webnovel

Tenaga Bantuan

編集者: Wave Literature

Semua orang merasa sangat lelah ketika memasuki hutan gelap tersebut. Namun, Rhode melarang mereka berhenti dan beristirahat. Sebaliknya, dia justru memapah para gadis Cleric yang tidak bisa berjalan sepanjang jalan hingga tiba di sebuah sumber air. Saat itu, Rhode baru memperbolehkan mereka beristirahat.

"Haaa…!!!"

Akhirnya! Mereka bisa menenangkan diri. Sebagian besar dari mereka langsung terduduk di tanah. Dia menolak bergerak sedikitpun. Walker bersiul pelan saat dia duduk di atas sebuah batu.

Hanya Sereck dan Anne yang kelihatan tidak lelah. Mereka berdua mengamati keadaan sekitar tanpa mengatakan apapun. Satu orang berlari bolak-balik untuk membagikan jatah.

"Berapa lama kalian beristirahat untuk memulihkan tenaga?"

Rhode bertanya sambil duduk di atas sebuah batu yang dekat dengan para gadis Cleric. Karena ini bukan dalam game, HP (Health Point: meteran 'nyawa' dari sebuah karakter dalam game, jika meteran ini habis karakter akan mati) dan SP (Soul Power: meteran kekuatan jiwa dalam game, yang biasanya digunakan untuk memakai skill-skill karakter) mereka tidak akan bisa pulih hanya dengan duduk, memakan roti atau meminum air. Kekuatan Jiwa berasal dari jiwa seseorang. Itu mirip dengan stamina. Tetapi, yang membedakan Kekuatan Jiwa dengan stamina adalah seseorang bisa lumpuh permanen atau bahkan mati jika kehabisan kekuatan jiwa.

Dalam game, jika meteran SP seorang karakter rendah, statusnya akan berkurang setengah. Jika mereka tidak bisa menemukan tempat untuk memulihkan SP mereka, mereka tidak akan bisa bertarung.

Dalam dunia ini, Rhode tahu bahwa hukumnya sama saja. Oleh karena itu, Marlene dan Lize jarang menggunakan Kekuatan Jiwa mereka. Mereka paham jika mereka kehabisan Kekuatan Jiwa, mereka akan mati.

"Ka-kami membutuhkan waktu setidaknya setengah jam…"

Rhode merengut. Terlalu lama! Seandainya mereka sadar bahwa tempat ini tidak lebih aman dari medan perang sebelumnya. Pemuda itu tidak menyampaikan pendapatnya demi menjaga mental kelompoknya. Tetapi dia tahu kalau roh-roh jahat yang ada di sini berbeda dengan roh-roh sebelumnya. Roh-roh di sini akan mengintai mangsanya dari bayang-bayang. Mereka akan menyerang di saat yang tepat. Karakteristik roh membuatnya sulit ditangkap. Kelompok ini akan membutuhkan bantuan dari para Cleric – khususnya sihir Holy Light dari Lize untuk memburu mereka. Sayang, saat ini Lize sedang bersandar di bahu Marlene dengan mata terpejam. Rhode tahu Lize tidak bisa pulih dalam waktu yang cepat.

Dengan banyaknya hambatan…apakah mereka masih bisa menyelamatkan kelompok Victorious Wine?

Sereck melihat ekspresi di wajah Rhode.

"Ada apa?"

Rhode mengangkat kepala dan melihat Sereck tersenyum padanya.

"Aku hanya agak khawatir jika kita terlalu banyak membuang waktu."

Rhode menggelengkan kepala.

"Membuang waktu?"

Ketika mendengar kata-kata Rhode, Sereck tidak bisa menahan tawanya. Kemudian dia menggelengkan kepalanya tanpa daya ke arah pemuda itu. Sereck sesaat terdiam. Dia benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa lagi!

Menurut pendapatnya, kinerja Rhode sudah sempurna. Saat mereka memasuki Dataran Sunyi, kelompok mereka hanya menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Bahkan pertempuran di padang rumput tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemuda itu yang memang luar biasa. Tidak ada korban yang meninggal ataupun luka-luka. Sekelompok orang hanya mengalami kelelahan. Mungkin tidak ada satupun orang di kota Deep Stone yang mampu menandingi kemampuan Rhode dalam hal memimpin kelompok.

Ketika dia melihat ekspresi Rhode yang muram, Sereck berpikir ada masalah besar. Pemuda ini ternyata hanya merasa kecewa karena kemajuan kelompok ini sangat lambat.

Kalau kabar ini tersebar, banyak pemimpin kelompok prajurit bayaran lain yang akan merasa malu saat mendengarnya…

"Aku pikir kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan sangat baik."

Sereck tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Rhode. Jadi, Sereck hanya tersenyum dan mencoba menghibur Rhode dengan menepuk bahunya.

"Bahkan jika aku sendirian, mustahil untuk mencapai tempat ini dalam waktu sesingkat ini. Saat kau mampu membawa kelompok ini dengan selamat, itu sudah membuktikan kemampuanmu yang tinggi sebagai seorang pemimpin. Di kota Deep Stone, aku tidak pernah bertemu dengan orang yang bisa diandalkan seperti dirimu. Tapi yang membuatku penasaran adalah…"

Sereck menyipitkan mata dan memandang pemuda di hadapannya dengan cermat.

"Sejak kapan kau menyadari bahwa sihir Divine Brilliance milik Cleric bisa melemahkan para mayat hidup? Itu bukanlah sesuatu yang kau temukan baru-baru ini kan?"

"Saat aku masih tinggal di Dataran Timur, aku sering bertarung dengan para mayat hidup. Yah, seperti yang kau tahu. Dalam situasi-situasi tertentu, orang-orang tidak memiliki pilihan selain mencoba berbagai cara untuk tetap bertahan hidup."

Rhode mengisahkan cerita palsunya tanpa mengedipkan mata. Tapi bukan berarti kata-katanya tidak berdasar. Dataran Timur terletak di sepanjang perbatasan Negara Kegelapan. Meskipun tempat itu adalah salah satu tempat paling terpencil di Kerajaan Munn, perlawanan terhadap Negara Kegelapan d tidak pernah berhenti. Karena kondisi alam yang buruk dan tuntutan untuk bertahan hidup, maka lahirlah kelas istimewa di tempat tersebut – Soul Hunter.

Prajurit-prajurit ini hidup di Dataran Timur dan memiliki berbagai macam pengalaman melawan mayat hidup. Berbagai cerita mengatakan bahwa ketika mereka pertama kali memegang sebuah pedang, yang mereka bunuh pertama kali adalah mayat hidup. Pertarungan antara Soul Hunter melawan para mayat hidup berlangsung selama berabad-abad. Tetapi, kedua pihak tetap menemui jalan buntu. Akhirnya, semua masalah diselesaikan secara pribadi. Sehingga konflik tersebut tidak menyebar luas.

Sereck mengangguk. Dia tidak meragukan penjelasan Rhode karena dia mengetahui latar belakang pemuda itu. Meskipun demikian, pria itu masih penasaran mengapa Rhode meninggalkan tempat terpencil itu. Semua orang yang berasal dari Kerajaan Munn tahu bahwa Dataran Timur adalah daerah yang misterius dan terpencil. Penduduk-penduduknya tidak berdagang dengan kota lain. Oleh karena itu, orang luar merasa kesulitan memasuki Kerajaan Munn. Mereka hanya tinggal di wilayah mereka sendiri. Mereka juga hanya memikirkan urusan mereka sendiri dan tidak memperdulikan apapun yang terjadi di dunia luar.

Terkadang Sereck bertanya-tanya apakah Rhode adalah orang yang seperti itu. Tetapi setelah mengenal pemuda itu lebih dekat, dia menyadari ada perbedaan antara Rhode dan orang-orang dari Dataran Timur.

"Aku pernah mendengar desas-desus soal para prajurit pemberani dari Dataran Timur yang berjuang melawan mayat hidup siang malam. Dan sekarang setelah melihat salah satu dari mereka dengan mata kepalaku sendiri... sepertinya rumor itu benar."

Sereck cukup pintar untuk tidak membahas hal itu lebih jauh. Dia hanya mengangkat bahu dan mengamati lagi keadaan di sekelilingnya.

"Tempat ini tidak aman."

Sereck bisa merasakan bahaya dari hutan ini.

"Aku tahu tapi apa boleh buat."

Rhode mengerutkan alis. Jujur saja, dia tidak ingin terlalu banyak memamerkan kekuatannya di depan orang lain karena itu bukanlah hal yang bagus. Tapi sekarang kelihatannya dia tidak punya pilihan lain mengingat kondisi kelompoknya yang sedang kepayahan.

Menggunakan kekuatan Elemen Suci adalah cara paling mudah menangani situasi ini. Kalau begitu…

Rhode berdiri.

"Mau ke mana kau?"

"Aku akan mencari tenaga bantuan. Aku akan segera kembali."

Sereck tidak bertanya lebih jauh karena dia tahu Rhode tidak berencana untuk menjelaskan apapun padanya. Sebagai seorang ahli pedang, dia mengagumi sikap pemuda itu.

Walker, Marlene dan lainnya sudah bersiap-siap berdiri dan mengikutinya. Tapi Rhode segera menghentikan mereka. Dia memberikan isyarat pada mereka untuk duduk saja. Kemudian dia berkata bahwa dia ingin mengurus sesuatu dan akan segera kembali.

Setelah melihat Rhode meninggalkan mereka, beberapa orang merasa ragu. Tapi mereka tetap mematuhi perintahnya dan beristirahat. Setelah menghabiskan banyak waktu bersama Rhode, mereka mulai menaruh kepercayaan pada pemuda itu. Oleh karena itu, mereka mematuhi perintahnya tanpa sekalipun membantah.

Rhode mengamati keadaan sekelilingnya yang dekat dengan tempat peristirahatan kelompok. Setelah memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa di sana, dia mengulurkan tangan kanan.

Sebuah lingkaran pemanggilan tiba-tiba muncul di telapak tangannya. Sebuah kartu putih melayang dan turun di depannya dengan perlahan. Kartu itu tiba-tiba berubah menjadi pedang yang melayang di udara. Pedang itu terlihat sangat indah.

[Pedang Suci telah terdeteksi. Berubah ke bentuk manusia?]

Ya.

Rhode mengangguk. Pedang yang indah itu kemudian bersinar dengan terang. Sinar putih tersebar ke mana-mana. Setelah itu, sinarnya meredup. Partikel-partikel cahaya berputar menjadi pusaran dan memunculkan sosok gadis cantik.

"Wahai tuanku, aku telah menjawab panggilanmu."

Gadis cantik itu setengah berlutut di hadapan Rhode dan tangan kanannya memegang pedangnya yang tertancap di tanah. Kemudian, dia menatap mata Rhode dengan pandangan yang serius. Matanya terlihat jernih. Cahaya keemasan memantul dari iris matanya. Cahaya tersebut memancarkan pesona yang sedikit menggoda.

Tidak seperti Lize, gadis ini adalah seorang malaikat.

"Berdirilah. Tidak perlu bersikap seformal itu."

Rhode belum terlalu mengenali gadis yang berlutut di hadapannya ini. Meskipun memang adasejumlah roh perempuan yang bisa dipanggil oleh Spirit Swordsman, kebanyakan roh-roh wanita tersebut adalah Roh Air dan Roh Angin. Mereka sangat terkenal di kalangan para pemain.

Entah bentuk apapun yang mereka tunjukkan, mereka tetaplah roh. Ini pertama kalinya Rhode bertemu dengan roh yang menunjukkan bentuknya sebagai pedang. Pedang itu ternyata juga mampu berubah menjadi seorang malaikat perempuan. Ketika dia memikirkan hal tersebut, dia merasakan sedikit keanehan.

"Dalam pertarungan selanjutnya, aku membutuhkan bantuanmu."

Berhubung Rhode yang memanggil gadis itu, dia tidak akan merendah di hadapannya.

"Seharusnya kau bisa merasakan aura mayat hidup di dekat sini. Mereka adalah musuh yang cukup merepotkan. Apakah kau akan mati saat menghadapi mereka?"

"Aku tidak akan mati, Tuan."

Mendengar pertanyaan Rhode, gadis itu tersenyum dan mengangguk.

"Aku adalah makhluk yang suci. Itu sebabnya aku tidak takut dengan kematian. Selama kau bisa mempertahankan kekuatanmu, aku akan terus ada."

"Bagus."

Rhode mengangguk puas.

"Aku akan membawamu keluar beberapa saat lagi. Ingat, mulai sekarang kau…"

"...apakah kau punya nama?"

Rhode menyadari bahwa dia tidak tahu nama gadis itu.

"Tentu, Tuan."

Gadis itu meletakkan tangan kanannya di dada.

"Aku adalah Pedang Suci Abadi ke-10, Tanda Bintang. Saat aku berada dalam bentuk manusia, kau bisa memanggilku Celia."

"Baiklah, Celia. Kau harus ingat bahwa kau dilarang mengungkapkan identitas aslimu kepada orang lain. Jika kau punya pertanyaan, kau bisa langsung bertanya padaku. Apa kau mengerti?"

"Aku mengerti, Tuan."

Rhode mengangguk dan berbalik. Dia berjalan kembali ke sumber mata air dimana kelompoknya beristirahat.

Ketika dia datang ke tempat itu, semua orang terlihat lebih segar.

"Eh, Nak, dari mana saja kau?"

Walker menyelipkan gelas anggurnya ke pinggang dan bertanya pada Rhode. Walker merasa penasaran. Ketika dia melihat gadis yang memakai baju pelindung di belakang Rhode, tubuhnya menjadi tegang.

"…Tuan Rhode?"

Lize juga terkejut. Dia segera berdiri dan mengamati gadis itu dengan cermat mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Orang-orang di kelompok itu juga ikut mengamati gadis itu. Tidak mengherankan, karena Rhode membawa kembali seorang gadis yang entah dari mana datangnya. Ditambah lagi, gadis itu ternyata juga memiliki sepasang sayap di punggungnya. Seakan-akan dia adalah seorang malaikat…

Sudah menjadi rahasia umum bahwa malaikat adalah makhluk-makhluk yang mulia di benua ini. Sebagian besar dari mereka memiliki pangkat yang tinggi – bahkan malaikat berlevel rendah memiliki kasta yang lebih tinggi dibandingkan dengan manusia biasa. Di kota Deep Stone yang terpencil, penguasa kota bahkan belum pernah melihat seorang malaikat sebelumnya. Tapi sekarang? Rhode hanya keluar sebentar dan dia membawa malaikat saat kembali?

Siapa gadis ini?

Kepala Sereck penuh dengan berbagai pertanyaan.

次の章へ