webnovel

Dua Bibir

"perbedaan antara kau dan aku sangat jelas, satu-satunya yang menjadi persamaan kita hanya segi penampilan. Aku pikir dia tidak menolakku karena hal itu akan mengingatkan dia denganmu" senyum getir sangat jelas di wajah wanita yang kini menatap saingannya.

Ia merasa meri saingan terberat padahal meri bukanlah saingan. Jelas ia sudah memiliki suami yang terlalu sempurna untuk ditinggalkan hanya karena status pangeran. Terlebih, sejak awal ia tidak pernah menaruh perasaan pada fuad.

Hubungan antara mereka murni pertemanan sejak ilham kembali dan mengumumkan hubungannya pada saingan cintanya.

Dia bahkan bersikap berlebihan di hari ia memberi tahu fuad bahwa ia adalah suaminya dan meri adalah wanitanya. Melihat betapa frontal sikap ilham, pria lain sebaiknya tidak berpikir untuk bersaing dengannya.

Bukan hanya fisik yang menawan, pendidikan, kepribadian hingga statusnya sebagai seorang pemilik kerajaan bisnis di perancis serta seorang profesor yang sudah malang melintang di dunia medis cukup tersohor dan mampu menekan saingannya yang lain.

Bahkan andre yang juga memiliki latar belakang luar biasa masih akan kalah darinya. Dia pernah di posisi loser tapi karena kecerobohan adiknya, ia kini berada di posisi winer.

Meri juga merasa hal yang sama. Ia merasa cukup beruntung memiliki ilham di sisinya. Dan tidak akan menggantinya dengan yang lain.

Mendengar betapa menyayat kalimat dari wanita di hadapannya, meri turut berduka untuknya. Tapi hal seperti itu hanya terjadi jika ia terlalu banyak berpikir.

"penampilan seperti ini bukankah bukan hanya kau dan aku. Jika karena penampilan ia memilihmu, itu terlalu naif. Di tempat ia bekerja ada beberapa yang memiliki tampilan yang sama, tapi apa dia memilih secara acak? Fuad pria yang bersikap penuh pertimbangan, jika ia memilihmu itu artinya dia sudah mempertimbangkan mu dengan baik" meri cukup pintar menempatkan diri dan memberi penjelasan.

Tidak hanya merasa kalimatnya terlalu cerdas, ia juga merasa lucu bagaimana ia bisa menasehati seorang wanita yang cemburu dan ia masih akan hilang kendali jika berada di posisi itu.

Pepatah menilai orang pebih mudah sepertinya benar adanya.

"sikapnya sangat jelas terhadapmu. Dia membicarakanmu sepanjang waktu dan tidak bertanya apapun tentangku"

"sudah ku katakan kau terlalu banyak berpikir. Setidaknya berpikir positiflah. Mengapa tidak berpikir bahwa ia tidak menanyakan apapun karena ia menerimamu apa adanya. Tidak perduli status atau masa lalumu. Bukankah sangat sulit mendapatkan pasangan seperti itu" kata meri.

Melihat fisik yang juga mumpuni serta sikap dewasa meri, ia mulai memahami mengapa sulit melupakan wanita ini. Bukan berkecil hati tapi meri memang pantas untuk di ingat.

"aku akan lebih memikirkan hal baiknya. Terimakasih sudah datang menjenguknya"

"tidak perlu sungkan. Kami berteman baik, ku harap kau tidak akan cemburu dengan itu. Lagipula suamiku adalah rekan bisnis dokter imran jadi kami memang selalu hidup berdampingan"

"tentu, suamimu lebih tampan dari fisik jadi akan rugi jika kau memilih fuad dan meninggalkannya"

Meri merasa tersangjung mendengar suaminya mendapat pujian. "kau berlebihan. Pangeran arab tidak kalah mempesona" balasnya.

Mereka berbicara santai beberapa lama dan meri harus pulang karena ilham terus mengirim pesan padanya.

Suaminya itu bahkan tidak akan melepaskannya pada saat ia sedang dalam jamuan penting. Meri jelas lebih penting dari apapun.

Di perjalanan keluar melewati loby dan hendak ke parkiran, beberapa perawat dan rekan dokternya memblokir jalannya. Mereka bersikap seperti wartawan yang mendesak mencari informasi darinya.

"dokter ana, apa kau mengenal prof. Ilham?"

"apa kalian berteman baik?"

"bisakah kau mengenalkan aku dengannya?"

"aku rasa dia bersikap sangat ramah padamu. Dia juga terlihat perhatian dengan pasien yang ternyata pangeran itu. Kau berteman dengannya melalui fuad atau kau sudah lama berteman dengannya?"

Puluhan pertanyaan tidak berhenti terlontar dari bibir lemes para wanita di kelilingnya. Kepalanya akan pecah rasanya dengan pertanyaan itu.

Diantara pertanyaan itu tidak ada salah satupun yang menanyakan apakah dia memiliki hubungan spesial. Keseluruhan dari mereka hanya mengira hubungan mereka adalah pertemanan.

"kenapa kalian terlihat begitu antusias" tanya meri basa basi.

Sebenarnya ia ingin membuat wanita itu berhenti bertanya. Dia merasa kesulitan menjelaskan hubungannya.

"kami mengidolakannya, aku melihat peresmian desa penyembuhan dan tahu dia sudah memiliki istri. Tapi istrinya tidak banyak muncul di kamera. Kami bahkan tidak tahu wajahnya seperti apa" jawab salah seorang perawat.

Meri sedikit mulai tahu arah pertanyaan dan maksud dari wanita gila ini. Mereka ingin mencari tahu mengenai informasi istri dari sang idola melalui dia.

Rasanya ia ingin tertawa memikirkan hal itu. Tapi melihat betapa seriusnya wajah para penggemar suaminya, meri tidak tega mematahkan hatinya dan memilih untuk menelan tawanya.

"dia seniorku. Kami bertemu di LA dan juga berasal dari negara yang sama. Karena itu kami sangat akrab" jawab meri.

"tebakanku benar bukan" ujar salah satu dokter wanita dengan semangat membara. "mereka berasal dari negara yang sama karena itu mereka akrab"

"kau benar, aku jadi penasaran dengan istri prof ilham. Dia seharusnya wanita yang tidak kalah luar biasa"

"wanita itu seharusnya cantik dan seorang yang cerdas agar bisa sepadan dengannya"

Kepala meri kembali berdenyut mendengar rekan kerjanya mulai menyebutkan karakter acak yang cocok untuk suaminya. Mereka terlalu banyak menghabiskan waktu berpikir untuk menerka.

Semua kriteria itu jelas ada pada diri seorang meriana, tapi karena tidak ada yang pernah melihat wajah meri kecuali dokter kandungannya mereka jadi memilih wanita lain untuk di jodohkan.

Mulai dari anak direktur rumah sakit hingga salag seorang dokter ahli bedah jantung yang juga sangat cantik.

"sudahlah, aku harus kembali sekarang. Anakku akan segera pulang sekolah" kata meri menyudahi perbincangan tak terkendali itu.

"tunggu, dokter ana sudah punya anak? Apa anak yang waktu itu di bawa oleh prof ilham adalah anakmu? Aku dengar kalian makan siang bersama waktu itu"

"berita kalian memang terpercaya" sindir meri. "iya, dia putraku. Kami makan siang bersama karena kami cukup akrab" jawab meri singkat dan tidak berniat menjelaskan status yang sebenarnya.

Setelah selesai meladeni pertanyaan wanita-wanita yang cukup membuatnya pusing, ia kembali ke rumah di jemput oleh sopir pribadinya.

📞"sayang, kau sudah pulang?" tanya ilham di balik telfon.

Di tempat jamuan ia terus memikirkan meri dan tak henti mengirim pesan kepada sopirnya.

📞"Mmm, aku sudah di rumah. Kau cukup pintar melarangku ke rumah sakit agar tidak mengetahui betapa banyak wanita yang menggilai suamiku" sindir meri dengan nada bercanda.

📞"apa mereka menyulitkanmu?"

📞"ku rasa tidak. Mereka cukup menghiburku"

Hal itu adalah benar. Selain dari banyaknya pertanyaan yang membuat ia sakit kepala, ia merasa wanita-wanita itu cukup menghibur. Mereka lucu dengan tebakan asal bahagia yang ia dengar.

Penggemar itu hanya memilih wanita yang menurut mereka cocok dan membuat mereka akan turut bahagia dan tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengatakan bahwa mereka cocok berdampingan dengannya.

Bukan tidak percaya diri tapi pebih tepatnya mereka sadar diri bahwa mereka tidak pantas untuk seorang pria misterius seperti ilham.

📞"itu bagus. Lain kali aku akan memperkenalkan diri pada mereka dan memberitahu hubungan kita"

📞"tidak. Tidak. Aku sudah mengatakan kita hanya senior dan junior serta dua warga nergara yang sama jadi kita cukup dekat" kata meri sedikit khawatir.

Para wanita itu akan berteriak histeris jika tahu ia adalah wanita yang begitu membuat mereka penasaran.

📞"apa kau baru saja mengatakan kita hanya teman di hadapan temanmu?" tanya ilham penuh penekanan.

📞"hahaha, aku tidak akan mengakuinya sekarang. Mereka sangat gila, aku bisa saja stres jika mengakuinya" kilah meri.

📞"katakan, bagaimana aku akan menghukum istri yang tidak mengakui suaminya? Kau ingat malin kundang yang di kutuk jadi batu? Atau roro jonggrang yang dikutuk jadi patung. Mereka berakhir tragis"

📞"jangan menakutiku, kau tahu apa yang terjadi pada ibu malin kundang? Atau pria yang mengutuk roro jonggrang? Keduanya kesepian" balas meri.

Dia cukup tahu di antara keduanya, mereka yang masih hidup namun kesepian dan penuh penyesalan lebih tragis di bandingkan mereka yang sudah mati dan menjadi batu.

📞"sayang, kau menang lagi"

📞"hahaha, apa kau pernah mendengar bahwa perempuan memiliki dua bibir jadi pria pasti akan kalah"

📞"sayang, bibirmu yang satu tidak bisa berbicara. Tapi dia selalu menggoda"

📞"sejak kapan otakmu jadi kotor"

Maksud dari perkataan ilham jelas mengacu pada miliknya. Dia membuat perumpamaan tersendiri tapi sebagai istri dan teman bicara tentu ia akan tahu maksudnya dengan mudah.

📞"hahaha, baiklah. Aku masih belum menyelesaikan pertemuanku. Kita bertemu sore nanti"

📞"oke"

次の章へ