webnovel

Berdamai

Setelah makan malam selesai. Meri, rafa dan ibunya berkumpul di ruang keluarga untuk menunggu ayah dan randy pulang. Sementara itu, dedi dan dani kembali ke kamarnya. Kedua anak itu pasti bermain Playstation saat ini.

Meri tampak gugup karena akan menjadi suara pertama yang memberitahukan kebenaran itu kepada ayah dan kakak sulungnya. Ibu meri menggenggam tangan putrinya itu memberinya keberanian.

Randy dan ayah meri tiba di rumah 10 menit sebelum pukul sepuluh. Meri mencari sosok rido tapi tak menemukannya. Itu artinya mereka tidak pulang bersama.

Ibu menyambutnya dengan mengambil tas kerja dan tak lupa membuka jas suami tercintanya itu. Dia sudah menghubungi suaminya itu untuk bertanya apakah dia sudah makan malam dan tentu saja iya.

"duduklah bersama anak-anak. Aku akan membawakan kopi" ujar ibu meri kemudian pergi ke kamarnya meletakkan tas dan jas suaminya kemudian menuju dapur.

Meri semakin gugup saat ayahnya menatapnya seakan tahu ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.

"katakan apa yang ingin kau katakan. Ayah lelah dan ingin segera tidur" ucapan ayah meri seakan mengetahui apa yang ada di pikiran anaknya itu.

"ayah, ini tentang jackob" jawab meri sedikit gugup.

"ada apa dengan anak itu?"

Mendengar ayahnya menyebut jackob dengan sebutan anak, meri berfikir bahwa ayahnya tidaklah membenci jackob sebesar andre dan kakak sulungnya. Setelah kejadian itu, orang terdekatnya lebih memilih mengganti nama jackob dengan sebutan bajingan, brengsek, bocah sialan dan sebutan kasar lainnya. Meri sendiri bahkan sering menyebutnya psikopat walau itu hanya untuk menyenangkan andre.

"ayah, aku mau kita menyelesaikan masalah ini dengan kekeluargaan. Bukankah keluarga kita sudah kenal sejak lama" meri mengucapkan dua kalimat itu dalam satu nafas karena khawatir ucapannya akan tercekal di tengah jika dia berhenti mengambil nafas.

"apa yang kau katakan?" ayah meri terkejut dengan apa yang di dengarnya, namun tetap berbicara dengan nada lembut karena dia adalah putri kesayangannya.

Meri menjelaskan semua yang terjadi saat dia bersama jackob. Dan mengutarakan pendapatnya bahwa dia tidak bisa tutup mata dengan kebaikan jackob selama ini hanya karena satu kesalahannya.

Ayah meri melihat rafa yang duduk di depannya tetap diam, mulai tahu bahwa rafa berada di pihak meri saat ini. Jika tidak, dia orang yang pertama kali akan meledak mendengar perkataan meri.

"jika benar dia tidak bersikap kasar kepadamu ayah sangat bersyukur. Tapi tindakannya membawamu pergi dan menahanmu tidak bisa dibenarkan. Dia bisa memintamu baik-baik kepada ayah dan ayah tidak akan keberatan. Tapi dengan cara yang dia pilih itu sungguh mengecewakan mengingat betapa dekatnya keluarga kita terlebih dia adalah pria berpendidikan" ayah meri tetap bersikeras bahwa jackob tetap harus mendapatkan hukuman.

Rafa membantu meri menjelaskan kepadanya. Membahas mengenai bukti yang berbalik melawannya dan mengingatkan ayahnya jika menyuap petugas negara adalah suatu pelanggaran. Ayah meri terdiam mendengar perkataan rafa seakan-akan menuduh ayahnya yang melakukan itu.

Meri dengan cepat mengerti bahwa bukan ayahnya yang melakukan itu. Dia mengedarkan pandangan kepada kakak sulungnya randy.

"aku tahu hukum, aku tidak akan membuat masalah dengan menyuap polisi" jawaban randy menjawab pertanyaan di benak meri.

Jika bukan ayah dan kakak sulungnya, itu artinya rido yang melakukan semua ini, tapi bagaimana bisa dia berpikir sejauh itu. Dia hanya perlu melakukannya sesuai prosedur dan jackob akan masuk penjara tanpa perlu bertindak kotor.

"telfon rido dan suruh dia pulang sekarang" ayah meri mengerti situasinya, dia tahu ini pasti ulah rido. Dia memang memperingatkan putranya itu agar tidak melepaskan jackob bahkan tidak boleh ada belas kasihan. Dia mungkin melakukan itu karena merasa tertekan dengan peringatan dari ayahnya.

"telfonnya tidak aktif. Ibu sudah menghubunginya dari tadi" ucap ibu yang datang dari arah dapur sambil membawa baki minuman di tangannya. Meri menurunkan ponsel yang ada di telinganya mendengar hanya operator yang menjawab.

Meri berusaha meyakinkan ayahnya untuk memaafkan jackob sekali ini saja. Mereka tidak seharusnya berselisih hanya untuk menghukum orang yang sudah banyak berbuat baik untuk mereka.

Ibu meri duduk di samping suaminya, membiarkan suaminya itu meminum teh jahe yang dia buatkan dan bukannya kopi karena itu akan mengganggu tidur suaminya.

Ibu meri kemudian menatap suaminya itu dan mengungkapkan pendapatnya bahwa dia setuju dengan perkataan meri. Pandangan ayah meri langsung menatap istrinya itu. Dia melihat senyum yang sangat menenangkan di wajah wanita yang dipujanya itu.

Seketika wajah ayah meri melunak, jika seorang ibu yang tak berhenti menangis selama tiga hari karena belum mendapatkan kabar putrinya yang menghilang namun bisa memaafkan pelakunya, apa dia masih bisa di anggap manusia jika tetap keras dan ingin menghukumnya.

"kau sangat pintar mencari dukungan. Ayah setuju, karena ibumu sudah memafkannya. Sejujurnya ayah juga tidak terlalu marah padanya karena melihatmu dalam keadaan lumayan baik. Semua yang dia lakukan itu karena jiwa muda nya yang masih mengebu-gebu. Tapi jika mengingat bagaimana ibumu menangis waktu itu, ayah benar-benar ingin melihatnya menyesali perbuatannya karena membuat wajah cantik istriku menjadi bengkak sampai aku tidak yakin apa dia ibumu" ujar ayah kepada meri kemudian menatap wajah istrinya itu.

Ibu meri mencubit perut suaminya itu yang sudah membuat pipinya terbakar karena malu. Meri melihat kemesraan itu kemudian tertawa.

Mereka mengabaikan randy yang tidak setuju dengan keputusan itu, namun memilih diam karena kalah suara. Jika ayah dan ibunya sudah setuju maka tidak ada gunanya jika dia menentangnya. Dia hanya menatap adik perempuannya itu dengan kagum.

'entah bagaimana bisa kau memiliki hati pemaaf saat kau sendiri hampir mati karena ulahnya' batin randy.

Mereka kemudian bubar ke kamar masing-masing. Meri menatap ponselnya, dia ingin sekali memberi tahu apa yang terjadi tapi ponsel andre masih belum aktif karena masih dalam penerbangan.

Saat dia bersiap-siap untuk tidur, telfonnya berdering. Dia segera mengangkatnya karena itu dari rido.

📞"halo kak" sapa meri

📞"meri, ini aku megan. Kakakmu sekarang bersamaku, dia mabuk parah"

📞"bagaimana bisa dia mabuk, dia bahkan tidak pernah minum-minum"

📞"sepertinya dia sedang tertekan. Bisakah kau menjemputnya? Aku kewalahan untuk membawanya"

📞"baiklah, kirimkan lokasi kalian, aku akan segera ke sana"

Meri keluar kamarnya menuju kamar rafa yang berada disebelahnya. Saat itu sudah terlalu malam, dia tidak mungkin keluar sendirian. Ditambah lagi dia sudah berjanji pada andre, jadi dia berencana meminta tolong agar rafa menemaninya.

"ada apa?" tanya rafa melihat meri di depan kamarnya.

Meri menjelaskan yang terjadi sesingkat yang dia bisa. Rafa memberi long jacket kepada meri agar tak kedinginan dan menutupi kakinya sampai di lutut karena piyama meri hanya sampai paha atas saja.

"kau selalu berpakaian tertutup saat keluar bukan. Mengapa tidak mengganti pakaian mu dulu tadi" celoteh rafa saat mereka sudah berada di mobil dan meminta security membuka pagar.

"aku begitu khawatir jadi terburu-buru" jawab meri.

Walau hanya dengan stellan piyama dan long jacket di luarnya, meri tetap tampak menawan dengan hanya menarik setengah dari rest jaket itu.

Mereka sampai di depan bar setelah 20 menit berkendara. Meri segera masuk ke dalam bar dengan didahului rafa yang terus memegang tangan adiknya itu untuk menjaganya. Meri mengedarkan pandangannya dan menemukan kakaknya berada di sofa pojok bersama dengan seorang wanita cantik yang juga menggunakan jaket.

"sepertinya kakakku menelfonmu lebih dulu" ujar meri kepada wanita itu dengan nada cemburu.

"dia sangat tertekan. Cobalah bicara padanya, dia dari tadi menyebut namamu dan selalu meminta maaf" megan mengatakan hal itu dengan perasaan yang tak kalah cemburu. Baru kali ini dia melihat rido begitu tak berdaya karena seorang wanita. Walau wanita itu bukan kekasihnya, megan tetap saja merasa cemburu.

"terima kasih sudah menelfonku. Kami akan membawanya pulang sekarang" meri kemudian masuk ke tempat duduk belakang untuk menemani kakaknya dan meninggalkan megan sendiri.

Melihat kakaknya terkulai lemah dipangkuannya membuat meri merasa kasihan. Kakaknya begitu terpukul saat meri menghilang bersama sahabatnya terlebih dia menjadi orang terakhir yang melihatnya pergi. Dia sangat takut jika itu adalah pertemuan terakhirnya dengan adik tercintanya itu.

"kakak, bagaimana bisa kau mengahncurkan dirimu seperti ini" ujar meri menatap kakaknya yang terus memanggil namanya. Meri melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh kakaknya itu.

"aku baru pertama kali melihatnya seperti ini. Pasti berat baginya melihatmu setiap hari setelah kejadian itu" ujar rafa di kursi pengemudi.

"dia selalu saja menghindariku. Aku sampai merasa dia tidak menyangiku lagi, maafkan aku" meri mengelus wajah kakaknya itu dengan iba.

"bicaralah dengannya besok pagi. Akan lebih baik jika kau membawanya mencabut tuntutan itu dan menemui jackob. Itu akan mengurangi rasa bersalahnya" rafa memberikan wejangan kepada meri sepanjang jalan pulang agar bisa meyakinkan rido bahwa dia baik-baik saja dan tidak ada yang perlu merasa bersalah.

Rafa membawa adiknya itu ke kamarnya dengan sangat hati-hati agar tidak sampai membangunkan ayah dan ibunya. Akan muncul masalah baru jika orangtua mereka sampai tahu.

Meri membantu menyelimuti rido kemudian mengambil kain dan air untuk membasuh wajah dan badan rido yang menyeruakkan aroma alkohol. Setelah rafa membantu menggantikan pakaian rido, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Meri melihat jam dan sudah hampir jam 12. Dia mengirimkan pesan kepada andre karena tidak ingin andre kecewa dengan keputusannya yang memilih memaafkan jackob.

📨 Aku memilih berdamai dengan jackob, semoga kau bisa mengerti. Aku mencintaimu

Setelah mengirim pesan itu, meri tidur dengan bayangan andre di kepalanya. Mengingatnya sejenak berharap akan bertemu di alam mimpinya.

次の章へ