Suasana yang seharusnya penuh rasa kekeluargaan itu terlihat sangat canggung dan terkesan seperti orang asing yang kebetulan berkumpul pada tempat yang sama. Hanya junior yang menjadi jembatan penghubung di antara mereka.
Saat malam semakin larut, andre akhirnya ingat bahwa sebagai tamu sangat tidak sopan untuk tinggal berlama-lama. Ilham dan meri tentu tidak akan mengusir nya tapi ia cukup memgerti.
Clara dengan ramah berpamitan pada tuan rumah dan juga kepada junior. Walau terlihat penolakan tapi ia masih menolak untuk menyerah mendekati anak itu.
Yang ia tahu, mendekati andre sangatlah sulit jadi sangat wajar jika mendekati junior juga butuh waktu. Ayah dan anak itu kurang lebih sama tertutup pada orang baru. Sangat jelas sikap itu di turunkan oleh andre karena jika anak itu mengikuti ibunya seharusnya seluruh komunitas di sekeliling rumah itu akan akrab dengannya.
Setidaknya seperti itulah cara meri bergaul saat ia belum tertutup seperti saat ini. Namun tetap saja, saat ini meri tidak menutup diri pada lingkungan sosialnya. Ia hanya membatasi pergaulan kepada pria karena menjaga kehormatannya juga nama baik suaminya.
"apa kau lelah?" tanya ilham.
"iya, sangat lelah" jawab meri cepat. Ia tidak ingin ilham mengerjainya lagi malam ini.
Pertanyaan yang baru saja ia ajukan sangat biasa dan akan berujung pada hubungan seks jika jawaban meri adalah 'tidak'. Kali ini ia menjawab dengan cepat tak ingin memberi celah.
Di perutnya saat ini sedang ada janin yang berkembang. Di trimester pertama ia harus berhati-hati dan tidak bisa bergerak bebas atau sesuka hati.
Mendengar jawaban itu ilham hanya bisa tersenyum penuh kemenangan. Setidaknya ia sudah bisa tenang saat ini karena meri sedang mengandung jadi otaknya hanya perlu menstimulasi otak agar memikirkan kandungan meri dan menekan hormon progesteron yang setiap saat membuncah ketika berdekatan dengan meri.
"kemari" ilham menarik meri ke dalam pelukannya.
Sudah tidak terpikir lagi untuk mengganggu wanitanya dan hanya ingin mengantarnya agar segera terlelap. Berkat usapan lembut di punggung dan kepalanya, meri dengan cepat terlelap.
Ia juga merasa lelah tapi laporan keuangan yang tadi sore ia tinggalkan masih menunggunya. Setelah memastikan meri terlelap, ia bangkit menuju ruang belajar untuk memeriksa laporan yang tertunda itu.
Sejak ia bebas dari penjara, ia hanya di sibukkan dengan mencari meri ke penjuru dunia dan memgabaikan perusahaan dan rumah sakitnya. Dan baru saat ini ia berkesempatan untuk memeriksa semuanya.
Meri sudah berada di ranjangnya, junior berada dalam pengawasannya jadi tidak ada hal lain lagi yang perlu ia khawatirkan. Ia mulai mengecek satu per satu laporan keuangan itu.
Saat mendapati kejanggalan, ia akan menelfon asistennya di paris tak perduli saat ini di paris sudah dini hari. Ia hanya perduli bahwa kekacauan ini harus segera ia bereskan secepatnya.
Tidak hanya satu orang, ilham hampir membangunkan seluruh eksekutif di perusahaannya karena kejanggalan ini. Ia curiga selama ini ada pihak yang sengaja memanfaatkan keadaan saat ia di tahan dengan mengambil keuntungan pribadi.
"jelaskan padaku bagaimana bisa seperti ini?" ilham mengomel pada bawahannya yang bertanggung jawab pada bagian keuangan.
"tuan, laporan ini sudah di audit dan kita mendapat opini wajar. Kita juga sudah mengurus pajak kepada keperintahan paris dan tidak ada masalah" pria itu menjelaskan dengan jantungnya yang sudah hampir melompat keluar.
Di tambah tatapan ilham yang sangat mematikan seolah siap mengunyah siapa saja yang berusaha mencari masalah dengannya.
"kirimkan padaku laporan sebelum dan setelah di audit, serta kirimkan laporan auditnya"
"baik"
Ilham mematikan konferensi video itu, sementara eksekutif yang lain mulai bergosip sendiri. Mereka mulai mencurigai satu dan lainnya menuduh siapa yang memungkinkan untuk melakukan kecurangan seperti itu.
Tidak hanya pada perusahaan yang bergerak pada bidang bisnis ekonomi, penyelewengan dana bahkan juga terjadi pada rumah sakit yang ia bangun untuk fokus pada nirlaba.
Satu-satunya yang bersih dari kesalahan hanya desa penyembuhan. Hal ini membuat kepalanya hampir pecah karena harus membersihkan masalah ini.
Dia tidak menyangka telah memelihara parasit di perusahaan yang bangun selama ini. Sistem gaji dan bonus yang ia terapkan pada semua karyawannya terbilang memuaskan dan terbaik di setiap cabang tapi masih ada penggelapan dana seperti ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan pernah puas.
📞"tuan, sepertinya harus anda langsung yang menangani hal ini"
Mendengar penuturan itu, ilham sudah tahu bahwa pelakunya pasti kuat dan masalah ini tidak bisa di tangani oleh asistennya.
📞"nyonya muda saat ini sedang hamil, kondisinya sangat tidak baik. Pagi nanti aku kabari"
Asistennya itu sangat mengenal meri jadi ilham merasa tidak masalah jika ia mengatakan kondisi istrinya yang sebenarnya. Dalam hatinya dia juga ingin memamerkan bahwa ia akan menjadi seorang ayah lagi.
📞"tuan, selamat atas kehamilan nyonya. Kami akan menunggu kunjungan nyonya di paris. Semoga nyonya muda selalu sehat hingga melahirkan dengan selamat"
📞"Mmm, katakan pada bibi grace untuk mempersiapkan acara perayaan kehamilan ini tiga bulan dari sekarang"
📞"tuan, apa nyonya akan melahirkan di paris?"
📞"tentu, dia akan melahirkan di rumah sakit yang ku bangun atas namanya. Persiapkan semuanya"
Setelah mematikan telfon, ilham kembali ke kamarmya. Sudah hampir pagi saat ia mencoba memejamkan matanya.
Di paris, berita itu di sambut dengan seruan gembira dari seisi penghuni istana itu. Meri bukan hanya sosok nyonya bagi mereka, ia lebih seperti anak dan saudari. Sikap ramahnya serta pembawaannya yang tenang dan bersahabat, memerintah tanpa merendahkan membuat ia sangat akrab dengan pembantu paling rendah sekalipun.
Bukan hanya kabar tuan muda mereka kembali bertemu nyonya mereka, kabar itu lebih mengharukan lagi saat ternyata nyonya mereka sudah hamil.
"anak tuan dan nyonya muda pasti akan sangat cantik dan tampan"
"yang pasti anak itu pasti cerdas seperti kedua orangtuanya"
"aku bahkan sangat yakin anak itu akan menjadi pemimpin kelak. Pemimpin yang rendah hati seperti nyonya muda"
Berbagai pujian tak henti terlontar dari mulut para asisten rumah tangga juga para pengawal di rumah itu. Mereka sudah beberapa dua bulan tidak bertemu dengan tuan muda mereka tapi kesetiaan mereka pada dedikasi pekerjaan mereka membuat rumah itu seakan adalah rumah mereka sendiri.
Sosok meri sebagai nyonya rumah itu tidak bisa lepas dari berbagai sikap baik yang membekas di benak mereka.
Sikap rendah hati saat meri dengan sendirinya bersedia turun ke dapur untuk membantu memasak. Lemah lembut dalam memerintah yang tak lupa mengucapkan kata tolong di awal atau di akhir perintahnya.
Pendiriannya saat tuan mereka bersikeras menghukum orang yang memukulnya namun ia justru memilih memaafkan. Bagi mereka, tak ada sisi buruk yang bisa mereka temukan pada diri nyonya muda itu.
Meri terbangun saat ilham bahkan baru saja menutup matanya. Ia membangunkan ilham karena sudah hampir waktu subuh.
"meri, satu jam saja. Biarkan aku tidur dulu" pinta ilham masih enggan membuka mata.
"kau shalatlah dulu, setelah itu kau boleh tidur sampai tengah hari. Ayo bangun dulu"
Kepala yang mulai berat, mata merah karena mengantuk namun ia tetap berusaha berdiri tegak menjadi pemimpin untuk istri dan anaknya. Junior berdiri di belakang ilham sebagai satu-satunya makmum laki-laki.
Ia bergabung shalat di rumah karena meri yang membangunkannya dan memintanya untuk shalat bersama di kamar utama.
"jangan naik turun tangga dulu untuk saat ini" kata ilham mengingatkan.
"Mmm, akan ku ingat" jawab meri.
Junior sudah kembali ke kamarnya meninggalkan ibu dan dadi nya yang kembali berbaring di ranjangnya.
Kini giliran meri yang membelai punggung ilham hingga tertidur. Mereka selalu saling memberi pada saat yang di perlukan.
Di hotel, andre terbangun dengan clara di sampingnya. Kepalanya masih pusing akibat pengaruh alkohol.
Sepulang dari rumah meri, ia tidak langsung pulang dan justru menuju bar dan mabuk-mabukan. Hatinya masih sakit menyaksikan bagaimana ilham dan meri begitu bahagia. Ia sudah berusaha keras membuang perasaannya tapi itu tidak semudah ketika seseorang membuang barang bekas yang sudah tidak ia perlukan lagi.
Sangat jelas bahwa ia masih membutuhkan meri tapi ia juga tidak ingin mengusik kehidupan itu lagi. Kebahagiaan yang di tunjukkan meri serta perhatian yang di berikan ilham membuatnya perasaannya semakin hancur.
Kehancurannya membuat hati yang berharap padanya ikut hancur hingga clara pun ikut melampiaskan emosinya bersama dengan andre.
"apa yang kau lakukan di kamarku?" bentak andre.
Clara terkejut mendengar teriakan andre dan lebih terkejut karena ia tidur di kamar andre. Setelah diam dan berusaha mengingat ia mendapat sebuah pencerahan.
"kau mabuk dan aku juga jadi tidak sengaja tertidur di sini" jawab clara polos tanpa rasa bersalah.
"bagaimana bisa kau tidur di kamar laki-laki" kata andre dengan suara lantang.
"kenapa terus saja bersuara keras? Aku belum tuli. Apa yang salah dengan hal itu, aku tidak yakin kau tidak pernah tidur dengan wanita lain sebelum menikahi meri, bahkan kau mungkin lebih dulu menidurinya sebelum menikahinya" jawab clara tak kalah lantang.
"clara jaga bicaramu"
"apa? Dia juga tidak sesuci ini sebelum menikah denganmu. Dia mungkin lebih buruk dariku, hanya nasibnya saja yang lebih baik hingga bisa bertemu denganmu dan kak ilham. Jika tidak bertemu denganmu dia mungkin tidak lebih dari seorang pel**ur"
PLAKK
Sebuah tamparan mendarat di pipi putih yang kini berubah kemerahan itu. Andre kehabisan kesabarannya mendengar clara terus menerus memaki meri.
Benar dia sudah tidur dengannya sebelum menikah, tapi itu tidak sampai pada ia merusak keperawanan meri. Terbukti bahwa meri bukan seperti yang di katakan clara dengan robeknya selaput dara meri saat malam pertama mereka.
Walau tidak semua wanita mengeluarkan darah pada malam pertamanya, tapi darah yang keluar menunjukkan bahwa meri memang masih perawan.
Meskipun ia tidak sadar melakukannya dengan clara, sangat jelas bahwa ini bukan pertama kalinya bagi clara. Karena itu, mana mungkin meri bisa lebih buruk dari clara, mereka bahkan tidak bisa di sandingkan sebagai perbandingan.
"kembali ke kamarmu dan renungkan ucapanmu barusan. Bagus jika kau menyadari kesalahanmu tapi jika tidak kau boleh kembali ke Indonesia hari ini juga"
"tidak perlu, aku akan kembali ke Indonesia sekarang juga" clara membenahi pakaiannya yang entah bagaimana hingga bisa berantakan kemana-mana.
"aku tidak akan menahanmu" jawab andre.