webnovel

Jebakan

Di sebuah cafe Andhyra dan seorang pria tak dikenal sedang duduk berhadapan. Wajah andhyra memerah karena malu yang kini menggerogoti dirinya, bagaimana tidak kejadian di pusat perbelanjaan tadi benar-benar di luar dugaannya.

setelah pria itu melangkah keluar dari dalam lift, Andhyra secara tidak sadar mengejarnya dan memegang kaki pria itu. Ia memohon-mohon agar pria itu mau membantunya, pria itu awalnya bingung apa yang perempuan ini lakukan? seharusnya aku tidak memperlihatkan kekuatanku di depannya ini sungguh merepotkan pikir si pria dalam hati. Ia pun menolak dan menendang Andhyra dengan cukup keras tapi Andhyra tidak menyerah dan kembali memeluk kakinya. Pada saat si pria ingin menendangnya untuk yang kedua kali kalimat yang keluar dari mulut Andhyra membuatnya terhenti.

"Jadi kamu meminta bantuanku untuk mengalahkan seorang perempuan yang memiliki kekuatan sepertiku?" Tanya si pria.

"Ia Tu..tuan eh ma..master.." jawab Andhyra gugup.

"Rico... Panggil Rico saja! dan dimana perempuan itu sekarang?" Sekali lagi ia bertanya.

"Saya tidak tau dimana rumahnya tapi ia bersekolah di tempat saya sekolah sekarang. Saya akan berusaha untuk membawanya dihadapanmu!"

setelah berfikir beberapa saat Rico akhirnya bersuara.

"Bagus, besok kamu harus membawanya ke alamat ini!" Rico memberikan sebuah kertas kepada Andhyra dimana disitu tertulis alamat lengkap yang harus dia datangi.

setelah beberapa menit mereka akhirnya berpisah di depan cafe.

*

dalam ruangan yang remang sorang pria berlutut di hadapan tuannya, suasana di sekitarnya begitu mencekam seakan tak ada satupun manusia yang mau berlama-lama berada di ruangan itu.

"Hamba menghadap pada tuanku, Hamba datang kesini untuk melapor tentang perkembangan pencarian sang dewi!"

"Bicaralah!" Perintah Tuannya yang kini memandangnya tanpa cela

"Hari ini hamba bertemu dengan seorang perempuan, dia mengaku memiliki teman sekolah yang mampu menggunakan kekuatan seperti kita, hamba berasumsi kemungkinan besar perempuan yang dimaksud itu adalah sang dewi tuan!" jawabnya.

"Apa kamu sudah tau dimana keberadaan perempuan itu?"

"Hamba telah memerintahkan teman sekolahnya itu untuk membawanya kemari bsok tuan, dan tuan bisa melihat sendiri perempuan itu apakah ia sang dewi atau bukan tuanku!" Jawab sang bawahan.

"Bagus, persiapkan tes untuk menguji kemampuannya. Kita akan lihat apakah dia yang aku cari selama ini atau tidak!" Jawab sang tuan dan memutar arah kursinya ke belakang.

*

Ke esokan harinya di sekolah.

Mhuty sedang mengawasi keadaan di luar kelas X4 dari depan kelasnya di X2, saat ia melihat Azra berjalan keluar dari kelas ia segera memberikan kode kepada Chya. Setelah Chya melihat kode yang diberikan oleh Mhuty ia dengan cepat melangkah ke arah X4.

Setelah sampai di depan pintu, Chya memperhatikan seisi kelas ia mencari seseorang, akhirnya ia melihat Dhyan yang tengah membersihkan meja Azra dengan wajah yang begitu suram.

sejak kejadian Rhyan yang telah mengajak Azra untuk pergi berkencan teman-teman sekelasnya mulai membully Azra, terlebih lagi setelah Azra membuat masalah dengan para pangeran yang lain. Bahkan anak-anak dari kelas lain juga ikut membully dirinya.

Hampir setiap pagi saat Azra datang ke sekolah ia akan mendapati mejanya penuh dengan tulisan-tulisan yang menghina dan menghujat dirinya. Bahkan sampai ada murid yang nekat untuk membuatnya terjatuh dari lantai dua sekolah, jika Azra tidak memiliki kekuatan di tubuhnya, mungkin saja ia akan berada di rumah sakit sekarang atau bahkan telah tertidur dengan para penghuni TPU.

Dengan langkah cepat Chya berjalan ke arah Dhyan.

"Dhyan, kamu harus cepat menolong Azra! Baru saja aku lihat dia diseret keluar sekolah oleh orang yang tidak dikenal!" Ucap Chya denga suara ngos-ngosan dan memperlihatkan ekspresi meyakinkan di wajahnya.

"Apa? kemana mereka sekarang?" Dhyan kini melepaskan kain yang sedari tadi ia pegang dan memegang lengan Chya. ia begitu terkejut sampai kehilangan akalnya, menarik chya keluar dari dalam kelas dan menyuruh Chya untuk menunjukkan dimana keberadaan sahabatnya itu.

beberapa teman sekelasnya yang melihat hal tersebut saling memandang dan mulai berbisik.

"Sepertinya bakal ada pertujukan yang bagus nih!"

"Iya, itu kan Chya salah satu kacung setianya Andhyra dari kelas X2, apa mungkin mereka mau melakukan sesuatu pada Dhyan?"

"Itu sih deritanya, siapa suruh berteman dengan orang aneh picik kayak Azra itu, jadinya kan dia kena bully juga, kalau aku sih bakal menjauh!"

mereka pun mulai mengeluarkan pendapat mereka setelah melihat Dhyan keluar dari dalam kelas.

*

di tempat lain Andhyra yang sedari tadi mengikuti kemana Azra pergi kini mendapat sebuah pesan dari Muthy. Setelah ia membacanya ia menghampiri Azra yang tengah berada di dalam gudang.

Azra sedang sibuk mencari thinner(1) untuk menghapus noda spidol permanen di atas mejanya. tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya.

"Azra, kamu harus menolong Dhyan! sepertinya dia dalam bahaya sekarang!" Andhyra langsung berbicara setelah Azra melihat ke arahnya.

Azra memandangnya tanpa ekspresi dan berucap "Omong kosong!" bagaimana mungkin Dhyan berada dalam masalah? dia kan sedang berada di dalam kelas dan membersihkan mejanya yang penuh dengan tulisan kasar itu, pikir Azra dalam hati. Ia pun berbalik dan melanjutkan pencariannya itu.

"Aku serius Ra, tadi aku lihat beberapa orang laki-laki sedang menyeret Dhyan keluar dari dalam kelas dan membawanya keluar dari sekolah ini!" Andhyra masih berusaha untuk meyakinkan Azra.

Azra dengan gerakan cepat berbalik dan dengan kasar memegang kerah baju Andhyra.

"Kamu jangan coba mempermainkanku, kamu tidak ingat apa yang bisa kulakukan terhadapmu?" Azra mengancam dengan seringai yang menakutkan terlihat di sudut bibirnya.

Sebelum menjawab Andhyra menelan ludahnya dengan kasar, ia begitu gugup dan ingatannya akan kejadian di waktu ia merasakan keadaan berada di ambang kematian memperbesar ukuran ketakutannya pada Azra. Ia dapat merasakan getaran pada tangannya yang semakin menjadi.

"A..aku serius Ra! ti..tidak mungkin aku berani membohongimu!" Jawabnya mencoba meyakinkan Azra.

"ka..Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa pergi ke kelasmu dan bertanya pada teman-teman mu yang melihat kejadian itu!" Tambahnya.

Azra kini melepaskan pegangannya di kerah baju Andhyra dan segera pergi ke kelasnya. Saat ia sampai di depan pintu ia tidak menemukan Dhyan di kelasnya, ia mulai melangkah menuju mejanya. Ia melihat tas Dhyan masih berada di tempatnya tapi kain yang ia dan Dhyan gunakan untuk membersihkan mejanya terjatuh di lantai.

Azra menunduk untuk mengambilnya, setelah ia bangkit salah seorang temannya bersura.

"Azra, kami tadi melihat beberapa orang laki-laki membawa paksa Dhyan keluar dari kelas!" Ucap seorang siswi.

"Iya mereka terlihat begitu kejam, kami terlalu takut untuk menolong Dhyan!" tambah salah seorang siswa.

Azra kini meremas kain yang berada di tangannya.

"Dasar kalian pengecut! untuk membantu satu orang saja kalian tidak mampu!" Azra begitu marah dan memandangi teman-teman sekelasnya itu dengan tatapan dingin

seluruh teman sekelasnya tersentak kaget mendengar Azra berbicara, tatapannya kepada mereka mengeluarkan aurah pembunuh yang menusuk langsung ke jantung.

mereka saling memandang sampai akhirnya salah seorang dari mereka bersuara.

"Sepertinya aku tau siapa mereka, beberapa dari orang itu memakai seragam dari perusahaan LINGGAR JAYA!"

"Aku tau perusahaan itu, Papiku memiliki hubungan kerja sama dengan mereka dan aku bisa mengantarmu kesana!" Andhyra segera berucap dari depan pintu, ia tidak mau kehilangan kesempatan ini. Bibirnya tersenyum samar saat mengatakan hal itu, senyum yang tidak terlalu kentara. Jika ia tidak dengan cepat menyembunyikan perasaan senangnya, bisa-bisa semua rencananya akan gagal.

*

Setelah Chya dan Dhyan keluar dari dalam kelas X4, Mhuthy segera masuk ke kelas itu. Muthy memberikan instruksi kepada teman sekelas Azra, bagi siapa yang menurutinya mereka akan mendapatkan imbalan yang sepadan dan barang siapa yang tidak menurutinya maka mereka harus bersiap-siap menanggung resikonya.

Tentu saja dengan orang tua Andhyra yang memiliki peranan yang kuat dalam sekolah membuat mereka mengikuti instruksi tersebut lebih lagi Andhyra yang terkenal suka membully siswa yang berani menentangnya memantapkan keputusan mereka. itu kesalahan Azra sendiri yang berani membuat masalah dengan para pangeran lagian seluruh kelas udah tau kalau Andhyra begitu tergila-gila pada pangeran Afnan. pikir semua siswa itu.

(1). thinner :zat cair yang biasanya berfungsi untuk mengencerkan cat kayu dan besi, politur serta bahan – bahan finishing lain.

次の章へ