Katerina sangat terkejut ketika mendengar dari Pak Usman bahwa ia harus segera menghadap Bu Amelia karena kelas 3C yang sedang tidak ada gurunya tiba-tiba membuat keributan.
"Bu Katerina... tolong lihat keadaan 3C dan tenangkan mereka. Situasi di sana benar-benar kacau. Bu Mira tidak bisa masuk kelas karena sedang sakit, dan mereka memanfaatkannya dengan membuat kekacauan." kata Bu Amelia segera setelah Katerina tiba di kantornya.
Gadis itu mengangguk dan segera berlari ke kelas 3C. dari jauh ia sudah mendengar suara mereka ribut sekali. Setibanya di dalam kelas ia melihat kursi-kursi yang berantakan dan semua orang sedang tertawa riuh menyoraki Neill yang tampil di depan kelas dan menirukan gaya Katerina.
"Well... semua boleh memanggil saya Miss atau Mam... sama saja. Hi..hi..hi.." Ia menyibakkan rambutnya yang panjang. "Kamu, Denny! Jangan cuma tidur saja.. Johan! Ambilkan sapu..! Kelas ini belum bersih.."
Katerina masuk. "Kamu sangat berbakat...tapi saya rasa hal itu benar-benar tidak lucu." ucapnya tegas.
Neill tersenyum lebar, lalu membungkuk dengan gaya panggung yang kental. Ia menatap Katerina dengan jenaka.
"Lalu apa yang lucu? Apakah lucu kalau aku melompat seperti ini...? Dan ini...? Lalu..." Ia mengambil sapu dari sudut ruangan dan menyapu sebentar.
Katerina tertegun melihatnya, hal itu mengingatkannya pada sesuatu, apalagi ketika tiba-tiba Neill berbalik menghadap Katerina dan tersenyum.
"If we shadows have offended,
Think but this and all is mended-
That you have but slumbered here
While this visions did appear.
And this weak and idle theme,
No more yielding than a dream,
Gentles, do not reprehend.
If you pardon, we will mend.
And, as I am an honest Puck,
If we have an unearned luck.
Now to scape the serpent's tongue,
We will make amends ere long;
Else the Puck a liar call.
So, good night unto you all.
Give me your hands, if we be friends,
And Robin shall restore amends."
Katerina terpana, hampir tak bisa bicara apa-apa. "Ka..kamu hafal dialog itu?"
"Cuma sebagian... lagipula tokoh Puck itu kan menarik." jawab Neill ceria. Ia kemudian tersenyum nakal, "Sebenarnya film favorit Mama adalah Dead Poets Society hehe… Nama saya pun diambil dari tokoh Neill Perry."
Katerina mengangguk paham.
"Kamu punya bakat yang bagus...saya harap kamu memanfaatkannya... dengan baik." katanya kemudian. Ia memandang seisi kelas lekat-lekat. "Miss rasa tak perlu lagi memberitahu kalian untuk bersikap baik karena kalian sudah belajar dari semester lalu..."
Mereka tertunduk. Katerina bisa melihat penyesalan di wajah mereka, karenanya ia tidak marah lagi.
Tapi...kemudian ia sadar bahwa Sara tidak ada di dalam kelas.
"Sara kemana?" tanyanya. Semua saling pandang dan mengangkat bahu. "Apakah Sara sering bolos begini?"
Ia menatap Hendry minta penjelasan.
"Sara punya masalah, Miss..." Hanya itu penjelasannya.
"Baik, kalau Sara masuk lagi bilang padanya dia ditunggu di kantin sepulang sekolah, saya mau bicara." kata Katerina kemudian. "Nah, supaya kalian tidak kebingungan mengisi jam pelajaran kosong ini, saya akan memberi kalian tugas composition. Buatlah karangan minimal satu halaman tentang sesuatu yang menurut kalian tidak benar tentang hal yang di sekitar kalian, tunjukkan perhatian kalian pada hal yang terjadi di sekitar kalian. Anything at all. If I had to start a composition like that, I would have written that students are not supposed to make noise when their teacher is not around, because by doing so they don't respect the teacher."
Mereka tidak berani mengeluh.
Katerina keluar dan melanjutkan pelajaran di kelas 2B. Katerina terbayang terus akan Sara. Sesuatu dalam diri anak perempuan itu sangat familiar dengannya. Sara mengingatkannya akan dirinya sendiri bertahun-tahun yang lalu saat masih SMP dan punya masalah dengan dunia. Ia menjadi nakal dan bergaul dengan empat anak laki-laki ternakal di sekolah, dan sering melarikan diri bersama mereka.
Ia memutuskan bicara dengan Sara adalah jalan yang tepat untuk memahaminya. Katerina menunggu di kantin sepulang sekolah seperti yang dikatakannya untuk bicara dengan Sara. Ia sengaja memilih kantin agar terkesan tidak formal. Lama sekali gadis itu menunggu tetapi Sara tidak kunjung datang.
"Di mana Sara?" tanyanya pada Laura yang lewat bersama teman-temannya.
"Ehm..Sara ada di lapangan basket dengan anak-anak..." jawabnya. Katerina segera melompat dan pergi ke lapangan. Di sana ia melihat anak-anak basket yang sedang main, termasuk Sara yang menggabungkan diri dengan tim pria.
Katerina masuk ke tengah lapangan dan memanggil Sara. Anak perempuan itu menoleh malas.
"Apa kamu tidak diberitahu bahwa saya menunggu di kantin?"
"Hmm.."
"Lalu kenapa kamu tidak datang?"
"Malas."
Jawaban acuh itu membuat Katerina hampir meledak marah.
"Kamu sadar dengan ucapan kamu itu?!"
"Saya sadar sepenuhnya... Kalau menurut Anda adalah salah untuk bersikap jujur, hukum saja saya..."
Wajah dan suaranya sama sekali tidak bersikap menentang, hanya acuh dan tidak perduli.
"Apa masalah kamu sebenarnya..?" Katerina mendekat dan merasakan bau yang kurang enak dari mulut Sara. "Kamu merokok?"
Sara menatapnya dengan kepala dimiringkan dengan ekspresi so what.
"Miss terpaksa harus bicara dengan orangtuamu."
"Silakan...kalau Miss bisa menarik perhatiannya dengan surat panggilan." Ia berbalik dan kembalil ke lapangan, melanjutkan permainan.
Di kejauhan Hendry memandangi Katerina dan mengangkat bahu minta maaf. Katerina duduk di pinggir lapangan dan menatap gerak-gerik Sara dengan terpesona. Ia benar-benar melihat sosok yang sudah dilupakannya 10 tahun lalu.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"Besok adalah lelang budak... dari sekolah kita telah terpilih 10 orang untuk dijual. Lelangnya kita adakan besok siang di belakang sekolah. Ingat, undangannya harus disebar diam-diam..."
Chris membagikan lembaran-lembaran undangan itu pada setiap utusan kelas yang berhasil ia kumpulkan. Ia telah memulai serikat rahasia sekolah dan acara pertama yang mereka adalan adalah pesta di hari minggu dengan lelang budak di dalamnya.
Masing-masing orang yang datang harus membawa makanan dan minuman sebagai upeti untuk pesta. Ia yang mengusulkan acara ini untuk mengumpulkan dana bagi bazaar SMP dua bulan lagi. 10 orang yang terpilih untuk dilelang harus merelakan dirinya menjadi budak sang pembeli selama seminggu penuh.
Di antara 10 orang itu terdapat Chris, Rio, dan Denny (Raja menolak dengan alasan ia adalah MC acara yang tidak boleh diperjualbelikan), dan enam orang lainnya adalah orang-orang yang terkenal di sekolah, baik karena prestasi mereka dalam olahraga atau pun pelajaran. Ardy yang juara umum sangat curiga dirinya akan dibeli untuk membantu PR seseorang.
"Rin, besok siang kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, kamu harus beli aku, ya..." kata Chris malam itu. Ia sengaja menelepon jam 10 malam untuk memastikan keluarga Katerina sudah tidur semua. "Soal uangnya dari aku, deh..."
"Batasnya sampai berapa?" tanya Katerina.
"Nggak ada batasan. Begitu liat Irma mengajukan penawaran, naikkan saja tawaranmu.."
"Oke, deh..."
Irma adalah teman sekelas Chris yang sangat menyukainya dan selalu disebut-sebut sebagai The Girl Who Has Everything, but Chris. Ia tidak pernah bersikap ramah pada Katerina karena menganggap Katerina adalah saingannya untuk mendapatkan Chris.
Keesokan harinya, hal yang ditakutkan itu memang terjadi. Chris yang mendapat giliran lelang ke-5 langsung ditawar Irma 2X lipat penawaran Raja.
"Lima puluh ribu? Kamu mau nawar sebanyak itu?" tanya Raja heran. Ia memandang berkeliling dan bertanya, "Ada penawaran lain?"
"100 ribu!" tukas Katerina cepat. Chris yang berada di atas panggung tersenyum padanya.
Para penawar lain telah mundur dari awal. Irma tampak belum bergeming.
"150 ribu..."
"Yak..150 ribu! Ada yang menawar lebih tinggi?"
"200 ribu." balas Katerina.
"250 ribu.."
Mereka berdua terus berbalas-balasan hingga mencapai 700 ribu... Katerina sudah takut Chris harus mengeluarkan uang sangat banyak untuk menebus dirinya sendiri dari lelang konyol ini.
"900..." kata Irma akhirnya.
Katerina tak punya jalan lain dari menaikkan penawaran. Ia sudah putus asa, "SATU JUTA..." keluhnya.
Raja juga tampak tidak tega.
"Yah...satu juta...ada lagi?" Ia menatap Katerina yang sudah hampir menangis, lalu pada Denny yang berdiri di samping panggung bersama Rio yang tampak menyipitkan mata, gusar. "1 kali...2 kali...terjual!"
Chris turun dari panggung menghampiri Katerina dan duduk di sampingnya.
"Payah juga, ya... Aku nggak nyangka Irma bakal senekat itu..."
"Tapi satu juta kan...kemahalan..." keluh Katerina. "Kamu punya uang sebanyak itu?"
"Aku punya tabungan. Nanti temani aku ke ATM, ya.."
"Tapi tabungan, kan bukan untuk beginian..."
"Alaa...uang itu ada kan untuk dipakai... Lagipula ini bagus untuk membantu acara bazaar sekolah..." Chris meminum softdrink Katerina dan menepuk bahunya pelan. "Nggak usah dipikirin, deh...pokoknya selama seminggu ini aku adalah budakmu, bukan budak Irma... Hamba akan melayani paduka. Apa yang harus saya perbuat?'
Katerina tertawa. "Hush... itu kan uangmu sendiri. Aku nggak berhak merintah-merintah kamu..."
"Lho, tapi orang-orang nggak boleh tahu kalau aku yang membeli diriku sendiri, setidaknya selama seminggu ke depan aku harus pura-pura menjadi budakmu... Suruhlah aku mengerjakan apa saja... menggantikan piket, atau ...membawakan tas...mengawalmu kemana-mana..."
Katerina tertawa terbahak-bahak. "Oke..."
Mereka lalu kembali melihat panggung karena Denny dilelang sekarang. Anak laki-laki itu mempunyai segmen penggemar tersendiri, yaitu anak-anak kelas 1 yang menganggapnya keren karena berprofesi sebagai ketua OSIS. Wajahnya yang kalem dengan senyum manis mampu meluluhkan hati guru yang paling galak sekali pun, dan dengan caranya sendiri ia mampu membuat orang-orang suka sekaligus hormat padanya.
Denny laku terjual dengan harga 100 ribu pada sekumpulan anak kelas 1 yang sepakat mengumpulkan uang untuk mencegahnya dipermainkan orang. Sesudah Ardy terjual pada sekelompok anak yang bergabung membelinya untuk mengajari mereka Fisika privat selama seminggu.
Rio pun mendapat giliran.
Cukup banyak yang berniat membelinya karena selain terkenal sebagai anggota gerombolan anak ternakal di sekolah, ia juga dikenal cerdas dan banyak yang mengharapkan bantuannya dalam pelajaran. Ia juga tampan dan disukai anak-anak perempuan, terutama karena kesannya yang dingin dan misterius.
Katerina dan Chris menonton seksama siapa yang akan memenangkan tawaran ini. Harga sudah mencapai 75 ribu, ketika tiba-tiba Irma kembali ke arena.
"150 ribu!" tukasnya. Ia menoleh ke arah Katerina dan tersenyum.
Raja terperangah. Ia menoleh pada Rio, tetapi anak laki-laki itu tampak tidak perduli. Ia membuang muka.
"Ada penawaran baru.." kata Raja, "150 ribu... Ada yang menaikkan tawaran?" Tak ada suara. Rupanya semua sudah mundur. "1 kali..."
"200 ribu..." kata Katerina tiba-tiba. Chris terkejut dan memandanginya keheranan. Demikian juga semua orang.
"500 ribu.!" kata Irma mantap. Ia tersenyum semakin lebar.
"Aku..aku nggak punya lagi...tabunganku cuma segitu..." bisik Katerina sedih.
"500 ribu. Ada yang menaikkan taruhan?" Raja sengaja memberi waktu agak lama. Ia menoleh dan melihat Rio yang wajahnya berubah merah. Denny di ujung sana mengangkat bahu, sementara Chris mengerutkan kening memandang Katerina yang tertunduk putus asa. "1 kali...2 kali... Terjual!"
Katerina tersentak dari lamunannya. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat lelang budak, acara konyol ide Chris yang mereka adakan 9 tahun lalu.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>