webnovel

Tuan Ali

"Kamu kenapa sih?" Karena frustasi, Adith melepaskan tangan Alisya dari mulutnya.

"Emmm... Kita langsung pulang saja yah. Aku tidak suka disini, aku ingin pulang." Alisya menundukkan kepalanya dengan suara memelas.

Adith ingin membantah karena Alisya masih harus melakukan pemeriksaan dulu sebelum keluar, tapi ia tiba-tiba merasa kakinya lemas dan tak bisa berdiri dengan baik.

Pintu lift terbuka dan Karin sudah berdiri tepat di pintu lift.

"Kamu kenapa?" Alisya kaget melihat wajah Adith, yang kelihatan pucat pasih.

"Dia sudah tiga hari tidak makan karena menjagamu!" Karin menyerbu masuk di ikuti Rinto dan Yogi, yang dihubungi Karin untuk mencari Alisya. Keduanya dengan segera mengambil lengan Adith dan membantunya berdiri.

"Apa kamu bodoh? Bahkan anak SD pun tau kalau makanan itu penting bagi tubuh!" Alisya membentak Adith dengan keras.

"Waaah.... Bisa marah juga nih anak." Karin mengejek Alisya dengan sangat lembut, namun dibalas tatapan tajam Alisya.

"Dasar bodoh! Ini bukan karena makan, tapi karena kau!" Balas Adith kesal.

"Kau yang tidak makan kenapa malah nyalahin aku sih!!! " Alisya kesal.

"Memangnya apa yang aku lakukan?" tatap Alisya tajam merasa tak melakukan kesalahan.

Adith hanya bisa menepok jidatnya dengan keras. Alisya mungkin tidak sadar kalau apa yang dilakukannya sedari tadi telah benar-benar menguras energi dan tenaga Adith.

"Ya sudah... Kalau begitu, kita makan dulu. Tapi aku tidak mau di rumah sakit." Alisya beranjak keluar menuju parkiran mobil dengan tetap memperlambat langkahnya menyesuaikan dengan langkah Adith, yang dibopong oleh Rinto dan Yogi.

Karin hanya bisa tersenyum-senyum melihat tingkah keduanya yang bertengkar dengan menggemaskan.

"Masuklah dan duduk dengan benar. Biar Yogi yang menyetir. Kita akan pergi makan karena aku juga lapar!" Alisya langsung memotong Adith, yang ingin membantahnya.

Menyerah dengan ketegasan Alisya, Ia hanya bersandar ke kursi dan menutup matanya.

"Setidaknya kali ini dengarkanlah aku dulu!" Ucap Alisya sambil memasang sabuk pengaman Adith.

"Aku benar-benar tidak bisa membantahmu!" Adith tetap menutup matanya dan memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman.

Mobil sudah berjalan selama beberapa saat hingga ia disadarkan oleh suara Karin, yang berada di kursi depan.

"Kamu masih bisa jalankan? Kita sudah sampai!" Karin membangunkan Adith dengan suara lembut.

"Kemana Alisya? Bukannya dia ada bersama kita tadi? " Adith bingung mendapati Alisya tidak berada bersama mereka.

"Oh.. Dia tidak suka naik mobil, jadi dia dibonceng oleh Rinto menggunakan motor!" Terang Yogi.

"Perempuan itu! Apa dia tidak tau kalau bajunya... arrghhh!!!" geram Adith kesal. "Bisa-bisanya dia boncengan dengan cowok memakai baju itu." Adith kesal dengan sikap berani Alisya, mengingat pakaiannya yang sedikit terbuka.

"Jangan khawatir... mereka akan singgah ke swalayan sebentar untuk membeli baju sebelum kesini." Jelas Yogi menenangkan Adith.

"Dia cukup dekat dengan Rinto kok, jadi Rinto akan menjaganya dengan baik!" Karin sengaja menekan kata dekat, untuk memanasi Adith.

Rinto dan Alisya, tiba tepat setelah Adith membuka pintu mobilnya. Melihat keduanya, Adith dengan keras membanting pintu mobil lalu pergi memasuki restoran tanpa menghiraukan Alisya.

"Itu anak lagi PMS yah? Wajahnya kok bengis banget!" Alisya ngedumel melihat tampang jahat Adith begitu ia tiba.

"Sudahlah.. Ayo kita masuk dan makan! Perut kamu dari tadi sudah bunyi terus." Rinto menenangkan suasana.

Mereka memasuki restoran dan segera memesan makanan. Adith yang tadinya tidak memiliki nafsu makan sudah menghabiskan tiga porsi nasi Padang dengan empat gelas air putih. Entah ia makan karena lapar atau kesal karena Alisya. Yang pastinya, malam itu mereka makan dengan lahap seolah olah mereka baru saja melewati hari yang cukup berat, yang mengharuskan mereka mengisi energi dengan penuh.

Setelah merasa cukup, mereka keluar dari restoran padang dengan perut yang penuh dan wajah yang sumringah.

Adith yang sedari tadi dalam keadaan kesal baru sadar bahwa baru kali ini ia melihat Alisya, memakai pakaian biasa bukannya seragam sekolah. Celana jeans biru yang tidak terlalu ketat dan baju kaos cowok tebal berwarna hitam serta topi hitam dan sepatu sneakers yang dipakainya menambah kesan yang berbeda dari wanita lainnya. Ia tidak telihat tomboy juga tidak begitu feminim, namun pakaian Alisya tampak cocok di tubuhnya dan tetap terlihat sopan.

Baru saja mereka berdiri tepat di pintu restoran, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan tepat hampir mengenai bahu Alisya, namun meleset. Hal itu sontak membuat panik Rinto dan Yogi serta Adith. Alisya dengan refleks menarik kepala Karin dan menundukkannnya ke tanah.

Tembakan berikutnya langsung mengenai kaca, membuat ketiga pria yang berdiri bengong mengikuti gerakan Alisya. Kaca jendela restoran pecah dan mengenai mereka. Adith dengan cepat melindungi Alisya yang melindungi karin sedangkan Rinto dan Yogi, melindungi diri dengan mengambil meja yang berada di dekat restoran tersebut.

"Apa ini? Kenapa mereka menembaki kita?" Adith bertanya dengan wajah bingung.

"Rinto, Yogi kita berpencar dan bawa Karin bersama kalian. Adith kau bisa menyetir mobil kan? Kita harus berpencar." Rinto dan Yogi dengan refleks mengerti maksud Alisya dan segera meraih karin lalu membawanya lari.

"Tidak! Kau harus ikut bersamaku." Adith dengan cepat menarik Alisya, ke arah yang berlawanan dengan arah Rinto, Yogi dan karin, menuju ke parkiran mobilnya.

Namun tembakan berikutnya langsung mengikis bahu Adith. Tanpa disengaja Adith mendorong Alisya ke arah lain membuatnya terpisah jauh dari dirinya. Melihat itu Alisya tidak yakin kalau mereka bisa terus bersama.

Kali ini tampak balasan tembakan dari arah yang berlawanan membuat suasana di restoran itu sangat mencekam dan bising.

"Adith!!! Ambil mobilmu. Aku akan menunggumu disini, cepat!" Melihat Alisya yang menunduk diseberang jalan sambil menutup telinganya, membuat Adith dengan cepat menuju ke mobilnya dan segera memacu mobilnya menuju ke Alisya.

Ketika membuka pintu mobilnya, Ia tak mendapati Alisya diposisinya tadi. Ia panik dengan kondisi panik ia mencari keberadaan Alisya.

Tiba-tiba suara motor melaju dengan sangat cepat melewatinya. Orang yang berpakaian jas serba hitam yang sedari tadi beradu tembak dengan orang yang menembaki mereka di awal berteriak memanggil si pengendara motor.

" Tuan Ali... Tuan Ali!" Adit melihat mereka berteriak menghentikan pengendara motor yang tetap melaju kencang dan menyapu bersih para penjahat yang menembaki mereka tadi. Dari cara dia menembak, Adith bisa menyimpulkan bahwa dia bukan orang sembarangan.

Tembakannya tidak mematikan namun mampu membuat lumpuh sekelompok penjahat tersebut. Mereka kemudian berusaha melarikan diri, dikejar oleh si pengendara bermotor besar yang memakai jaket kulit serba hitam dengan helem yang menutupi seluruh permukaan wajahnya.

"Kejar dia... Jangan sampai tuan Ali celaka! Kalau tidak, nyawa kita semua juga akan melayang." Teriak seorang berjas hitam lalu memacu mobil mereka mengejar si pengendara motor.

Adith yang terdiam membisu menyaksikan kejadian yang begitu luar biasa dan begitu cepat berpikir dengan keras kalau nama tuan "Ali" ini pernah di dengarnya sebelumnya.

Dia adalah seorang sahabat yang sudah dicari-carinya sejak 10 tahun terakhir. Bagaimana bisa dia melewatkan orang itu pergi begitu saja. dia harus mengejar orang itu sebelum dia benar-benar menghilang.

Begitu ia menyalakan mobilnya, ia teringat akan Alisya yang sedang dalam masalah. Tuan Ali itu begitu penting, namun diatas semuanya Alisya bisa berada dalam keadaaan berbahaya. Ia memukul setir mobilnya lalu menyalakan GPS yang terpasang pada Handphonenya.

"Tolong tunjukkan Lokasi Alisya!" Adith segera memacu mobilnya begitu ia selesai berbicara.

次の章へ