sedangkan di kamar rawat Kevin, Luna telah tertidur disebelah Kevin entah sejak kapan karena tadi menangis tanpa henti, perlahan tanggan Kevin bergerak menandakan ia perlahan tersadar seiring dengan terbuka matanya.
Kevin tidak tahu mengapa ia bisa berada ditempat yang terlihat asing baginya tanpa mengingat apapun kejadiaan yang telah menimpanya.
Kepalanya terasa pusing saat ia mencoba beranjak duduk, ia baru menyadari jika Luna memakai baju seorang pasien rumash sakit dan akhirnya menyadari jika dirinya juga memakai baju yang sama. Ranjang yang bergoyang membangunkan Luna dan perlahan penglihatannya membawanya melihat kevin yang terdiam menatapnya.
"Kamu sudah sadar Kevin.." Luna segera memeluk Kevin erat, perasaan lega sekaligus bahagia menyelimutinya kini sampai ia menyadari jika ia tidak seharusnya memeluk Kevin.
Luna perlahan melepaskan pelukannya tapi Kevin menariknya kembali dalam dekapannya.
"Apa yang terjadi sebenarnya dengan kita?" tanya Kevin pelan.
"Kamu tidak ingat sesuatu? mengapa kita berakhir seperti ini?" Tanya Luna, Kevin terdiam mencoba memutar ingatanya yang ia ingat hanya waktu bekerja dan saat ia menyulitkan Luna dan saat Luna membuatnya kesal tapi entah mengapa ia merasa sangat nyaman memeluk Luna bahkan ia tidak ingin melepaskan Luna saat ini begitupun dengan Luna yang juga merasakan hal yang sama dan membalas pelukan kevin.
"Aku tidak ingat apapun selain jika kamu menyebalkan.." ucap Kevin
"Aku juga hanya mengingat kejadian menjengkelkan tentangmu." balas Luna dan kemudian mereka tertawa.
Nita telah menghipnotis mereka untuk membuat mereka melupakan perasaan cinta diantara mereka dan menghilangkan kenangan indah diantara mereka berdua.
Tapi perasaan cinta yang hilang itu akankah mereka akan dapat menemukannya? atau mungkin mereka akan benar-benar melupakan adanya cinta diantara mereka?
Luna terdiam didalam kamar rawatnya, hatinya terasa gundah ia tidak dapat tidur memikirkan kejadian saat tadi dirinya berada dikamar rawat Kevin.
Ia melihat ayahnya telah tertidur, perlahan iapun turun dari ranjang dan melihat keluar jendela. Malam ini rintik hujan turun perlahan, Luna berfikir sejenak mengapa hatinya dirundung kesedihan saat ini.
Apa karena tadi saat Luna dan Kevin tengah berpelukan tiba-tiba saja tunangan Kevin yaitu Monic datang memisahkan mereka?
Luna memegangi dadanya yang sesak seakan membuatnya tercekik? air mata Luna seakan ingin menerobos keluar ketika bayangan Monic yang memeluk Kevin erat dihadapannya tadi terlintas.
Tapi Luna mencoba berfikir tenang, mungkin ini hanya perasaan tidak enak karena tadi ia dan Kevin sedang berpelukan saat Monic tiba.
"Sadarlah Luna..." Gumam Luna dalam hati, ia tahu betul perasaan sedih yang dirasakanya sangat tidak pantas.
"Mungkin jalan-jalan sebentar akan menjernikah pikiranku.." Luna berjalan keluar dari kamar rawatnya dengan mendorong tiang infusan.
Luna menoleh kearah kamar Kevin, ia sangat penasaran dengan keadaan Kevin sekarang apa sudah merasa pulih seperti dirinya atau mungkin kondisinya masih lemah.
Dengan ragu Luna berjalan menuji kamar rawat Kevin tapi Luna tidak berani untuk memasuki ruangan.
"mungkin ia sedang bersama tunangannya lebih baik aku tidak mengganggu mereka." ucap Luna melepaskan kembali knop pintu kamar rawat Kevin.
"tidak jadi masuk?" Luna terperanjak saat suara Kevin tiba-tiba terdengar, perlahan Luna menoleh dan mendapati Kevin berada dibelakangnya.
"ah.. siapa yang ingin masuk.." elak Luna.
"lalu mengapa berdiri didepan ruanganku? Kamu merindukanku?" Tanya Kevin mendekat membuat Luna mundur satu langkah karena merasa takut.
Kevin terus mendekat sambil menatap mata Luna intens, apa yang sebenarnya ia lupakan, mengapa saat melihat Luna hatinya merasa hangat dan berdebar dengan kencang.
"Kamu mengingat sesuatu?" Tanya Kevin, ia mencari jawaban kegundahan hatinya dengan menatap Luna dan membaca ekspresinya yang mungkin saja ia menyembunyikan sesuatu jawaban dari kegundahan hatinya.
Luna tidak dapat menjawab, ia terlalu takut dengan tatapan Kevin yang menindasnya.
Tidak mendapatkan jawabannya, Kevin perlahan menjauh dan berdiri disebelah Luna.
Tapi bukan rasa lega yang Luna dapatkan saat Kevin perlahan menjauh melainkan perasaan sedih yang mendalam.
"Kamu mau kemana?" Tanya Kevin.
"Entahlah, aku hanya merasa bosan berdiam dikamar." Jawab Luna tersenyum tipis.
"Mau berkeliling?"
"Tunanganmu?"
Kevin tersenyum kecut, ia melupakan semua hal kecuali ingatan tentang pertunangannya dengan Monic tapi Kevin tidak merasa senang melainkan merasa muak dengan Monic.
Mungkinkah Monic yang mencelakainya dengan Luna? tapi untuk apa bahkan dirinya dan Luna seperti tikus dan kucing yang selalu bertengkar. Mengapa Monic harus bertindak sejauh itu jika memang Monic yang merancang kecelakaan yang menimpanya.
"Aku akan berkeliling, sebaiknya kamu temani tunanganmu.." Melihat Kevin yang terdiam melamun, Lunapun mengambil inisiatif untuk pergi meninggalkan Kevin.
Tunanganmu... Luna tersenyum kecut, mengapa hatinya gusar setiap kali mengingat Kevin telah memiliki seorang tunangan.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Luna mengehentikan langkahnya saat Kevin ternyata mengikutinya.
"Menemanimu, apalagi?" Tanya Kevin ketus, Luna melirik jengkel tapi ia tidak dapat mencegah Kevin yang kini telah berjalan beberapa langkah mendahului Luna.
"Jangan memanggil Monic dengan sebutan tunanganmu.. Aku tidak menyukainya, kami hanya dijodohkan dan aku akan membatalkan perjodohan kami saat proyek dengan Hotel Kings sukses.." Jelas Kevin, Luna mendengarkan dengan seksama dalam hati tersenyum karena ternyata Kevin tidak mencintai Monic.
"Maka dari itu bekerjalah lebih giat lagi Luna.."
Luna mengerutkan Keningnya, apa maksud Kevin, ia yang ingin membatalkan perjodohannya dengan Monic lantas mengapa harus dirinya yang bekerja lebih giat lagi.
"Kamulah yang harus berusaha lebih giat lagi, aku tidak mau terjebak dalam kisah rumitmu." ucap Luna, ia kemudian duduk dibangku tunggu sambil menatap langit mendung yang tengah turun hujan ringan.
Kevin tampak tidak senang, ia lantas duduk disebelah Luna dengan wajah cemberut.
"Apa kisahku sangat rumit, apa kamu sudah lelah sebelum memulai.."
"Aku hanya tidak ingin terjebak dan terluka, lagipula aku tidak memiliki perasaan istimewa padamu.." jelas Luna.
"Aku membicarakan soal pekerjaan saat ini.." Luna mengedipkan matanya, wajahnya memerah, mengapa ia salah tanggap.
Perasaan? oh aku malu..
"Tapi jika kamu ingin memiliki perasaan padaku aku akan menerimanya dan membalasnya lebih dari yang kamu berikan padaku.." Luna terdiam mendengar perkataan Kevin, mengapa rasa sedih itu kembali datang? Kevin telah sering menggodanya tapi semua itu hanya godaan untuk membuatnya kesal tapi mengapa rasanya kali ini sangat berbeda.
"Kevin,, jangan mulai kita baru saja selamat dari maut, aku tidak ingin kita dalam kondisi menjengkelkan. paling tidak sampai hari ini."
"Aku serius.."
"Baiklah.. baiklah aku akan bekerja lebih giat dari siapapun dan membantumu keluar dari masalahmu."
"Maksudku tentang perasaan kita.."
Luna terdiam kini, wajah Kevinpun menunjukan keseriusan.
"Aku tahu kita tidak memiliki perasaan saling mencintai atau bahkan suka tapi aku tidak pernah memikirkan akan menghabiskan sepanjang waktuku dengan seorang wanita lain nanti selain dirimu.."
Luna tersenyum kini, rasa bahagia menyelimutinya tiba-tiba sampai ia kembali sadar jika ia tidak pantas memikirkan hal seperti itu.
"Aku tidak ingin menghabiskan sisa waktuku dengan pria yang menyebalkan seperti dirimu Kevin.." Luna menyentuh bahu Kevin dengan bahunya lembut
"Aku juga tidak ingin, karena kamu sangat menjengkelkan." Balas Kevin, iapun melakukan hal yang sama pada Luna.
Mengapa seperti ini? mereka dekat tanpa sungkan, bukankah mereka selalu bertengkar saat bersama dan tidak membahas soal pekerjaan.
Luna menarik dirinya dan duduk disudut kursi begitupun dengan Kevin, mengapa kata-kata yang terdengar seperti rayuan itu terlontar dari mulutnya tadi.
"Kapan kamu akan pulang? aku merasa bosan, mungkin besok aku akan minta dipulangkan oleh dokter." Ucap Kevin mencoba mencairkan suasana.
"Aku sudah bertanya pada dokter dan besok aku akan pulang. kamu harus memeriksa keadaanmu dulu pastikan dirimu sudah pulih." ucap Luna, tapi mengapa Luna terdengar sangat perhatian pada Kevin membuat Luna merasa malu kembali.
"Terima kasih karena telah menghawatirkanku.."Kevin tersenyum dan kemudian membelai rambut Luna lembut membuat pipi Luna merona sekaligus merasa nyaman.
Kini suasana lebih canggung lagi, saat Kevin menyadari perlakuan manisnya tadi pada Luna yang ia tidak sadari.
"Jika kita sudah kembali bekerja, aku ingin melihat jadwal kita pada saat kita mengalami kecelakanan, mungkin saja kecelakaan kita direncanakan oleh pesaing bisnis kita."
"Baiklah.."
"Sejujurnya aku merasa seperti ada yang hilang dalam ingatanku, maka coba cek laporan keuangan kita dan cek semua transaksi yang kita lakukan seminggu sebelum kita mengalami kecelakaan."
"Mungkin saja kita menemukan petunjuk." Lanjut Kevin dijawab dengan anggukan dari
Luna.
"Baiklah pak Kevin.."
Kevin kini tertawa mengapa panggilan itu terasa aneh ditelinganya begitupun dengan Luna yang merasa lidahnya gatal memanggil Kevin seperti itu.
....