Charice diundang kakaknya untuk makan siang bersama.
Ia sedang menelpon Junghyun, ia baru saja curhat mengenai masalah dihadapinya kepada Junghyun. Sekarang ini, dia menganggap hanya Junghyun teman yang bisa dipercaya.
"Tumben banget Eonni ngajak makan aku Kak Jung!" ujar Charice.
"Semalem kalian abis bertengkar hebat dan dia masih mau ngajak kamu makan siang bareng?"
"Iya nih Kak..."
"Menurut Kak Jung gimana?"
"Yaudah terserah kamu mau dateng atau enggak."
"Tapi... enggak enak nih Kak, kalo nggak dateng."
"Kamu maunya nggak dateng, Char?"
"Enggak Kak!"
"Kenapa?"
"Aku takutnya dia masih marah."
"Yaudah, kamu bilang baik-baik sama kakak kamu..."
"Eh, eh, dateng aja deh! Nanti dia malah makin marah lagi!"
"Yaudah Char. Seenaknya hati kamu aja!"
Akhirnya Charice memutuskan untuk datang ke kantor Yonhee untuk makan bersama.
**
Ia pun tiba di kantor Mico Alumunium. Ia menunggu kakaknya di lobi perusahaan tersebut.
Tak lama seorang wanita mengenakan dress putih bermotif bunga-bunga kecil keluar dari lift. Rambutnya digerai dan ia mengenakan flat shoes.
"Char..." Yeonhee tersenyum menyapa adiknya.
"Eonni..."
"Kau sudah lama menunggu?"
Charice menggeleng.
"Ayo kita ke atas dulu... Hp Eonni ketinggalan di atas."
"Eonni... kita mau makan siang dimana?"
"Di food court sekitar sini. Tenang, pulangnya, uang taksinya Eonni yang tanggung!"
Mereka berdua naik lift ke atas dan mereka pun sampai.
"Char, kamu tunggu disini ya. Eonni mau ke ruangan Eonni dulu."
Charice mengangguk. Ia pun menunggu Yeonhee disitu.
Seorang keluar dari ruangan dimana Charice sedang berdiri di belakangnya.
Tiba-tiba orang itu menarik Charice dan membekap mulut Charice.
**
David mendapati Charice ada di kantornya. Ia pun langsung membawanya ke ruangannya. Kemudian, Ia buru-buru mengunci ruangannya agar Charice tak bisa kabur.
"Pak.. Tolong bukain pintunya, saya Cuma mau pergi sama Eonni saya.." ujar Charice dengan mulut setengah terbekap.
"Kamu udah terlanjur kesini, dimana ini daerah saya. Cuk.. Cuk... Cuk..." ujar Daid seraya mnarik tangan Charice.
David memegang tangan Charice. Ia pun mendorong Charice ke tembok. Ia merapatkan tubuhnya dengan tubuh Charice.
"Pak... Bapak mau ngapain?"
"Saya nggak mau ngapa-ngapain..."
"Lepas Pak!" Charice memberontak.
Akhirnya David melepaskan Charice.
Charice menampar David.
PLAK!
David beraksi, ia langsung mendorong Charice, ia pun mencium paksa Charice. Charice memukul-mukul punggung David namun tak membuat David bergeming.
Charice sudah hampir menangis.
David pun merasa jika air mata Charice mulai mengalir, ia melepaskan ciumannya.
Setelah David melepaskan ciumannya, lagi-lagi Charice menampar David.
PLAK!
David kembali melakukan hal yang sama, ia melumat bibir Charice dengan kejam dan tiada ampun. Charice hanya bisa menangis tanpa suara sembari dirinya menahan dorongan dari David.
David akhirnya melepaskan ciumannya.
Charice lagi-lagi ingin menampar David, namun baru tertahan setengah tangannya terangkat ke atas.
"Mwo? Mau tampar? Ayo tampar lagi, nanti saya cium lagi!" tantang David. "Lagipula, ini kan bukan ciuman pertama kita, kamu nggak usah pake drama nangis-nangis segala kenapa?!" sambungnya.
Charice lututnya seketika lemas, ia tak berdaya, kini air matanya benar-benar mengalir. Ia menjongkokan dirinya dan merunduk ke bawah sembari menangis seperti anak kecil di depan David.
David dalam hatinya tidak tega melihat Charice menangis seperti ini, terlebih ia menangis karena dirinya.
Namun buru-buru David membuang rasa ibanya. "Char, bangun Char! Atau kamu mau bangun kalau saya cium lagi?!"
Charice buru-buru bangun. Wajahnya benar-benar sudah dipenuhi air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya. Charice memukul-mukuli dada David. "Bapak... udah gila ya?! Ternyata Bapak lebih bejat dari yang saya kira!"
David menghentikan tangan Charice. Ia memegang kedua tangan Charice. "Char dengerin saya, siapa yang buat saya jadi manusia paling terpuruk di dunia ini?!"
"Saya nggak peduli Pak!"
"Kamu harus peduli, karena kamu lah orang itu! Kamu yang udah buat saya jadi begini, udah ngancurin hati saya?!"
"Pak.. Saya nggak ngerti maksud Bapak?! Yang mutusin hubungan kita, Bapak sendiri, kenapa jadi saya yang salah?!"
"Char.. saya udah nggak punya kekuatan lagi berantem sama kamu. Sekarang kamu mending kirim pesan ke kakak kamu, bilang sama dia, kamu ada urusan mendadak di luar jadi nggak bisa pergi sama dia!" perintah David.
"Bapak siapa, ngatur saya ngirim pesan begitu ke Eonni saya?!"
"Kalau kamu nggak mau, saya bukan Cuma akan nyakitin kamu, tapi... saya akan nyakitin orang yang ada di sekitar kamu! Kamu pilih yang mana? Kamu sendiri yang sakit apa orang-orang yang kamu sayangi juga ikut sakit?"
Charice tak bisa membendung air matanya. "Ba.. Baik Pak... saya akan turuti semua keinginan Bapak! Biar saya sendiri saja yang sakit, tolong jangan sakiti orang-orang di sekitar saya!"
"Bagus kalo kamu menurut. Saya semakin suka sama kamu!" David mengelus-elus poni Charice. Ia mencium kepala Charice.
Sementara Charice masih menangis sesenggukan.
**
Charice pun akhirnya pulang ke rumah.
Yeonhee sudah menunggunya di depan rumah dengan tak sabar.
"Char, kamu bisa-bisanya ya menghilang tiba-tiba tadi siang!"
"Kan, aku udah kirim katalk ke Eonni..." jawab Charice dengan nada datar.
Charice melengos masuk rumah begitu saja.
"Char ! Char! Char! Kamu nggak sopan ya, Eonni lagi ngomong kamu ngelengos gitu aja!" Yeonhee mengejar adiknya.
"Eonni... Oneul, naega neomu himdeuro, mani-mani himdeuro (Kak, hari ini aku sangat lelah, sangat-sangat lelah). Tidak bisakah aku beristirahat?" Wajah Charice benar-benar tampak kelelahan bahkan matanya terlihat kosong.
Yeonhee merasa jika ada keanehan dengan adiknya."Kau.. seperti ada yang tidak beres. Kau habis menangis?"
Charice menggeleng. "Ani... Aku hanya perlu sedikit istirahat. Mungkin besok sudah baikan."
Yeonhee sadar jika adiknya itu matanya sangat bengkak seperti orang yang habis menangis lama. Tak biasa-biasanya adiknya seperti ini.
"Keurae... Kau cepatlah tidur malam ini."
**
Charice menuju kamar mandi di dalam kamarnya, ia telah mengikat rambutnya. Ia mengambil sikat gigi. Ia memberikannya odol, lalu ia menggosok gigi. Ia menggosok kencang gigi dan bibirnya. Ia benar-benar menyikatnya dengan sekuat tenaga. Setelahnya ia berkumur-kumur, ia juga banyak berkumur, lalu kembali menggosokkan bibirnya. Kemudian mengambil handuk kering, ia melakukan hal yang sama, meggosokan bibirnya dengan kencang hingga kering.
Charice pun bersiap membaringkan diri di atas tempat tidur. Charice di balik selimutnya kembali menangis. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara dengan menggigit lidahnya sendiri.
**
Malam-malam, David masih berada di ruang kerja kantornya. Setelah tadi dia melepaskan Charice, ia tak bisa berkonsentrasi bekerja.
Ia terus mengkhawatirkan keadaan Charice.
Apa yang ia lakukan kepada Charice tadi siang niatnya ingin memberi pelajaran kepada Charice karena telah menyakiti hatinya, namun hal tersebut berbalik kepadanya. Ia tidak bisa melihat Charice menangis, apalagi menangis karenanya.
Ia benar-benar tidak bisa dan tidak ingin lagi melihat Charice. Kini ia lebih baik tidak bertemu Charice lagi karena dia sendiri tidak mengerti perasaannya saat bertemu gadis tersebut. Ia membenci gadis itu, namun tak bisa melihatnya menangis. Apa benar apabila jika ia memang tidak bisa berhenti mencintainya?
**