyangka kalau sosok orang yang disebut sebagai tuan Ali adalah seorang perempuan.

"Maafkan saya,, saya tidak tau kalau anda... " Sang Karyawan tergagap meminta maaf kepada Alisya.

"Apa kau baik-baik saja? Bagaimana pipimu? " tanya Alisya khawatir karena bibirnya yang mengeluarkan darah segar.

"Lumayan sakit, tapi saya baik-baik saja! Terimakasih banyak " ucapnya gugup. Ia takjub karena Alisya tak memperdulikan permintaan maafnya dan hanya memperhatikan dirinya yang terluka.

"Jadi apa yang kalian lakukan disini? " pak Azwar melihat Alisya dan Karin bergantian.

"Kami mencari gaun untuk sebuah acara ulang tahun!" seru Karin dengan semangat.

"Kalau begitu kalian tidak perlu mencari lagi, kami sudah menyediakan semua kebutuhannya beserta hadiah yang akan diberikan. Mari ikut saya!" pak Azwar langsung menunjuk ke arah luar.

"Kepekaan kalian melebihi seorang kekasih! " Alisya menggetarkan tubuhnya. Pak Azwar selalu mengetahui setiap detail apapun yang terjadi pada Alisya karena laporan dari para pengawalnya.

"Kekasih yang tak di anggap!!! " senyum Karin menyinggung Alisya yang tak pernah ingin menganggap kakeknya namun sebenarnya ia masih memiliki rasa sayang dihatinya.

Mereka kemudian mengikuti pak Azwar yang ternyata menyediakan sebuah mobil lamborghini dengan atap terbuka di mana terdapat seorang sopir yang siap mengantarkan mereka.

"Silahkan, jika mobilnya terbuka seperti ini tentu tidak akan membuatmu mual bukan? " pak Azwar tersenyum melihat wajah Karin yang terkejut dan wajah Alisya yang bingung tak tau harus berkata apa.

"Ini luar biasa paman!!!" teriak Karin senang.

"Untuk kali ini aku menurutimu!" Alisya memandang tajam ke arah Karin.

"Tentu!!!!" Karin tersenyum jahat sembari naik kedalam mobil setelah dibukakan pintu oleh pengawal Alisya. Alisya mengikuti Karin yang sudah tersenyum bahagia.

Mereka dengan cepat tiba disuatu tempat yang diketahui oleh Alisya adalah salon dimana ibunya dulu biasa datang setiap kali dia membutuhkan perawatan mengenai kecantikan dirinya.

"Kita beneran kesini???" Karin sudah tau banyak mengenai kehidupan Alisya tapi tetap saja ia tak pernah berhenti kagum.

"Aku sudah menunggumu Alisya, sudah lama aku menantikan hal ini. Tak ku sangka akhirnya kamu datang menemuiku setelah 3 tahun berlalu!" suara seorang wanita seksi dan cantik datang menghampiri mereka.

Alisya memicingkan matanya karena tak begitu mengenali siapa orang yang sedang menghampirinya tersebut. Wanita itu tampak sangat cantik dengan kemeja putih dan rok kuning ketatnya yang membelah hingga kepaha putihnya yang mulus.

"Quenby ku sayang,, kau berani melupakanku yah???" wanita itu mencubit hidung Alisya dan menggoyangkannya.

"Tante Prily???" setengah kaget dan bingung Alisya menyebut namanya membuat Karin juga terlonjak tak percaya.

"Itu beneran tante Prily?? Sahabat mama kamu yang seorang make up artis ternama itu???" Karin mengenali sosok cantik tersebut karena tak sengaja pernah bertemu dengannya beberapa kali sewaktu dulu sering bersama dengan ibu Alisya.

"Bagus kalau kalian sudah ingat!!!! Aku masih pengen ngobrol banyak, tapi sepertinya kalian akan terlambat jika kita tidak mulai secepatnya. Aku sudah tidak sabar ingin melakukan sesuatu dengan kalian! " Prily menatap keduanya dengan penuh kegirangan dan langsung menarik keduanya tanpa memperdulikan pandangan heran dan takjub dari Karin dan Alisya.

****

Adith memacu motornya dengan cepat membelah jalan jakarta yang selalu ramai akan kemacetan. Pikirannya hanya tertuju pada satu orang yaitu Alisya.

Begitu sampai dirumah Alisya, neneknya membukakan pintu dengan tatapan penuh kasih sayang.

"Nek, Alisya ada???" tanya Adith seusai menyalami wanita tua yang tetap cantik itu.

"Alisya tadi habis nelpon dia bilang dipaksa oleh Karin untuk menghadiri sebuah acara ulang tahun!" ucapnya dengan penuh kelembutan.

Melihat tatapan Adith yang begitu dalam dan suaranya yang bergetar ketika menyebut nama Alisya, nenek Alisya akhirnya paham bahwa Adith sudah mengetahui siapa Alisya sebenarnya.

"Adith,,, " nenek Alisya menggengam tangan Adith dengan lembut serta mengusap pelan punggung tangan Adith.

"Aku yakin kalian akan bisa melalu ini semua dengan baik, seiring berjalannya waktu kalian pasti bisa lebih dewasa dalam menghadapi semua nya. Dan untuk Alisya, jangan terlalu memaksanya untuk mengingatmu dia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama darimu tapi nenek berharap kamu mau sabar dan membantunya dengan perlahan-lahan" jelas neneknya lemah lembut.

"Iya nek, nenek tenang saja! Aku akan berusaha sebaik mungkin. Aku pergi dulu yah! " Adith memeluk erat nenek Alisya. Nenek Alisya tersenyum malu karena yang tadinya ia berniat untuk menenangkan Adith malah ditenangkan kembali oleh Adith.

次の章へ