webnovel

Salah paham

Dengan usaha keras meri tetap mempertahankan agar suaranya terdengar normal. Bukan hanya suara, ia juga harus mengatur nafas agar tidak terdengar terengah-engah.

"ilham, aku sedang berbicara dengan kak rido" meri tidak tahan lagi dan memilih untuk menegur tingkah suaminya.

"aku tidak melarang mu berbicara, lagi pula yang aku cium bagian lain dan bukan mulut jadi kau masih bisa berbicara dengan jelas" kilah ilham.

Semua yang dia katakan adalah suatu kebenaran. Tidak akan menghalangi seseorang untuk berbicara jika yang di cium atau di sentuhal adalah bagian lain dan bukan mulut.

Bagaimanapun, anak kecil juga tahu bahwa hal itu benar namun apa yang di maksud meri bukan karena ia tidak bisa berbicara tapi ia takut rido mengetahui apa yang sedang ia lakukan.

Hubungan mereka sudah sah secara hukum dan agama tapi itu semua tidak lantas membuatnya bebas mengumbar kegiatan erotis mereka.

Mendapati suaminya tidak berencana untuk berhenti, meri akhirnya mengacuhkannya dan terus berbicara kepada rido setenang yang ia bisa.

📞"kakak, aku dengar ada masalah di bisnismu. Apa yang akan kau lakukan selarang?" meri prihatin setelah mendengar bisnis merger dengan pengusaha tambang batubara ternyata merupakan bisnis bodong.

Setelah di tipu dengan dana yang tidak sedikit, bisnis hotel dan restorannya mendapat perhatian dari pemerintah mengenai isu lingkungan dan tenaga kerja.

📞"tidak banyak. Segala yang bisa ku perbaiki akan ku perbaiki, dan dana yang hilang jika bisa ku peroleh akan ku ambil kembali tapi jika tidak maka aku hanya bisa menuntutnya"

Meri merasa kasihan pada nasib kakaknya. Sejak randy dan rafa menikah hanya rido yang terus memperhatikannya. Mendengar kakaknya itu ditimpa kemalangan ia merasa empati untuknya.

Nasi sudah menjadi bubur, tak ada yang bisa ia lakukan karena bisnis bukanlah bidang yang ia seriusi saat ini. Lagipula, bisnis simpan pinjam dan majalah di amerika tidak sama dengan bisnis perhotelan dan restoran terpebih lagi pertambangan.

📞"untuk krisis amdal, aku memiliki seorang teman yang ahli dalam bidang itu. Untuk masalah ketenagakerjaan, aku pikir kak randu lebih bisa di andalkan. Mengapa tidak meminta pandangannya?"

Dia terus saja berbicara dengan tubuh yang terus menggeliat karena merasa geli atau dilanda gelombang gairah akibat ulah suaminya.

📞"baiklah. Akan aku pikirkan, tapi ngomong-ngomong apa kau sedang sakit? Suaramu terdengar berat"

Mata yang tadinya terbuka dengan malas kini menjadi bulan bagaikan bola pimpong. Ia merasa jantungnya semakin cepat memompa darah mendengar ucapan kakak dan tingkah ilham.

📞"tidak. Aku sehat. Hanya sedikit mengantuk" jawab meri beralasan.

📞"oh astaga aku lupa di sana masih dini hari. Salahmu yang menelepon di jam sepagi ini. Tidurlah, kita bertemu di acara ulang tahun pernikahan ibu dan ayah"

📞"baiklah"

Meri menutup telfon dan berbalik menatap tajam ke arah ilham yang berbaring menyamping dan senyum jahil terlukis di bibirnya.

Tatapan mereka terkunci tapi ekspresi keduanya sangat jelas berbeda ibarat api dan air. Meri dengan tatapan sekan ingin membakar dan ilham memadamkannya dengan sorot mata lembut dan senyum khas nya.

"kau terus saja menjahiliku. Sepertinya suamiku tidak takut lagi sekarang" goda meri.

Memarahi ilham atau bersikap kasar tidak baik baginya dan juga itu tidak akan bekerja sama sekali pada situasi saat ini. Mengingatkan dengan ketakutannya akan terdengar lebih efektif.

Benar saja, mendapati istrinya tersenyum penuh misteri ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya kali ini.

Meri membalas tidakan suaminya dengan ciuman panas untuk menuntaskan dendamnya. Sebagai pria, sangat memalukan jika ia kalah dalam urusan dimana suami seharusnya memimpin tapi hal itu kini tidak terjadi.

Gangguan yang di terima meri saat menelfon seakan kembali membangkitkan siluman rubah betina yang tidur semalaman. Saat ini, bukan gairah yang melemah menyebabkan ilham di tekan tapi karena kekhawatiran akan bayinya.

Usia kandungan meri saat ini masih terbilang muda dan rentan jadi mereka harus lebih berhati-hati.

Seakan kesurupan, meri menjadi kehilangan iangatan bahwa ia sedang hamil muda. Ia terus mendominasi hingga suaminya bagaikan bantal yang bisa ia atur.

Di benak ilham, ia terus merutuki tingkahnya yang menjahili meri tadi. Dia tidak berpikir meri akan membalasnya seperti ini.

"sayang, pelan-pelan. Dan biarkan aku yang melakukannya" ilham merasa semakin cemas saat posisi meri kini berada di atasnya.

"tidak bisa. Kali ini, biar aku saja"

Tak ingin kalah dan ia sengaja melakukan hal ini untuk memberi pelajaran yang akan di ingat suaminya karena membangunkan siluman rubah betina.

Meri terus memompa tubuhnya seakan apa yang ia lakukan masih kurang. Ritme dan tekanan yang ia berikan semakin cepat dan dalam.

Wajah yang seharusnya merasa senang karena terpuaskan justru menampakkan bulan kesiangan. Ia pucat pasielihat betapa menakutkan senyum istrinya saat ini.

Tak melihat tanda-tanda meri akan mengalah, ilham bersikap sesuai dengan perintah otaknya. Ia membalikkan posisi dan menekan meri.

"Aah" pekik meri.

Kejadian perubahan posisi itu sangat singkat hingga ia bahkan terkejut bahwa saat ini ilham sudah menekan dan mengunci posisinya di bawah.

"aku tidak akan kalah darimu" kata ilham kemudian menyatukan tubuhnya dan meri dengan penuh kelembutan.

"kau seharusnya senang, mmm... Karena aku membiarkanmu bersantai. Aishh.. Ahhh"

Walau berusaha untuk tidak mengeluarkan suara agar suaminya itu tidak besar kepala tapi tetap saja ia kesulitan.

"kalau begitu bersantailah di surga"

Kalimat itu keluar tepat saat ia mendengar meri mendesah panjang dan tubuhnya melengkung indah bagai pelangi karena di terpa gelombang cintanya.

Tangan yang tandinya di tekan oleh ilham kini mencengkeram seprai dengan erat.

Ilham juga menyusulnya tak lama saat meri tak berdaya, tubuh ilham melemah setelah lahar panasnya menyembur di dalam kawah milik istrinya.

Biasanya saat baru saja menyelesaikan hubungan intim mereka, ilham akan terkulai pemah di atas tubh istrinya dengan bertumpu pada kedua sikunya seperti pada posisi push up.

Pagi ini berbeda karena di perut meri kini ada nyawa yang akan kesulitan jika tertekan. Mereka ahli medis tapi bukan pada departemen obgin karena itu bersikap preventif untuk segala hal mengenai bayi mereka adalah tindakan yang paling tepat saat ini.

"apa perutmu kram?" ilham bertanya untuk memastikan setelah bermain cantik dengan istrinya tak ada masalah yang terjadi mengingat betapa meri sangat bersemangat memompanya.

"tidak. Aku bahkan masih bisa melakukannya sekali lagi" goda meri sambil mengalungkan lengannya di leher suaminya bermaksud menakutinya.

Ilham menekan dahi meri yang mulai mendekatkan bibir ke lehernya. Kepala itu kembali pada posisinya di bantal dan menengadah manatap suaminya dengan wajah jahilnya.

"kau boleh menantangku seperti ini jika anak kita sudah lahir. Sekarang berbaring dengan tenang"

Tak ingin terprovokasi, ilham segera masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin yang bahkan hampir beku. Hanya dengan begitu dia dan miliknya akan tenang.

Melakukan hubungan seks adalah sesuatu yang penuh dilema jika sang wanita dalam proses kehamilan. Berlebihan akan menyebabkan keguguran dan jika tidak melakukannya sama sekali akan membuat tekanan batin bagi keduanya. Hubungan seperti itu adalah suatu kebutuhan hanya perlu mengatur waktu.

"saat anak kita lahir, aku tentu tidak berani menawarkan diri" kata meri pada dirinya sendiri ketika ilham masih berada di kamar mandi.

Setelah bersiap-siap untuk melaksanakan shalat seperti biasanya, ilham membangunkan junior. Meri tetap tinggal di rumah dan tidak pernah ikut ke masjid.

Di kamar, meri memperhatikan tumpukan kertas di atas meja nakas. Itu adalah berkas milik ilham yang merupakan pengalihan aset yang waktu itu ia tolak.

Adakalanya harta bukanlah segalanya. Jika ia memiliki harta tanpa ilham di sampingnya itu terasa seperti sebuah istana tanpa penghuni. Kosong dan terlihat hampa.

Dengan ilham ada di sampingnya ia bahkan tidak membutuhkan hal lain selama mereka bisa makan dan tidur nyenyak.

Di meja makan, sambil menikmati sarapannya, ilham sesekali melirik junior. Menantikan waktu yang tepat untuk berbicara dengannya.

"junior" panggil ilham.

"iya"

"ayahmu berencana membawamu tinggal di apartemen barunya untuk beberapa hari. Bagaimana menurutmu?" tanya ilham hati-hati.

Usia junior masih terbilang muda, tapi untuk urusan seperti ini tentu ilham tidak akan merenggut hak anaknya itu untuk bersuara. Di sudut hatinya ia juga berharap junior tidak setuju.

"apa aku mengganggu waktu kalian berdua di sini?" tanya junior sebagai balasan atas Pertanyaan dadi nya.

"tidak, bukan begitu. Ayahmu memintaku mengatakan hal ini, tapi jika kau tidak setuju dadi juga tidak akan memaksa"

"aku pikir kalian ingin menyingkirkanku karena adikku"

"sayang, apa yang kau katakan? Bagaimana mungkin ibu dan dadi melakukan hal itu. Kami sangat menyayangimu, begini saja biar ibu yang mengatakan pada ayahmu kalau kau menolak ajakannya" kata meri merasa tidak senang dengan pemikiran putranya.

"ibumu benar. Kami tidak akan melakukan hal itu" sambung ilham.

次の章へ