webnovel

Rencana brilian

"kau..." meri begitu terkejut.

"apa aku mengejutkanmu?" tanya dokter fuad.

"sangat. Ada apa kemari?" meri merasa mereka tidak cukup dekat untuk saling mengunjungi di malam hari terlebih ini tempat kerjanya.

Tatapan dari orang-orang di sekitarnya membuat meri semakin kesal. Orang lain bisa salah paham dengan apa yang terjadi saat ini. Situasinya tidak tepat bagi seorang wanita yang tidak pernah muncul dengan pria dan sekarang mendapat kunjungan di malam hari.

"aku hanya ingin meminta maaf. Kau terlihat marah tadi siang karena aku membawa lutfi menemuimu"

Meri akhirnya mengerti tujuan kedatangan dokter fuad di malam hari ke tempat kerjanya. Pria di hadapannya terlalu periang sehingga tidak tahan jika merasa bersalah dan bermusuhan dengan orang lain. Sejak pertama berkenalan, meri sudah bisa mengetahui sifat bersahabat yang di miliki oleh fuad.

"soal itu... Tidak masalah. Sekarang pergilah"

meri berbalik saat melihat fuad tak juga pergi dari hadapannya. Ia tak ingin membuat gosip di tempat kerjanya menyebar lebih cepat dari menyebarkan virus kepada orang lain. Sangat menyebalkan berada di posisinya saat ini.

"apa jam kerjamu sudah selesai? Apa kau akan pulang sekarang? Biar aku mengantarmu" fuad berusaha mengikuti langkah meri yang tergesa-gesa menuju tempat parkir.

"aku sudah selesai. Akan pulang dan perlu ku pertegas, aku sudah bersuami" meri mengatakan dengan suara tegas dan menekan agar fuad tahu tak ada kesempatan baginya untuk mendekatinya.

"kau sudah bercerai dengan ayah lutfi. Itu yang ku tahu. Jadi bisakah kita berteman?"

Perasaan meri semakin kelam, matanya semakin tajam dan ekspresinya sedikit muram jika saja fuad bisa melihatnya. Meri berfikir dari ucapan fuad, pria itu memiliki informasi yang terpotong hanya pada hubungannya bersama andre dan tidak mengetahui tentang ilham.

Mencari tahu tentang ilham sama sulitnya dengan mencari jarum di tumpukan jerami. Dulu maria sudah mencobanya dan tak bisa memperoleh apa-apa. Identitasnya tertutup rapat. Dan meri juga enggan untuk membeberkan semuanya. Semakin sedikit yang orang lain tahu maka itu semakin baik, itulah yang meri pikirkan.

"aku sedang tidak berminat menjalin hubungan apapun dengan pria" meri kemudian masuk ke dalam mobil dan melaju pergi tanpa menoleh sedikitpun untuk melihat fuad.

Mendengar betapa kerasnya meri menutup diri dan hatinya, sebuah senyum tergambar di wajah fuad. Dia merasa menemukan wanita yang cocok dengan kriterianya selama ini.

"ku rasa dia benar-benar wanita yang sulit. Aku harus lebih berusaha untuk mendapatkannya" ujar fuad kepada dirinya sendiri.

Ia akhirnya masuk ke dalam mobil sport yang di kendarainya dengan tatapan kagum para wanita yang menjadi rekan kerja meri. Mereka seperti melihat seorang pangeran dari kerajaan arab yang begitu tampan, tegap dan berkarisma.

Di rumahnya, meri membersihkan diri dan menuju ke rumah Ali untuk menjemput junior. Junior sudah tertidur karena itu ali menyarankan agar meri menginap di rumahnya. Meri tetap bersikeras ingin membangunkan junior karena tidak nyaman baginya tidur di rumah orang lain.

Dengan susah payah, junior akhirnya bangun dan berjalan sempoyongan kembali ke rumahnya.

'dia tukang tidur sama seperti ayahnya' batin meri setelah membaringkan junior di kasurnya.

Di kediaman keluarga profesor anwar, fuad uring-uringan di hadapan kakak dan ayahnya. Mereka saling pandang, tak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh putra bungsu dari keluarga petinggi kerajaan arab.

"kalian harus membantuku mendapatkannya" rengek fuad di hadapan pria dewasa yang sudah berkeluarga itu.

"kau tinggal datang ke rumahnya, lamar dia dan nikahi" ujar imran santai.

Fuad mendengus kesal dengan ucapan kakaknya itu. Jika semua semudah ucapannya, maka ia tidak butuh bantuan mereka sama sekali. Ia bahkan di usir hanya karena ingin mengantarnya pulang, bagaimana bisa dia langsung melamar untuk masuk ke rumahnya saja sudah cukup membuatnya pusing.

"dia bukan wanita yang mudah di dapatkan. Kakak ipar, bisakah kau membantuku?"

fuad kali ini percaya bahwa sesama wanita pasti bisa mengerti perasaan wanita lain. Dia setidaknya bisa meminta pendapat bagaimana meluluhkan dokter ana mengingat mereka sama-sama wanita tertutup. Yang berbeda adalah saat di nikahi oleh imran ia adalah seorang gadis sedangkan dokter ana saat ini adalah seorang janda. Itulah yang di ketahui oleh keluarga itu dan juga yang mereka yakini sebagai suatu kebenaran.

"bagaimana aku bisa membantu kalau aku bahkan tidak mengenalnya" jawab zahra, istri dokter imran.

"kalau begitu berkenalan dengannya dan bertemanlah. Kalian pasti sangat cocok" fuad sedikit memaksa kali ini.

"hei bung, mengapa melibatkan istriku dalam hal ini" potong imran merasa istrinya tersudut.

Sebelum mengutarakan maksudnya memohon bantuan kakak iparnya, fuad sudah menyusun rencananya. Dia tidak akan bisa mendekati meri dengan mudah hanya dengan mengandalkan ayah, kakak atau dirinya sendiri. Setidaknya ia butuh kakak ipar dan keponakannya untuk bisa masuk ke rumah meri.

"karena hanya kakak ipar yang bisa. Kakak ipar, malik dan lutfi anak dokter ana berada di sekolah yang sama jadi kalian pasti sesekali bertemu untuk menjemput anak kalian. Pura-puralah bertemu dengannya secara tidak sengaja dan berteman baiklah. Dengan begitu aku juga bisa berteman dengannya" fuad menjabarkan rencana briliannya.

"apa kau yakin akan menikahi seorang janda? Ayah tidak setuju" goda profesor anwar.

"ayah, bukankah kau sendiri yang sejak lama berusaha menjodohkanku dengannya"

"itu sebelum ayah tahu dia janda" ujar prof anwar lagi. Dia merasa senang melihat wajah putranya yang selalu tampak ceria kini begitu murung dan gelisah.

"ada apa dengan statusnya? Bukankah khadijah juga janda saat di nikahi oleh baginda rasulullah?" sanggah fuad memperjuangkan meri di hadapan ayahnya walau meri sendiri tak menginginkannya.

"ah kau benar. Kalau begitu berusahalah. Jika kau butuh modal untuk berkencan, beritahu ayah. Ayah yang akan menjadi sponsor mu" godanya lagi.

"uangku banyak dan aku bisa menghidupi bahkan empat istri ta..." ucapannya terpotong oleh imran yang mengejeknya.

"tidak usah mengatakan empat istri, kau bahkan kesulitan mendapatkan satu" ejek imran yang ikut menggoda adiknya.

Sangat langka mendapati fuad merasa frustrasi dan kalang kabut terlebih itu karena satu wanita. Otaknya yang tak seberapa itu benar-benar ia kuras untuk mencari jalan agar bisa mendekati meri.

Imran merasa senang akhirnya adiknya itu bisa menyukai seorang wanita, keluarganya di arab bahkan berusaha menjodohkannya karena takut putra bungsu keluarga itu adalah seorang guy atau pencinta sesama jenis.

Gosip juga menyebar di kalangan petinggi kerajaan lain yang anaknya telah di tolak oleh fuad. Mereka semakin yakin dengan berita bahwa fuad seorang guy karena di usia yang ke 27 ia bahkan belum pernah melakukan pendekatan kepada wanita manapun. Dia selalu menolak bahkan sebelum kedua orang tua berhasil mempertemukan kedua anak mereka.

Hanya melihat foto dan fuad akan langsung menolaknya. Ketika ayahnya menunjukkan foto di ijazah meri, barulah ia merasa menemukan wanita yang tepat. Ia sangat kagum dengan perubahan besar pada meri yang di foto terakhirnya tampil tanpa hijab dan sekarang bahkan sudah mengenakan cadar.

"kalian selalu memintaku menikah secepatnya bukan? Sekarang bantu aku untuk bisa menikahinya"

"hei hei, lihat siapa yang bicara sekarang ini. Fuad adikku bahkan menolak wanita pustun yang terkenal dengan kecantikannya dan sekarang memohon bantuan untuk seorang wanita Indonesia yang berstatus janda. Apa kau benar-benar adikku?" imran terus saja menggoda fuad.

"berhenti menggoda adikmu. Dia sangat tergila-gila saat ini. Aku beruntung akhirnya sikap jantannya kembali setelah melihat dokter ana. Sekarang pikirkan cara untuk membantu adikmu. Gunakan semua sumber dayamu untuk bisa membuat wanita itu menjadi bagian di keluarga kita. Dokter ana bukan wanita sembarangan, dia memiliki otak yang luar biasa dan sikap yang sangat terpuji. Jadi bantu adikmu bahkan jika kita harus menggunakan malik sekalipun" ujar profesor anwar menengahi kedua putranya.

"ayah, kau memang yang terbaik. Aku tahu pilihanku tidak akan salah" Fuad merasa bangga hanya dengan memikirkan meri sebagai wanita pilihannya walau ia belum memilikinya. Setidaknya perjuangannya akan setimpal dengan hasil yang akan ia peroleh.

"sebaiknya jangan mengecewakanku kali ini" ayah fuad sudah mewanti-wanti putranya agar tidak gagal dalam meraih tujuannya.

"aku akan berusaha keras, dengan bantuan kalian maka semuanya akan lebih mudah"

senyum memikat terpancar di wajah fuad yang berhasil mendapat dukungan dari seluruh keluarganya. Ia hampir jantungan karena ayahnya mengatakan tidak merestui ia menikah dengan janda. Tapi sekarang semua sudah berlalu yang tersisa hanya rasa senang yang menghinggapi hatinya dan terpancar di wajahnya.

次の章へ