webnovel

Tapi Aku Suka

Pelajaran kedua telah selesai dengan tanda bunyi bel jam istrahat. Alisya hanya terduduk diam di mejanya melemparkan pandangannya keluar jendela. Ia akhirnya menoleh ketika seseorang menepuk pundaknya dan itu adalah Karin. meski berbeda ruangan, Karin sudah terbiasa bersama Alisya sehingga dia datang menjemputnya untuk ke kantin.

"Kamu nggak mau makan?" Ia tertunduk setengah berbisik. yang dijawab dengan gelengan kepala Alisya. Dia kembali menoleh ke luar Jendela.

Menepuk pundaknya lagi.

"Ayo makan, aku yang traktir." kali ini ia tidak menunggu jawaban Alisya dan langsung menariknya menuju kantin.

Tepat ketika mereka sudah disana, kantin ternyata sudah ramai oleh para siswa. Tentu saja tidak untuk para elit, karena mereka punya kantin sendiri yang bisa disebut sebagai restoran, dengan koki yang menghidangkan makanan ditambah dengan menu yang berganti tiap harinya.

"Wah.... sepertinya kita tidak kebagian tempat duduk nih Sya!" Ucap Karin dengan terus melihat ke sekeliling kantin.

Alisya juga dengan malas melihat ke sekeliling hingga melihat Rinto dan Yogi, beserta yang lainnya sedang duduk makan. Tanpa memperdulikan Karin yang sedang sibuk mencari, Alisya bergerak dan menepuk pundak Rinto. Seketika itu pula Rinto dan Yogi, langsung mengosongkan tempat di ikuti pandangan bingung dari yang lainnya.

"Silahkan duduk Sya, kami akan cari tempat lain saja." Bisiknya menatap teman yang lain dan memberi tanda untuk pergi

"Ayo kalian berdirilah!" Ucap yogi kepada yang lain.

Alisya mengangkat tangannya kepada Karin dan menyuruhnya mendekat.

"haaahhhh..." desahnya ketika mendekat. "Memang hanya dirimu yang mampu melakukan ini tanpa banyak bicara." Entah itu pujian yang baik atau buruk, Alisya pun bingung harus bereaksi bagaimana tapi setidaknya mereka akhirnya bisa makan.

"Ya sudah aku pesan Bakso dan Nasi goreng, kamu Bakso dan Nasi goreng juga kan?" Nafsu makan kedua wanita ini cukup besar untuk bisa menghabiskan makanan itu.

"Mie ayam dan Nasi goreng" tatap Alisya ketus kepada karin.

"Dasar! Giliran makan aja baru keluar tuh suara." Ledek karin. Ia sebenarnya tau makanan kesukaan Alisya, tapi ia sengaja mempermainkannya.

Setelah beberapa saat, pesanan mereka akhirnya datang. Karin dan Alisya dengan segera mempersiapkan bumbu-bumbu penambah rasa yang sudah tersedia dia atas meja. Dengan cekatan mereka menuang kecap, saos sambal, sambal, sedikit garam dan perasan jeruk.

Baru saja Alisya akan menyuap mulutnya tiba-tiba seseorang mengambil tangannya dan memakan Mie ayam di sendoknya.

"Ummm.. Ini enak, bagaimana dengan ini?" ucap Adith saat mengambil Nasi goreng menggunakan tangan Alisya.

"Tidak buruk, kombinasi yang sempurna dan pecah di lidah. Meski sedikit pedas, tapi aku suka." Ucapnya di belakang Alisya, setengah tertunduk untuk bisa memasukkan makanan yang ada di tangan Alisya.

Karin yang kaget melihat apa yang di lakukan Adith membuatnya terbatuk-batuk tanpa henti. Pedasnya bakso menambah rasa gatal di lehernya. Dia dengan segera menyambar habis es jeruk untuk menetralkan pedas di panggal kerongkongannya.

Setelah meminum air, dia menoleh keseluruh ruangan kantin dan semua orang juga membeku dengan apa yang mereka saksikan, sedang ekspresi Alisya tetap datar.

"Ehem.. maaf tapi sepertinya ini bukan tempat untuk elit makan! Karena aku pikir makanan ini tidak akan cocok buatmu dan bisa membuatmu sakit perut." Karin sedikit gugup ketika menjelaskan hal tersebut kepada Adith.

Apa yang di ucapkan Karin mendapat anggukan oleh semua siswi, yang sedari tadi memperhatikan namun mereka tak berani bersuara karena takut.

"Tidak masalah, aku punya banyak dokter pribadi yang akan mengurusku nantinya. Lagi pula aku bosan dengan Rejunk!" Adith duduk di samping Alisya, yang kembali fokus untuk makan tanpa memperdulikan Adith, setelah mengganti sendoknya.

"Aku pikir sebaiknya kamu kembali, disini bukan tempatmu." Ucap Alisya dingin sambil menyeruput kuah dari mie ayam.

"Aku bebas kemana saja. Dan kenapa kamu mengganti sendokmu? Bukankah kamu harusnya bersyukur memakai bekas sendokku?" Ucap Adith memandang Alisya dengan tatapan nakalnya.

"Terserah padamu mengenai kemana saja, tapi yang aku maksud adalah meja ini. Aku hanya tidak ingin tertular oleh penyakitmu." Alisya terus melanjutkan makannya.

"Hei.. kau pikir aku memiliki penyakit menular?" Adith tak menyangka kalau Alisya, akan mengatakan hal tersebut.

"Jika tidak, buat apa kamu memiliki dokter yang banyak jika satu saja cukup hanya untuk memastikan kau bisa makan dengan lahap? Kau sepertinya memiliki tim dokter dari berbagai bidang yang memeriksa tiap inci tubuhmu."

Ucapan Alisya memang benar tapi itu terdengar seperti sedang mengejeknya. hanya saja keluarganya memiliki Tim dokter yang sesekali akan melakukan cekup kesehatan agar tubuhnya tetap prima selama menjalankan bisnis keluarga sedang ia masih SMA. selain itu dikarenakan dia memiliki alergi yang tinggi terhadap semua jenis parfum.

次の章へ