webnovel

saling membalas 2

Kevin berjalan keluar dari kamar, ia telah mengganti pakaianya kini, dan berjalan kearah Luna yang tengah terduduk sambil menyelimuti seluruh tubuhnya. Perasaan Luna sangat gelisah kini, dia meruntuki perbuatan bodohnya kepada Kevin tapi dia tidak sepenuhnya menyesal karena bagaimanapun bosnya itu sangat menyebalkan.

"Luna!" Luna terperanjak kaget saat tangan kekar Kevin tiba-tiba menyentuh bahunya.

"mandilah, ini sudah sore setidaknya kita harus berjalan-jalan di pantai selagi disini bukan?" ucap Kevin tersenyum saat telah duduk disebelah Luna.

"Astaga, apa dia akan menenggelamkanku di laut? aku akan mati di makan hiu." Gumam Luna dalam hati.

Kerisauan dihatinya tidak dapat disembunyikan meskipun ia mengangguk sambil memasang wajah tersenyum.

"Baiklah!" jawab Luna lemas. iapun perjalan kearah kamar mandi dengan selimut yang terseret sedangkan Kevin duduk santai seperti tidak terjadi apapun.

Beberapa saat kemudian, Luna berjalan keluar dari dalam kamar dengan perasaan ragu ia melangkah menuju Kevin berada, sambil menelan ludah ia mengumpulkan keberaniannya untuk mendekati Kevin.

"Sudah?" Luna bahkan belum sampai dihadapannya tapi Kevin telah menyadari kehadiran Luna, Kevin lalu tersenyum "kamu terlihat manis mengenakan gaun itu!" puji Kevin tiba-tiba diluar dugaan, Luna memang terlihat menggemaskan dengan maxi dress berwarna peach yang dikenakannya sangat menyatu dengan kulitnya yang kuning langsat.

"Benarkah?" Luna tersenyum canggung mungkin mencela dirinya akan menjadi cara Kevin membalaskan kekesalannya pada dirinya.

"Tentu saja, kamu sangat manis" puji Kevin kembali sambil tersenyum, Luna menelan ludahnya kembali, maka sudah dipastikan ia akan ditenggelamkan dilaut oleh Kevin nanti.

"Te..terimakasih." Ucap Luna terbata, Kevin lalu berjalan memimpin diiringi Luna tapi saat belum sempat keluar pintu ponsel Luna berdering membuat langkah mereka terhenti.

"Hallo ayah..." mendengar Luna menyebut ayah, Kevin dengan cepat berjalan mendekat dan menempelkan telinganya sisi luar ponsel Luna dan membuat Luna menjadi canggung tapi ia tidak dapat melakuan apapun selain membiarkannya.

"Luna apa kamu sakit nak? mengapa tidak pulang hari ini? ayah sungguh cemas!" Ucap suara dibalik telepon, Luna benar-benar lupa jika ia berjanji akan pulan hari ini.

"Ah aku baik-baik saja ayah, hari ini ada rapat mendadak dan aku harus pergi ke Bali jadi aku tidak bisa pulang, lain kali aku pasti datang." jelas Luna merasa bersalah.

"Bali?" Tiba-tiba suara dibalik telpon menjadi gaduh karena Lisa adiknya yang masih duduk dibangku SMA itu merebut ponsel ayahnya.

"Bawakan aku oleh-oleh kak!" Pinta Lisa antusias.

"Eh ayah juga mau!" Sambar ayah Luna.

"Hei, kak jangan hiraukan mereka, berhati-hatilah disana." Juna adik tertua Luna yang kini kuliah itu segera merebut ponsel dari tangan ayah dan adiknya.

Meski tidak ada disana Luna bisa merasakan kehangatan rumah berkat kegaduhan yang mereka buat.

"Tenanglah, kakak akan membelikan kalian oleh-oleh." Ucap Luna terkekeh geli.

"Terima kasih banyak kak!" ucap Juna, ia tidak mau merepotkan kakaknya yang sudah bekerja untuk membiayai mereka tapi jika hadiah itu diberikan tanpa diminta mengapa ia harus menolak.

"Baiklah, kakak masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan. kalian jaga diri baik-baik ya, dah.." Luna menutup telponnya dengan wajah tersenyum tapi semburat kesedihan terlihat diwajahnya.

"Kamu merindukan mereka?"

"Tentu saja, mereka adalah hartaku yang paling berharga" Jawab Luna membuat Kevin merasa sedikit bersalah karena membawanya ketempat ini.

"Aku akan mengantarmu membeli oleh-oleh" Ucap Kevin tersenyum.

...

Jalan yang bising dengan suara kenalpot kendaraan yang berlalu lalang kalah bising dengan kegelisahan hati Luna.

Mengapa Kevin tidak marah, atau membalas perbuatanya tadi dihotel. Entah apa yang ada dipikiran Kevin, sepanjang jalan dia tidak bereaksi apapun.

Apa bosnya itu akan benar-benar menenggelamkannya di laut? Tapi laut cukup jauh dari sini atau mungkin Kevin akan meninggalkannya di tengah jalan? dan mengapa pria itu tidak berekspresi sama sekali membuat Luna benar-benar bingung.

"Lihat lah, kepitingnya besar sekali!" Luna terkejut saat Kevin menarik pergelangan tangannya menuju restoran penjual kepiting di pinggir jalan dan wajahnya terlihat sangat senang tapi sikapnya itu benar-benar membuat Luna bertambah cemas.

"Kita makan dulu ya, aku sangat lapar karena mimpiku tadi." Ucap Kevin tersenyum cerah sambil memilih Kepiting yang masih hidup itu di dalam aquarium.

"Baiklah!" ucap Luna tersenyum palsu, ia lalu mengikuti tuntunan Kevin dan mulai membantu Kevin memilih kepiting.

"Aku rasa ini cukup besar untuk kita berdua" Luna berjongkok sambil menunjuk sebuah kepiting besar berukuran dua telapak tangan yang tengah berjalan menyamping.

"Mereka sangat menggemaskan!" Luna tanpa sadar tersenyum melihat beberapa kepiting terlihat tengah bergelut, Kevin lantas menatap wajah Luna yang tengah berjongkok tapi sebelumnya dia telah meminta pelayan restoran mengambil kepiting yang Luna pilihkan.

"Bukankah mereka sangat menggemas.." Luna menoleh ke atas dengan antusias tanpa menyadari saat itu Kevin tengah merunduk melihatnya hingga tanpa sengaja bibir mereka bersentuhan dengan lembutnya.

Luna dan Kevin saling menatap sejenak dengan tatapan terkejut sedangkan bibir mereka masih menempel, desiran dihati mereka rasanya akan meluap secara tiba-tiba, sampai mereka menyadari apa yang telah terjadi dan akhirnya Luna memalingkan wajahnya yang merona karena malu dengan apa yang baru saja terjadi begitupula dengan Kevin yang lantas berdiri tegak dengan wajah tersipu ia menyembunyikan kebahagiaanya, ini adalah sebuah ketidak sengajaan yang sangat manis.

"um.. ayo masuk kedalam" Ajak Kevin canggung, terlebih saat ini Luna masih menunduk malu, ia lantas mengusap lembut kepala Luna sebelum berjalan masuk kedalam restoran.

"Ciuman pertamaku.." gumam Luna malu.

.....

Luna tidak berani menatap Kevin, ia sangat malu bahkan wajahnya masih memerah kini dan dia bahkan melupakan rasa gelisahnya karena telah mengerjai Kevin semua hilang seketika digantikan dengan kejadian saat bibir mereka yang bersentuhan yang terus terulang dipikiran Luna.

Sedangan Kevin menyembunyikan kesenangannya dengan bersikap datar seperti biasa tapi dengan diam-diam ia menatap wajah malu Luna dan saat melihat bibir merona Luna, tiba-tiba saja ia merasa malu dan memalingkan wajahnya yang memerah kini.

Suasana ini bahkan lebih canggung dari pada hari dimana mereka pertama kali bertemu dua tahun yang lalu saat Kevin menggantikan posisi ayahnya menjadi CEO perusahaannya betapa terkejutnya ia melihat sekertaris utama yang selalu dibanggakan oleh ayahnya ternyata Luna yang tidak lain adalah cinta pertamanya yang selalu membullynya saat sekolah dulu tapi sepertinya Luna tidak mengenalinya membuat Kevin tersenyum memikirkan bagaimana cara membalas perbuatan Luna sedangkan Luna hanya merasa pria yang akan menjadi bosnya itu seperti seseorang yang ia kenal tapi entah siapa, terlebih dengan wajah tampannya membuat hati Luna berdebar setiap mata mereka bertemu.

Ya tentu saja saat itu Luna belum tau jika bos super tampannya itu adalah seorang demon yang senang mengganggu hidupnya hingga detik ini.

"Kamu tidak mau makan?" Tanya Kevin saat kepiting dan udang yang dipesannya tiba dan telah tertata diatas meja.

Pikiran Luna masih melayang jauh membuatnya tidak jelas mendengar apa yang Kevin ucapkan baru saja."kenapa?" Tanya Luna bingung, Kevin lantas tersenyum sepertinya Luna sangat terkesan dengan ciuman yang tidak disengaja itu.

"Kamu, tidak mau makan karena takut jejak bibirku akan terhapus?" Goda Kevin membuat Luna terbelalak dari mana pria dihadapannya ini mendapatkan pemikiran seperti itu.

"Makan saja, jika jejak bibirku terhapus aku akan menciummu kembali." Kevin merasa senang karena sepertinya godaannya berhasil bahkan wajah Luna lebih merah dibanding sebelumnya.

"Untuk apa, aku bahkan ingin cepat-cepat menghapusnya!" Bantah Luna tegas, ia lalu meraih gelas berisi air putih dan dengan cepat meminumnya. Kevin tidak bereaksi selain tersenyum sebelum akhirnya menyentuh bibir Luna yang basah dengan ibu jarinya membuat Luna terpaku.

"Haruskah aku membalasnya sekarang?"

....

次の章へ