Tangan Shella bergetar. Wajahnya penuh dengan kekhawatiran. Shella mengigit jari-jari tangannya dan berjalan kesana kesini di hadapan Luna dan Tia. Dia terlihat sangat terpukul, air matanya mengalir dan di telinga kanannya masih melekat handphone. Shella sedari tadi berusaha menghubungi Mama, Papanya namun tidak ada jawaban sama sekali. Bahkan Shella sudah mencoba menghubungi perusahaan dan hasilnya tidak ada siapa pun yang mengangkat panggilan nya. Tentu saja di waktu sepagi ini, London masih sunyi sepi tidak mungkin ada karyawan yang bekerja sepagi ini di sana meskipun di Jakarta sudah hampir tengah hari.
"Apakah berita ini benar ?" Tidak mungkin Papa dan Mama terlibat kasus sebesar ini. Ucap Shella dengan sangat khawatir.
"La... Sebaiknya kamu tenang dulu. Tidak ada yang perlu di khawatirkan." Berita itu belum tentu benar. Kata Tia berusaha menenangkan Shella.
Tiba-tiba saja handphone Shella berdering. Dan panggilan tersebut adalah telpon dari Papanya. Segera Shella mengangkat panggilan tersebut dan langsung bertanya tanpa henti dan tanpa jeda sambil menangis ketakutan.
"Pa! Ada apa Pa ? berita itu bohong kan Pa ? Jawab Shella Pa...!
"La... Maafkan Papa dan Mama La. Maafkan kami karena tidak bisa menjadi orang tua terbaik untuk mu. Semuanya benar La, tapi ... Tapi... semuanya kami lakukan untuk mu nak. Papa tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Ujar Bramasta.
Sesaat seolah bumi tempat Shella berpijak sedang terguncang dengan kerasnya. Shella pusing dan jantungnya berdegup kencang. Shella tidak mau dan tidak ingin percaya sama sekali dengan apa yang Papanya katakan. Namun ini semua adalah sebuah kebenaran bahwa kedua orang tuanya sudah terlibat kasus Korupsi skala internasional. Sungguh Shella tidak tau apa yang harus ia lakukan saat ini. Semua masih sangat mengejutkan dan bahkan Foto kedua orang tuanya di pajang tepat di halaman pertama surat kabar.
Tak lama terdengar suara ketukan dari arah luar pintu dan dengan segera Luna membukakan pintu. Namun spontan Luna mundur dengan raut wajah panik membuat Shella dan Tia menatapnya ikut panik.
Beberapa orang berseragam masuk kedalam ruangan Shella. Dan dari seragam yang mereka kenakan sudah dapat di pastikan bahwa mereka adalah Anggota KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ).
"Bisa bicara dengan Nona Shella ?"
"Saya Shella pak."
"Oh kalau begitu anda harus ikut kami ke kantor, karena kami ingin meminta keterangan anda sehubungan dengan kasus yang menimpa Bapak dan Ibu Bramasta yang tak lain adalah orang tua Nona. Ujar pria itu dan langsung membuka sebelah tangannya. mengisyaratkan Shella agar ikut bersama mereka."
Shella melangkah dengan ragu namun Shella tau apa yang harus ia lakukan saat ini. Shella berjalan meninggalkan Tia dan Luna yang terlihat sangat khawatir di dalam ruangan. Shella berjalan melewati lorong dengan berani walaupun saat itu sudah banyak karyawan/I perusahaannya yang menatap Shella dengan tatapan tajam dan tak jarang dari mereka mencela keluarga Shella.
Saat memasuki gedung KPK
Seseorang menarik tangan Shella dan langsung melangkah mengikuti Shella. Pria berJas hitam dengan dasi hitam dan saat itu berkacamata sembari menenteng tasnya berjalan tepat di sebelah Shella.
"Siapa Anda ?"
"Saya Toni pengacara yang di sewa oleh Tuan Bramasta. Jawab pria itu sambil tersenyum.
"Jika di dalam nanti anda di tanyai mengenai uang yang digunakan untuk membuka perusahaan Ella's. Katakan saja bahwa anda tidak tau menahu soal Pak Bramasta yang sudah menggelapkan uang. Anda hanya menjalankan perintah Pak Bramasta dan tidak tau sama sekali mengenai penggelapan uang tersebut. Kata Toni.
Shella hanya menatap bingung ke arah Toni. Karena memang semua yang Toni ucapkan adalah sebuah kebenaran.
"Apakah dia benar-benar seorang pengacara. Gumam Shella kesal.
****************************************
Dua hari kemudian.
Setelah menerima berita bahwa kedua orang tuanya akan di sidang di Indonesia. Maka hari ini adalah hari dimana kedua orang tua Shella akan tiba di Jakarta. Shella yang sedari kemarin senantiasa di temani Luna dan Tia sedang berada di depan perusahaannya. Karena hari ini pihak KPK sudah memasang segel di sepanjang perusahaan Shella. Surat perintah tutup sudah di keluarkan boleh pihak pengadilan. Shella hanya bisa menatap dengan putus asa penutupan perusahaannya.
"Apa kau baik-baik saja ? Suara Franklin dari arah belakang dan terlihat Franklin berjalan bersama Lia dan Cecil.
"Franklin...! Sontak Shella memeluk Franklin dan menangis di pelukan Franklin.
"Berita ini sangat mengejutkan, dan sudah pasti kau sangat terpukul. Kata Franklin.
"Semuanya akan di sita. Dan sepertinya rumah juga isinya akan ikut di sita. Kata Shella.
"Apa Tante dan Om akan sampai hari ini ?
"Ya sekitar pukul 5.30. kata Shella.
"Aku akan menemanimu ke pengadilan untuk bertemu mereka. Jadi jangan menangis lagi, kau sudah cukup menderita beberapa hari terakhir. Sebaiknya tenangkan dirimu, jadilah kuat dan tegar untuk kedua orang tua mu. Kata Franklin.
Di depan kantor polisi.
Shella, Franklin, Tia, Lia sedang berdiri menunggu kedatangan Papa dan Mama Shella. Shella berusaha tegar sedari tadi meski kadang air matanya mengalir setetes demi tetes. Namun dengan cepat Shella menghapusnya.
Tak lama mobil terlihat mobil berhenti tepat di depan kantor polisi. Pria dan wanita yang tak asing di mata Shella turun dari mobil dengan tangan yang sudah di borgol. Shella berlari dan mengejar ke arah mereka. memeluk kedua orang tuanya erat dan menangis bersama. Namun tak lama Mama Shella tiba-tiba saja merasa kesakitan di bagian dadanya. Mama Shella merintih kesakitan dan memegang bagian jantungnya. Matanya terlihat melotot dan saat itu urat di lehernya terlihat menegang. Semua orang menjadi panik dan keadaan menjadi sangat menegangkan.
"Ma... Mama... Hiksss... Mama kenapa ? Tanya Shella histeris di ikuti Bramasta yang menangis memeluk istrinya yang saat itu sudah tidak sadarkan diri.
Tak lama mobil Ambulance datang dan segera membawa Nyonya Bramasta ke rumah sakit. Shella terlihat sangat ketakutan dan saat itu Shella bahkan menggenggam tangan Mama nya erat.