webnovel

Pertemuan Keluarga part 6

Sungguh dunia Bulan saat ini seperti masuk ke dalam sebuah lorong panjang temaram yang ada dalam film-film trailer penuh teror. Tidak pernah ia bayangkan akan bersinggungan dengan hal semacam ini. Dan ini mengerikan..

Ketiga asistennya telah mampu menguasai diri mereka masing-masing. Bulan memerintahkan mereka untuk lebih waspada dan memperhatikan setiap pergerakan mencurigakan di sekitar area boutique. Siapapun itu..

Menutupi rasa cemasnya sendiri..Bulan berusaha mengalihkan pikirannya.

" Bagas..apa menurut mu aq harus menghentikan aktivitas q di boutique untuk sementara waktu?" Bulan menimbang-nimbang langkah selanjutnya.

" Tidak perlu seperti itu. Aq akan menemanimu di setiap waktu lepas dinas q. Jika aq sedang bertugas, aq akan mengatur area patroli yang menjangkau area sekitar boutique agar lebih sering melewati jalur sini." Bagaskara berusaha menenangkan nya lagi. " Polres hanya terletak 2 blok dari sini. Jika ada apa-apa akan mudah dijangkau."

" Baik..aq akan bersikap seperti biasanya.. seolah-olah tidak ada yang terjadi." Bulan mengangguk mengerti.

Namun Bagaskara tidak nampak puas. Ia masih memikirkan hal lain. Ia tidak menyangka mereka akan menghadapi hal seperti ini juga. Walau dalam keseharian nya dunia seperti ini sudah sangat familiar.. namun kali ini sangat berbeda.. Kali ini yang menjadi target adalah orang yang ia cintai. Jelas sekali ia akan sangat sulit bertindak profesional..karena ini menyangkut keselamatan Bulan. Teror pertama telah dimulai. Walau ini masih termasuk intimidasi..tapi sudah ada indikasi ancaman di dalamnya. Ini tidak baik. Bukan tidak mungkin akan ada teror-teror berikutnya. Yang ia khawatirkan ialah jika sang pelaku berlaku nekat. Sedangkan Bulan tidak selamanya berada dalam jangkauannya..

Sore itu juga Bagaskara menghubungi sebuah layanan pemasangan CCTV yang menjadi langganan nya. Beberapa spot yang dinilai strategis segera dipasang alat-alatnya yang langsung terhubung dengan monitor di ruang kerja Bulan dan juga ponsel Bagaskara.

" Bagas.. terimakasih..aq tidak tau bagaimana memikirkan ini semua jika tidak ada kamu. Tapii..apakah ini tidak terlalu berlebih-lebihan?" Bulan menggigit bibirnya..merasa ragu.

" Sayang..turuti kata-kata q. Buat aq tenang saat tidak dapat berada di sisimu."

Bagaskara merasakan seperti menelan pil pahit. Di saat ia bertugas menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat.. namun ternyata keselamatan orang yang ia kasihi malah tengah berada dalam ancaman.

" Bulan..apapun yang terjadi..aq akan selalu berusaha melindungi mu. Berjanjilah untuk selalu waspada dan berhati-hati. Pelakunya telah berani melakukan teror seperti ini, membunuh makhluk tidak berdosa secara keji. Aq akan berkoordinasi dengan teman-teman di lapangan. Semoga ada petunjuk."

Sungguh, rasa lapar yang tadi sempat singgah mendadak terlupakan oleh kejadian tadi. Seandainya Bagaskara tidak ingat akan makan siang, mungkin penyakit magh Bulan akan kembali kambuh.

" Sayang..ayo kita keluar. Sedari tadi kita belum makan. Aq khawatir sakit magh mu kambuh." Bagasakara berusaha mengalihkan pikiran Bulan yang tegang akibat teror kardus misterius.

" Aq benar-benar lupa, Bagas..tapi sekarang aq kehilangan nafsu makan q." Bulan menatap lesu ke atas meja di mana ponsel Bagaskara di letakkan.

" Kita tetap harus makan siang, Sayang..ayo kita makan olahan mie saja? Aq tau tempat yang enak di sekitar sini."

Dengan enggan, Bulan melangkah menuruti Bagaskara. Bagaskara menggenggam tangannya dan menariknya agar berjalan lebih dekat dengannya.

Bagaskara membimbing Bulan menuju mobilnya.

Di dalam mobil mereka berdua larut dalam pikirannya masing-masing. Segala kemungkinan terburuk bisa saja terjadi..sedangkan mereka ternyata tidak terlalu mengenal lawan mereka sebenarnya.

Dhimas beberapa kali mencoba menghubungi Bagaskara melalui ponselnya. Ia baru saja membaca pesan singkat dari Bagaskara mengenai teror kardus itu.

" Ya..halo, Dim..apa kau telah memeriksanya?" Bagaskara to the point ke pokok permasalahannya.

" Dia tidak berada di apartemennya dari jam 11 sampai jam 3 tadi. Tidak ada keterangan yang jelas mengenai keberadaannya. Tapi..dia tidak membawa sepeda motornya. Di sini dia hanya membawa mobil putih nya itu saja." Ternyata Dhimas telah melakukan investasinya. Namun ia belum puas. Informasi nya belum cukup.

" Bagas.. sebaiknya kau nikahi Bulan secepatnya..kau beradu dengan waktu." Dhimas memberi saran atas kekhawatirannya..

" Ya..aq mengerti." Bagaskara hanya menjawab singkat kemudian menutup ponselnya.

Bulan cukup mengerti hal apa yang dibicarakan Bagaskara dalam telepon. Namun ia tidak mau terlalu ikut campur terhadap penanganan hal semacam ini.

Bagaskara menepikan mobil ke dekat taman kota yang tengah mekar bunga-bunga nya.

Musik jazz menemani mereka saat itu.

" Bulan.. tempo hari..saat aq mengahadap keluarga mu.. bagaimana kah tanggapan mereka?" Bagaskara mengawali pembicaraan seriusnya.

" Hmm..ya..mereka menerima mu dengan baik. Ayah q kebetulan memang menyukai hal-hal yang berkaitan dengan militer. Jadi..kau memegang salah satu golden tiketnya, Bagas.." Bulan membalas nya dengan senyuman.

"Baiklah..kalau begitu..besok..saat aq lepas dinas..kita akan ke rumah orang tua q." Bagaskara mengatakannya dengan tanpa hambatan. Namun lain halnya dengan yang terjadi pada Bulan. Keterkejutannya menyebabkan ia tersedak..

" Uhuk..apa kau bilang? Kau akan membawa q ke rumah mu? Bertemu ke dua orang tua mu?"

Bulan tergagap.

" Ya..apa lagi yang kita tunggu. Restu ke dua orang tua mu telah kita dapat kan. Saatnya untuk memperkenalkan dirimu sebagai calon istri q kepada kedua orangtua q." Bagaskara memperjelas lagi maksudnya. Dan ini sukses membuat pikiran Bulan teralihkan.

" Umm..cepat sekali, Bagas.."

Tiba-tiba Bagaskara menarik tubuh Bulan hingga ia dapat dengan jelas melihat kedua mata Bulan yang masih terlihat ragu dan takut.

" Bulan..kau harus tau..saat ini yang ingin q lakukan adalah menikahimu secepatnya. Izinkan aq menjadi pelindung yang menempati ruang teristimewa dalam relung hati mu. Kau tau..aq tidak akan bisa tenang saat tidak melihat mu di sisi q. Apa lagi setelah kejadian ini. Mungkin saat ini kau ragu.. alasan q untuk segera menikahimu bukan atas dasar cinta, melainkan hanya demi keselamatan dirimu semata.. Kau salah, Bulan.. Kau tidak pernah tau..betapa tersiksa nya bathin q saat pertama kali aq melihat mu..dan kenyataan bahwa kau sudah ada yang punya. Saat itu aq hampir tidak mempercayai cinta karena sinar mata yang aq dambakan ternyata milik orang lain. Tapi saat aq melihat bahwa kau tidak mendapatkan bahagiamu di sampingnya.. saat itulah keberanian q muncul. Harapan q yang telah pupus perlahan tumbuh kembali. Mungkin aq jahat karena aq justru merasa senang saat mengetahui fakta itu. Bahwa kau tertekan di bawah kendalinya. Aq tau..aq bisa membahagiakan mu jauh lebih baik. I can treat you better than he can, Honey..I promise.

Dan saat ini..aq sangat bersyukur bahwa kau telah menjawab doa q dengan kehadiran mu. Kau tidak akan pernah dapat mengerti..betapa kau paling berharga bagi q.. Kali ini.. Aq tidak mau membuang waktu. Aq ingin memiliki mu seutuhnya nya. Aq ingin kau menjadi milikku, semua harus mengakuinya. Apa kau mengerti?"

次の章へ