Wajah tampan dengan tubuh kekar dan beotot, dada yang bidang kini terpampang nyata di ranjang yang sama. Entah bagaimana, ranjang yang dia tempati seakan menjadi gurun pasir luas yang tandus hingga membuat tenggorokannya menjadi kering. Pria di hadapannya ini mampu membuatnya merasa begitu tertekan jika hanya menatapnya.
Wajah itu, dia begitu ingin membelainya, melihat dada yang bidang itu, membuatnya begitu ingin memeluknya, bahu kekar itu, membuatnya ingin bersandar dan menumpahkan semua perasaannya di sana. Pria di hadapannya begitu menarik dan menggoda. Dia berhasil membangunkan sisi liar dalam diri seorang gadis muda, pemalu dan kuno dalam hubungan seperti yang di inginkannya saat ini.
Dia begitu berhasrat hingga untuk sesaat konsentrasinya terhadap pelajaran teralihkan. IQ yang begitu menakjubkan kini terjun bebas ke dasaran.
"aku memintamu membantuku belajar bukan mengganggu" protes meri "ganti pakaianmu" ujarnya lagi.
Andre tak bergeming sama sekali, dia mengambil buku yang sedang di pegang oleh meri dan membantunya belanjar. Mereka berusaha untuk fokus namun fokus yang berbeda.
Meri berusaha fokus untuk belajar, dan andre fokus menggodanya. Sesekali andre akan menunjukkan keseksiannya dengan menggigit pulpen di bibirnya yang tipis dan berwarna pink kemerahan itu. Andre seorang yang mencintai kesehatan, dia tidak pernah merokok karena itu bibirnya terkesan begitu alami dan menggoda. Dia sengaja melakukan hal-hal yang bisa membuat meri kehilangan kendalinya.
Andre juga terkadang menyisir lembut rambutnya yang tidak terlalu panjang itu dengan jarinya, seakan dia sedang melakukan syuting iklan sampo. Begitu sederhana namun tetap menggoda. Meri sampai harus menarik nafas dalam untuk menahan agar tidak melompat dan menyerang pria di hadapannya itu.
Melihat konsentrasi meri mulai terpecah dan semakin gelisah seakan ada jarum di tempat duduknya, andre semakin yakin, 'kali ini akan berhasil'.
Beberapa kali gagal, andre mulai belajar dari kesalahannya. Dia tidak akan maju lebih dulu, tapi memilih menunggu di buru. Berdasarkan pengamatannya, meri seperti kata pepatah 'jinak-jinak burung merpati'. Saat di kejar, dia akan cenderung berlari dan mempertahankan diri, namun ketika kau memiliki sesuatu sebagai umpan maka dia akan datang dengan sendirinya.
Andre hanya perlu meruntuhkan tembok pertahan diri wanitanya itu. Memaksanya mungkin akan berhasil, tapi beresiko pada trauma uang akan mempengaruhi hubungan intim mereka di hari berikutnya.
Meri adalah seorang siswa cerdas yang sudah mencintai dunia kedokteran sejak masih kecil. Sudah terlalu banyak buku kedokteran yang sudah dia baca hingga hafal beberapa kasus penyakit maupun pengobatannya, tak terkecuali perihal seks. Dia seorang wanita yang tentu tahu betapa penting pengetahuan seputar itu. Belajar mengenai seks bukanlah hal tabu baginya. Itu pengetahuan krusial yang setiap orang beranjak dewasa harus di beri pembekalan mengenai hal tersebut.
Berdasarkan pemikiran bahwa meri sudah mengetahui teori tentang seks, andre tidak khawatir jika istrinya itu akan terkejut. Dia hanya perlu menjaga agar tidak terjadi trauma di malam pertamanya karena teori dan praktek tidak sepenuhnya sama.
Meri mnyelesaikan belajarnya dengan cepat. Malam ini dia hanya akan fokus belajar pada persiapan tes wawancara karena saat di Los Angeles, meri sudah pernah melakukan tes SAT dan ACT sebagai persyaratan masuk di beberapa universitas yang dia ikuti diantaranya oxford dan harvard. Skor nya saat itu memuaskan, selain karena dia menguasai bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari di Los Angeles, meri juga menguasai beberapa bidang lain yang masuk dalam kategori yang di ujikan yaitu matematika dan sains. Mengenai ujian pemahaman membaca, tak perlu diragukan karena dia adalah seorang kutu buku.
Andre tidak banyak membantu dalam hal ujian tertulis. Dia hanya melatih logika meri seperti menanyakan mana yang lebih mudah bagi organisme antara hidup di air atau di darat. Melatih kecepatan berhitung meri dengan soal cepat tepat. Serta melatih pengetahuan dasar meri mengenai komputer.
Setelah merasa cukup di uji dengan pertanyaan yang hampir tidak masuk akal di tambah ujian pertahanan dirinya, meri benar-benar sudah runtuh. Dia sudah tidak bisa lagi dan memilih mengakhirinya.
Dia menjatuhkan semua buku yang berada di kasur ke lantai dan menarik andre mendekat. Menatapnya dengan tatapan kelam seakan mencari tahu isi pikiran pria itu.
"kau dari tadi selalu melempar umpan. Aku terima" ujar meri kemudian mencium lembut bibir suaminya itu.
Dia sudah bertekad sejak pagi, akan mengatasi suaminya itu dalam hubungan intim seperti saat ini. Dia tidak perlu merasa canggung lagi. Mendengar maksudnya di tangkap jelas oleh meri, andre membalas perlakuan istrinya itu.
Meri masih sesekali merona mendapat perlakuan lembut andre yang menyusuri setiap lekuk tubuhnya dengan lambut, namun malam ini dia akan mengimbanginya. Mereka berdua terbuai dalam suasana yang penuh gairah tanpa tahu siapa yang lebih mendominasi. Saat pakaian mereka mulai tanggal tanpa menyisakan sehelai benangpun meri menatap wajah suaminya yang hampir menutupi seluruh cahaya yang akan mengenainya itu dengan lembut, pipi yang berubah menjadi merah padam dan bibir yang mulai nyeri karena terlalu bersemangat.
"bisakah kita mematikan lampu?" ujar meri di tengah kesibukan andre yang tak bisa berhenti menjamah tubuh istrinya itu.
"apa itu perlu?" andre menjawab seperti biasanya.
Meri tak bisa menjawab karena mulutnya sudah di penuhi dengan bibir andrel lagi. Dia memilih menarik selimut agar menutupi sebagian tubuh mereka dengan sebelah kaki kirinya yang tanpa dia sadari membuat andre merasakan gesekan pada sesuatu yang seharusnya tidak berusaha dia sentuh.
Andre sudah siap mengakhiri cumbuan itu dan masuk pada intinya. Dia menatap wajah meri yang tepat berada di bawahnya. Saat bibirnya akan terbuka untuk menanyakan apakah meri sudah siap karena dia akan memulainya. Meri terlebih dahulu membungkamnya dengan mengatakan "aku menantikan malam ini"
Mendapat sinyal lampu hijau dari istrinya itu, andre segera mengerti. Dia mencium lembut dahi meri dan berbisik "akan sedikit sakit, apa tidak masalah?"
Meri hanya menjawab dengan anggukan kepalanya. Saat meri sudah mulai sulit menahan diri, andre justru memiliki pengendalian yang hebat. Dia bahkan bertanya dengan lembut, apa istrinya itu keberatan jika dia tidak menggunakan perlindungan karena itu bisa jadi akan berdampak pada kehamilan. Meri sama sekali tidak keberatan.
Andre menekan tubuhnya memasuki tubuh meri dengan tetap berusaha selembut mungkin dan tetap memperhatikan perubahan pada wajah istrinya. Saat melihat meri menegang dan mengerang kesakitan dengan cepat menggigit bibirnya karena tahu itu akan merusak suasana saat ini. Andre berhenti sebentar dan membelai wajah meri yang mulai mengeluarkan bulir bening di dahinya.
"tidak apa, keluarkan saja. Sudah ku katakan jangan menggigit bibir mu untuk menahannya"
Pandangan meri seakan berubah gelap dengan jantung seakan ingin meloncat keluar dari rongga dadanya. Dia memikirkan solusi dari situasinya saat ini walau akan terkesan nakal tapi hasratnya yang tak tertahan membuat otaknya berhenti berfikir dan tubuhnya yang memimpin.
Meri menarik pinggang andre dengan keras, merapatkannya dengan tubuhnya hingga tak ada jarak, bersamaan dengan bibirnya menangkap bibir lelaki itu untuk menutup mulutnya dan menahan erangan yang mungkin terlontar saat tubuh mereka menyatu sempurna.
Andre melanjutkan apa yang sudah meri mulai dengan senyuman puas dan terkulai di samping istrinya itu setelah malam pertama mereka usai dengan kerja sama yang baik.
Andre mencium puncak kepala wanitanya itu yang kini sudah berada di pelukannya. "gadis pintar" batinnya.
Meri membenamkan wajahnya di dada suaminya itu. Dada bidang itupun terasa lembab karena keringat setelah permainan panjang mereka. Meri melingkarkan tangannya di pinggang andre, merangsek semakin dalam ke pelukan suami tercintanya itu.
"apa kau lelah" ujar andre sambil membelai punggung meri yang terbuka. Dia merasakan tidak hanya dahi dan rambut istrinya saja yang basah, punggung wanitanya itupun terasa lengket karena keringat yang mulai kering akibat bergesekan dengan seprai.
"Mmm, sangat lelah" jawab meri masih di pelukan andre.
Andre terus saja membelai punggung dan rambut istrinya itu dengan wajah cerah dan senyum yang begitu indah karena merasa terpuaskan. Dia menatap jam dinding dan sudah hampir tengah malam. Dia mengambil boxer yang tadi dia kenakan dan mengangkat meri beserta selimut yang menutupinya ke kamar mandi.
Meri menatap pria yang menggendongnya itu dengan perasaan terharu dengan sikapnya yang begitu perhatian.
Andre meletakkan meri dengan perlahan di bath up. Menyingkirkan selimut yang menutupinya, dan menyalakan keran air. Meri tak lagi memikirkan keadaannya saat ini yang bugil di hadapan suaminya itu. Dia hanya fokus menatap andre yang juga menatapnya dengan wajah dan mata mencerminkan kebahagian.
"apa masih sakit?" andre menatap meri yang melihat air di bath up sedikit berwarna kemerahan.
"tidak terlalu. Hanya sedikit nyeri" jawabnya dan melihat nada kekhawatiran di suara andre. "ini biasa terjadi. Bukan masalah besar"
Andre mengangguk mengerti berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Setelah air di bath up tak lagi menunjukkan warna, andre mengangkat meri dan membawanya kembali ke kamar namun tidak meletaknnya di kasur melainkan di sofa.
Meri yang kedinginan dan diselimuti dengan selimut tebal berwarna putih membuatnya nampak seperti ulat sutra hanya bisa melihat tindakan suaminya yang mengumpulkan semua bukunya yang berserakan di lantai, menarik seprai kasur yang terdapat noda darah dan menggantinya dengan yang baru.
"kau tidak perlu melakukan itu, aku bisa menggantinya besok" ujar meri setelah andre membaringkannya kembali di kasur.
"kau begitu kelelahan. Istirahatlah"
Andre meninggalkan meri yang berbaring dikasur hanya tertutupi selimut untuk kedua kalinya. Setelah membersihkan dirinya dan dia kembali ke kamar dan melihat meri belum juga bisa memejamkan mata.
Bisa di mengerti jika andre begitu memanjakan istrinya. Selain karena cintanya yang begitu besar, andre juga memahami kejiwaan istrinya itu dengan baik. Mengalami malam pertama di usia yang masih begitu muda bukanlah suatu hal mudah untuk di atasinya. Ditambah kondisi fisiknya yang tidak terlalu fit akhir-akhir ini karena kelelahan dalam perjalanan dan mabuk saat di pesta perayaan. Meri mungkin mampu mengelilingi perumahannya sepuluh putaran tanpa berhenti, tapi kelelahannya saat ini tidaklah sama dengan kelelahan yang dia rasakan saat selesai berolahraga.
Andre menghampiri meri dan memeluknya dari belakang. Berusaha menenangkan keresahannya dengan mencium lembut pundak istrinya itu.
"masih tidak nyaman?" tanya andre lembut di telinga meri.
"Mmm"
"cobalah untuk memejamkan matamu. Aku akan tetap disini"
Perkataan andre merujuk pada dia tidak akan lembur bekerja malam ini, dia kan menemani istrinya itu hingga tertidur. Sudah beberapa hari terakhir meri tak pernah tertidur saat andre berada di sampingnya. Dia selalu tidur lebih dulu dan membiarkan andre menyelesaikan pekerjaannya.
Meri hanya mengangguk dan berbalik memeluk andre. Aroma tubuh suaminya itu mulai saat ini akan memenuhi tubuhnya setiap malam. Mereka akan terus berbagi kehangatan pada malam-malam selanjutnya. Dan tertidur di pelukannya.