webnovel

Siblings Time!

Di sisi lain, Berlian merasa sangat senang karena akhirnya ia bisa kembali mengahabiskan waktu bersama abangnya. Ia sempat gagal untuk menyusul Rafa ke Padang karena ia harus belajar untuk ujian tahun lalu. Berlian menganggap Rafa seperti pangeran yang tampan, cerdas, dan hangat.

Semetara Rafa yang kini sedang menyetir merasa heran dengan adiknya yang senang dan heboh sekali menyapa teman-teman dan penggemarnya di live instagram.

"Iya, guys. Ini abang aku.. ganteng kan yaa." Ucap Berlian sambil mengarahkan layar ponselnya kepada Rafa.

"Say hi, Bang."

"Haloo." Sapa Rafa sambil sedikit menengok dan melambaikan tangannya.

"Kamu udah makan di sekolah?" tanya Rafa.

"Belom, Bang." Jawab Berlian sambil menggelengkan kepalanya.

"Makan dulu ya? Cari bukunya nanti aja habis makan."

"Oke.. hmm tapi aku mau sushi ya, Bang."

"Okayy"

***

"Enak sushi nya?"

"Hmm, kapan-kapan kita... kita ke sini lagi ya, Bang!" Jawab Berlian terbata-bata sambil menelan makanan yang ada di mulutnya.

"Iya nanti Abang sering-sering ajak ke sini."

"Dua tahun Abang tinggal, udah ada cerita apa aja?" Tanya Rafa sambil merapihkan rambut Berlian yang berantakan.

"Well, ada banyak banget yang mau aku ceritain ke Abang." Semangat Berlian tiba-tiba menggebu mendengar pertanyaan Abangnya.

"Hmm, ceritain dong."

Banyak cerita yang Berlian ceritakan hari itu. Berlian bercerita dengan wajah yang berbinar dan penuh semangat. Mulai dari kegagalannya untuk masuk ke sekolah menengah yang menjadi incarannya hingga kegagalan Alana untuk menjadi ketua OSIS tahun lalu. Fyi, Alana dan Berlian satu sekolah tapi tidak pernah memperlihatkan bahwa mereka kakak-adik. Mereka seperti orang yang tidak saling kenal.

"Nih ya, Bang. Kak Al tuh pas pulang udah kayak hampir nangis gitu kan, nah disitu gue sama Mama udah yang kayak bisa nebak pasti dia kalah nih, pasti Kak Dino nih yang menang gitu."

"Oh, ya? Emangnya Dino siapa?" Tanya Rafa penasaran dengan nama yang baru Rafa dengar.

"Itu loh, Bang, saingannya Kak Al yang mau jadi Ketos juga. Ganteng banget, terus juga ya dia tuh yang jadi peringkat 1 paralel berturut-turut 3 semester ini. Udah gitu enggak nerd kayak kak Al, dia tuh temennya banyak dan kenalannya dimana-mana gitu."

"Segitunya? Penasaran gue yang mana anaknya." Ucap Rafa dengan suara dan wajah yang sedikit kompetitif.

"Tenang aja, Bang. You still the best in our school until now"

"Bagus, kalo gitu haha." Tawa Rafa dengan wajah sombongnya. Berlian yang melihatnya hanya bisa memutar mata malas.

"Tapi Bang, gue agak kasihan sih sama kak Al. Soalnya Kak Dino tuh galak banget kalo ke dia. Emang sih Kak Al tuh public enemy, cuma kayak.. sumpah Kak Al mukanya tebel banget biarpun udah digituin sama Kak Dino."

"Emangnya diapain?"

"Ah, kalo itu mending lo tanya Kak Al langsung deh, Bang. Bisa-bisa gue dibotakin Kak Al kalo dia tau gue ngasih tau lo."

Memang pada dasarnya Berlian menahan ceritanya karena ingin meminta sogokan dari Abangnya. Segera setelah paperbag tas bermerek ada di tangannya, Berlian melanjutkan ceritantya. Rafa sedikit emosi mendengar cerita Berlian mengenai perlakuan Dino pada Alana. Walau bagaimana pun, Alana tetap adiknya.

Bisa-bisa nya orang yang tidak ia kenal mem-bully adiknya. Mungkin saja,Rafa tidak sadar bahwa perlakuannya pada Alana lebih menyakiti hati Alana. Ya, hari itu dihabiskan Rafa dan Berlian dengan banyak bercerita.

次の章へ