webnovel

Pembalasan Dendam yang Menyedihkan: Hutan Kematian part 2

Di sebuah daerah pegunungan yang terlihat hijau, disitu terdapat pohon-pohon yang sangat besar. Suhu di hutan itu sangat sejuk dengan udara yang segar terasa sampai ke paru-paru, tetapi dibalik itu semua, hutan itu menyimpan kisah yang mengerikan. Hutan itu terkenal dengan cerita orang yang masuk ke hutan tersebut tidak akan bisa keluar lagi, karena itulah hutan itu dikenal sebagai Hutan Kematian.

"Huh...."

Edward yang sudah kelelahan berkeliaran di dalam hutan itu menghela napasnya, dia sudah berada di sana semenjak satu minggu lalu.

"Kenapa malah jadi seperti ini?"

Matahari mulai tenggelam, hutan bisa menjadi tempat yang sangat mengerikan di waktu malam apalagi untuk seorang pemula seperti Edward yang belum pernah belajar cara untuk bertahan hidup di hutan. Edward melihat sekeliling berpikir untuk mencari tempat untuk istirahat untuk bermalam, setelah mencari agak lama akhirnya dia menemukan sebuah gua. Dia masuk ke dalam gua yang sangat gelap itu untuk menghilangkan rasa lelahnya, dia mengambil ranting kering yang sudah dia kumpulkan jadi dan menatanya.

"Fire!"

Dengan sihir api sederhana itu ranting-ranting kayu mulai terbakar dan menerangi gua itu, tetapi wajah Edward sama sekali tidak menunjukkan wajah yang tenang, dia teringat terpisah dari Lily saat pertama kali memasuki hutan tersebut. Edward sangat mencemaskan Lily karena Lily terlihat seperti seseorang yang bahkan tidak bisa mengurus diri sendiri, bahkan saat di rumah Zadkiel dia tidak bisa memakai baju dan akhirnya para pelayan yang memakaikannya.

"Lily, semoga dia baik-baik saja."

Edward pun berusaha untuk tidur untuk memulihkan tenaganya yang terkuras akibat mencari Lily seharian di dalam hutan itu. Dia mencoba tidur tetapi itu sia-sia karena dia tidak bisa berhenti mencemaskan Lily, lalu di tengah usahanya untuk tidur tiba-tiba terdengar suara aneh dari luar.

"Apa itu?"

Edward mencoba menghampiri suara itu untuk mencari tahu apa yang terjadi, tidak disangka dia menemukan seorang laki-laki yang hampir tidak sadarkan diri.

"Hoi! Ada apa? Apa kau habis diserang hewan buas?"

Edward yang kebingungan mendengar bunyi kelaparan dari perut pria itu.

"(sigh)Ternyata dia cuman kelaparan."

Edward yang merasa lega juga bingung tentang kenapa ada manusia yang datang ke hutan itu meskipun itu juga berlaku untuk dirinya. Edward teringat dengan Archangel Zadkiel yang mengatakan kalau dia punya kenalan seorang manusia yang kuat, dia pun menyarankan agar Edward menemuinya dan berlatih kepadanya.

"Memang aku mau menjadi kuat tapi...siapa yang menyangka kalau orang yang dimaksud Zadkiel berada di hutan kematian."

"Lapaaar..."

Edward tersadar dari lamunannya dan memutuskan keluar mencari sesuatu yang bisa dimakan, dia terus berjalan sambil melihat sekelilingnya.

"Memang semenjak aku masuk hutan ini skill penglihatanku jadi semakin membaik, apa ini termasuk hasil latihan?"

Tiba-tiba Edward melihat seekor rusa yang sedang makan dedaunan, dia telihat tidak sadar dengan keberadaan Edward.

"Rusa? Lucky!"

Edward terlihat sangat senang karena setelah sekian lama dia bisa menyantap daging, dia memegang pisau yang ada di kantong celananya dan melemparkannya ke rusa itu. Rusa itu terkena pisau yang dilempar Edward dan terjatuh ke tanah.

"Maafkan aku ya."

Setelah rusa itu mati Edward membawanya kembali ke gua untuk dimasak, dia memanggang daging rusa itu dengan api yang sudah dia nyalakan sebelumnya. Bau dari daging rusa itu sangat sedap membuat perut Edward tidak sabar ingin memakannya. Laki-laki kelaparan yang sedang lemas tak berdaya itu pun mencium bau daging rusa yang sedang dimasak Edward, dia pun tiba-tiba terbangun dan berlari menyantap daging rusa yang sudah masak.

"MAKANAN!"

Edward terkejut karena laki-laki yang terlihat tidak berdaya tadi langsung bangun dan menyantap daging yang sudah ia masak. Laki-laki itu menyantap daging rusa itu seperti dia sudah tidak makan selama setahun, dia langsung melahap satu persatu bagian tubuh rusa yang Edward panggang dengan sangat cepat dan membuat Edward khawatir kalau dia akan menghabiskan semuanya.

"Uwah, cepat sekali makannya!"

Sebelum daging itu dihabiskan oleh laki-laki itu, Edward segera mengambil satu untuk dimakan olehnya. Setelah puas makan daging rusa, laki-laki itu bersandar di tepi gua dengan perut yang buncit dan wajah yang terlihat senang.

"Ngomong-ngomong terima kasih telah memberiku makan."

"Kau kan yang tiba-tiba langsung bangun dan makan makananku!"

"Sudah jangan memikirkan hal yang sepele seperti itu."

"Sepele ya...? Apakah memakan makanan orang tanpa permisi itu termasuk masalah sepele?"

"Iya maaf, aku juga punya alasan kenapa aku sampai kelaparan seperti itu."

"Alasan? Apa jangan-jangan kau lupa kalau makhluk hidup butuh makanan?"

"Mana mungkin aku lupa dengan itu! Huh...sebenarnya ada seorang perempuan yang aku temukan

ketika sedang berjalan-jalan, dia selalu menghabiskan makanan yang aku masak sampai tidak tersisa untuk kumakan, dia adalah perempuan yang aneh berambut putih."

Setelah mendengar itu Edward teringat dengan Lily yang telah terpisah dengannya, dia pun penasaran dengan gadis aneh yang sedang dibicarakan oleh laki-laki itu karena dia mempunyai kesamaan dengan Lily.

"Apakah rambutnya sangat panjang sampai ke kaki?"

"Kurasa tidak, rambutnya hanya sampai ke pundaknya saja."

Edward pun merenung karena cemas dengan Lily yang menghilang, dia nampak murung karena sudah seminggu ini dia terpisah dengan Lily tanpa tahu kabarnya.

"Aku tidak tahu permasalahanmu tapi kelihatannya kau butuh bantuan untuk menemukan temanmu itu, baiklah untuk sekarang datanglah ke rumahku."

"Terima kasih, aku sangat menghargai itu."

Mereka pun keluar dari gua dan berjalan bersama-sama menuju rumah laki-laki itu, tetapi Edward tetap tidak bisa berhenti mencemaskan Lily yang menghilang entah kemana. Melihat wajah Edward yang penuh dengan muram, laki-laki itu pun berusaha menghiburnya dengan mencari topik pembicaraan yang enak.

"Ngomong-ngomong kenapa kau masuk ke hutan ini?"

Edward pun sedikit panik mendapatkan pertanyaan dari laki-laki itu, sejauh yang Edward tahu kebanyakan manusia memusuhi para Malaikat yang memang mereka telah berperang selama berpuluh-puluh tahun, mungkin ada orang yang seperti dirinya yang tidak membenci ras apapun, tetapi Edward tidak mau mengambil resiko untuk itu.

"Sebenarnya aku kesini untuk mencari kenalan temanku, dia bernama Argus."

"Argus?"

Laki-laki itu mendadak serius menatap Edward, Edward pun mengira kalau laki-laki itu mungkin tahu kebohongannya, dia pun mulai berkeringat dingin, dia tidak mau kalau harus bertarung dengan laki-laki itu apalagi di Tengah hutan Kematian apalagi laki-laki itu nampak kuat dengan tubuh berototnya yang besar.

"Ehm...boleh kutanya satu hal?"

"B-baiklah?"

"Apa jangan-jangan yang menyuruhmu adalah Zadkiel?"

Edward terkejut mendengar laki-laki itu bisa menebaknya dengan tepat, kecemasannya pun mulai bertambah, itu nampak di wajah Edward.

"Jangan cemas seperti itu, aku sama sekali tidak memusuhi ras manapun."

Setelah mendengar itu Edward nampak lega, dia tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah orang yang sama seperti dirinya, dia pun merasa seperti telah menemukan teman baik yang akan mengerti dirinya, tetapi Edward masih bingung kenapa laki-laki itu bisa tahu kalau yang menyuruhnya adalah Zadkiel.

"Kenapa kau tahu kalau yang menyuruhku adalah Zadkiel?"

"Karena yang memanggilku seperti itu hanyalah Zadkiel, cih padahal sudah kubilang beberapa kali jangan memanggilku Argus."

"J-jadi kau?"

"Ya, aku adalah Argus tapi nama asliku Yamamoto, kurasa dia ingin aku untuk melatihmu ya? Baiklah setelah kau menemukan temanmu itu aku akan langsung melatihmu, oh ya kau belum menyebutkan namamu kan?"

"Namaku adalah Edward."

Mereka pun berbincang-bincang dan mulai akrab, mereka terus membicarakan hal-hal yang terlihat sangat menarik sampai tidak terasa mereka sudah sampai di rumah Yamamoto. Rumah yamamoto terlihat seperti rumah yang sangat sederhana dengan tembok dan juga lantai yang terbuat dari kayu, bahkan rumahnya terlihat kecil jika kau membandingkannya dengan rumah biasa yang Edward biasa lihat di desa-desa. Edward mulai merasa penasaran sebenarnya siapa gadis yang telah Yamamoto temukan.

Yamamoto pun berdiri di depan pintu rumahnya, tetapi di wajahnya terlukis dengan jelas wajah ketidak senangannya serasa dia tidak mau memasuki rumahnya sendiri.

"(sigh)"

"Sebenarnya gadis seperti apa yang kau temukan?"

"Dia bukanlah gadis yang jahat sih, tapi..."

Keraguan terlihat jelas dari wajah Yamamoto seolah-olah dia sangat enggan untuk membuka pintu, tetapi dia menguatkan tekad dan perlahan memegang gagang pintu dan membukanya. Edward pun terlihat cemas dengan apa yang akan terjadi bila menemui wanita yang ditemukan Yamamoto, tetapi disamping itu dia juga penasaran karena ciri-cirinya juga mirip dengan Lily.

Dengan wajah yang ogah-ogahan, Yamamoto pun membuka pintu rumahnya sendiri, tetapi tiba-tiba muncul seorang gadis kecil yang berlari dan menyambutnya di depan pintu. Gadis itu mempunyai rambut putih sebahu dengan kuncir dua kecil, mata yang berwarna pink yang ditengahnya seperti ada simbol hati, dia juga memiliki dua sayap kecil di punggungnya yang berwarna pink. gadis kecil itu memakai baret berwarna pink, baju sailor putih panjang yang mempunyai garis berwarna pink, celana pendek selutut yang berwarna pink dan juga stocking bergaris-garis berwarna putih dan pink.

"Selamat datang~, mau mandi dulu? Makan dulu? Atau DI-RI-KU? Kya~ <3"

Edward pun hanya terdiam mematung melihat Yamamoto dengan tatapan dingin, dia tidak menyangka seorang om-om berbadan besar itu adalah seorang Lolicon. Yamamoto memalingkan wajahnya ke samping dengan tangan menutupi wajahnya, dia terlihat malu dengan gadis kecil yang menyambutnya itu.

"Yamamoto-san bukankah ini sebuah kejahatan?"

"Aku tahu kau pasti bakalan bereaksi seperti itu, karena itulah aku ragu-ragu."

"Yamamoto, apa kau seorang Lolicon?"

"Tentu saja tidak!"

Edward melihat gadis kecil itu dan menyadari kalau dia mempunyai dua sayap kecil di punggungnya, dia pun terkejut karena melihat Malaikat yang berada di hutan kematian yang bahkan lokasinya sangat jauh dari Veden.

"Malaikat?"

"Benar, dia adalah salah satu temanku...mungkin."

Malaikat itu mendekat dengan muka kesal menunjuk ke arah Yamamoto.

"Apa maksudmu dengan mungkin?! Kita kan sudah berteman sejak lama!"

Yamamoto terlihat kesal dengan kata-kata yang dilontarkan malaikat itu, selama ini Yamamoto sudah tersiksa karena dia terus menumpang di rumahnya tanpa melakukan apapun selain makan, minum, dan tidur.

Yamamoto pun berjalan menghampirinya sambil menekankan jari telunjuk ke dahi malaikat itu.

"Teman? Teman apa yang memakan makanan temannya dan membiarkan temannya hampir mati kelaparan hah?!"

Malaikat itu memalingkan pandangannya dan berpura-pura tidak tahu apa yang Yamamoto maksud.

"A-aku tidak tahu yang kau maksud?"

"Jangan pura-pura bodoh!"

Malaikat itu menundukkan wajahnya dengan ekspresi menyesal.

"Maaf."

"Ngomong-ngomong siapa dia?"

"Ahh...dia adalah-"

Malaikat itu tiba-tiba meletakkan jarinya yang membentuk simbol peace dan mengarahkannya ke depan mata kanannya.

"Aku adalah malaikat terimut di dunia, Archangel Chamuel."

Terkejut dengan apa yang dikatakan anak itu, Edward merasa kalau itu hanya sebuah lelucon karena mana mungkin anak aneh yang berdiri di depannya adalah seorang Archangel.

Yamamoto seakan tahu apa yang dirasakan Edward, dia juga merasa seperti itu ketika pertama kali bertemu dengan Chamuel, dia terlalu tidak cocok untuk menjadi Archangel mengingat tubuhnya seperti anak-anak dan tingkahnya juga tidak seperti seorang Archangel.

"Yamamoto-san, apa benar gadis kecil ini seorang Archangel?"

"Dengar Edward, terkadang kebenaran adalah sesuatu yang lebih aneh dari yang kau pikirkan"

Edward merasa paham dengan apa yang Yamamoto maksud sekarang, teapi Edward benar-benar tidak menyangka kalau gadis kecil ini adalah seorang Archangel yang sama seperti Zadkiel.

"Kurasa aku mengerti apa yang kau maksud."

"Entah kenapa aku merasa kalau kalian sedang membicarakan sesuatu yang tidak sopan terhadapku"

Chamuel pun menyudahi pose aneh yang membuat orang yang melihatnya merasa malu sendiri, dia pun melihat ke arah Edward dengan tatapan genit dan mendekatinya.

"Ngomong-ngomong Ed-chan, apa kau tidak tertarik dengan Malaikat yang imut ini?"

"T-tidak, aku masih normal!"

"He~h, normal ya?"

Edward merasa tidak nyaman dengan tatapan Chamuel dan dia pun memalingkan wajahnya, entah kenapa Edward merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi kepadanya, dia merasa seperti sedang diburu oleh monster buas yang siap menerkamnya kapanpun.

Yamamoto pun menyuruh Edward untuk duduk dan membicarakan masalah yang sedang dia hadapi, Edward pun membicarakan tentang semuanya tanpa menutupi satupun, dia memang sangat cemas dengan Lily yang telah menghilang.

"Hmmm...jadi kau sedang mencari gadis yang bernama Lily itu."

"Baiklah, kami juga akan membantumu mencarinya."

Wajah Chamuel kelihatan tidak senang ketika Edward membicarakan tentang Lily terus-menerus, dia terlihat seperti seorang gadis yang tenngah cemburu ketika orang yang disukainya membicarakan wanita lain selain dirinya.

"Hmph! Chamuel gak mau!"

"Tentu saja kau akan ikut dasar bodoh! Setidaknya buat dirimu berguna dikit!"

Chamuel merasa tidak ada pilihan lain, meskipun dia sebenarnya tidak mau mencari gadis yang bernama Lily ini karena dia bisa mengganggu rencananya, tapi dia juga tidak mau jika harus mendengarkan ceramah panjang dari Zadkiel yang sangat membosankan baginya itu.

"Tidak ada pilihan lain, Chamuel yang imut ini akan membantu mencari gadis bernama Lily itu."

Chamuel pun setuju unuk membantu Edward untuk mencari Lily, Yamamoto berencana mulai mencarinya besok pagi karena malam adalah waktu yang sangat berbahaya di dalam hutan, dia pun menyuruh Edward beristirahat terlebih dahulu agar dia bisa memulihkan tenaganya dan mencari Lily besok.

Yamamoto pun pergi ke teras rumahnya sambil memandang gelapnya malam di hutan dengan tatapan kosong seolah-olah pikirannya sedang menuju ke tempat lain. Tiba-tiba Chamuel membuka pintu rumah dan berdiri di samping Yamamoto yang sedang melamun itu.

"Yama-chan, kamu tidak menceritakan padanya tentang masa lalumu ya?"

"Itu tidak perlu, lagipula ketika aku memasuki hutan ini aku sudah memutuskan untuk membuangnya."

"Tapi bukankah itu tidak baik untukmu, maksudku Zad-chan juga pernah bilang kalau kamu sebaiknya keluar dari hutan ini dan-"

"Sudah Cukup! Aku tidak mau membahas tentang hal itu lagi!"

Yamamoto pun menoleh ke arah Chamuel dengan ekspresi tidak senang tergambar jelas di wajahnya. Chamuel yang menyadari hal ini pun berhenti untuk membicarakannya lagi, dan mencoba mengganti topik pembicaraan.

Pagi pun mulai datang, kegelapan hutan pun perlahan menghilang diganti cahaya matahari yang perlahan mengusir kabut tebal dari Hutan Kematian itu. Ini adalah waktunya untuk mencari Lily yang hilang, Edward pun mulai bangun dari tidurnya, dia pun menyadari ada hal yang aneh, hidungnya mencium bau yang harum dan seperti susah bernapas.

"Apa ini?"

Edward pun perlahan membuka matanya yang masih setengah bangun itu dan melihat sesuatu yang mungkin bisa membuatnya menyesal sepanjang hidupnya.

"Apa ini? Apa yang terjadi?"

Dia melihat Chamuel yang tertidur dengan memeluk kepala Edward dan menempelkan wajah Edward di dadanya yang datar itu. Normalnya, laki-laki pasti akan senang ketika ada wanita yang melakukan ini padanya tetapi itu hanya berlaku jika yang melakukannya adalah wanita normal, bukan seorang gadis yang bertubuh seperti anak kecil.

Edward pun segera berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Chamuel, tetapi Edward merasakan perasaan yang sangat aneh di dalam dirinya, dia seperti merasakan kesenangan yang dia tidak pernah dapatkan selama ini.

"A-apa yang terjadi denganku?"

Chamuel pun mulai bangun dari tidurnya, dia membuka matanya dengan perlahan dan melihat Edward yang sedang kebingungan karena sesuatu yang telah terjadi kepadanya.

"Selamat pagi, SA-YANG-KU!"

"(blush)I-imut!"

Dengan sadar Edward memukul wajahnya sendiri dengan sangat keras sehingga pipinya terlihat memerah dan dia pun kesakitan, Edward sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi kepadanya sehingga dia bisa terpesona dengan keimutan Chamuel seperti ini. Edward pun mulai meragukan kewarasannya dan bertanya kepada dirinya sendiri, selama ini dia tidak pernah mempunyai hasrat apapun kepada gadis kecil dan tidak pernah sekalipun berpikir yang aneh-aneh tentangnya.

"A-apa ini? Apa dia seimut ini? A-apa aku selama ini seorang Lolicon?"

Chamuel pun tersenyum manis kepada Edward dan membuat wajah Edward memerah tersipu malu, dia mulai mendekati Edward dan membuat Edward semakin terpojok tidak tahu harus berlari kemana, dia mau segera pergi dari situ tetapi kakinya seperti tidak mau meninggalkan tempat itu, dia seperti sudah terhipnosis dengan keimutan wajah Chamuel.

"Cukup sampai disitu Chamuel!"

Chamuel sedikit kesal karena Yamamoto yang tiba-tiba datang dan mengganggunya untuk melancarkan serangan kepada Edward dan membuatnya menjadi milik Chamuel seutuhnya sebelum dia bertemu dengan yang lainnya.

"Tch! padahal tinggal sedikit lagi!"

Tiba-tiba Edward kembali seperti semula, dia merasa bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sehingga dia bisa menjadi seperti tersihir dengan pesona Chamuel.

"Kau telah terkena Sihir Cinta dari Chamuel, mulai sekarang berhati-hatilah dengannya, karena itu bisa membuatmu tidak bisa melawan."

"Sungguh mengerikan!"

Merasakan dirinya terancam Edward segera menjauh dari Chamuel, sekarang dia merasa Paranoid terhadap Chamuel dan selalu waspada terhadap semua gerak-gerik yang Chamuel buat, dia tidak mau terkena Sihir Cinta yang sangat mengerikan baginya itu lagi.

Edward pun segera berlari keluar kamar dan segera bersiap-siap untuk mencari Lily yang menghilang meninggalkan Yamamoto dan Chamuel sendirian.

"Tapi, selama aku mengenalmu kurasa ini pertama kalinya kau menggunakan Sihir Cinta untuk dirimu sendiri, apa kau suka dengan pemuda itu"

Mendengar kata-kata dari Yamamoto, Chamuel pun melamun membayangkan hal yang telah terjadi kepadanya dengan sedikit muram. Lalu setelah itu Chamuel kembali ke dirinya yang semula dan melangkah ke depan Yamamoto, dia sedikit membungkuk sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya yang kecil itu.

"RA-HA-SI-A!"

Edward menemukan sesuatu yang sangat aneh, dia terus menatapnya dan merasa bingung dengan apa yang dilihatnya. Itu adalah sesuatu seperti bola bersinar berwarna hijau terang yang terlihat diam seperti sedang mengamati sesuatu. lalu dengan Tiba-tiba, bola itu terbang dengan cepat dan membuat Edward sangat terkejut.

"A-apa yang terjadi?"

Terdengar suara seperti sesuatu yang sedang menuju ke sini, itu seperti suara hentakan kaki sesuatu yang besar yang bahkan membuat tanah terasa bergetar seperti gempa bumi.

Edward yang menyadari itu langsung memanjat pohon dan bersembunyi di balik dedaunan agar tidak ketahuan oleh makhluk raksasa yang sedang datang itu. dan makhluk itu berjalan tepat di depan pohon yang Edward gunakan untuk bersembunyi, Itu adalah seekor monster yang berukuran raksasa yang berbentuk seperti buaya, dia memiliki kulit hijau yang sangat tebal, gigi-gigi yang runcing dan tajam dan juga ekor besar yang terlihat sangat kuat.

"Monster! Apa dia sedang mengejar bola bersinar tadi."

Edward yang masih penasaran dengan bola misterius tadi mengikuti monster buaya itu secara diam-diam, dia meloncat dari dahan satu ke dahan lainnya dengan sangat hati-hati agar monster itu tidak menyadarinya.

Monster itu terus berjalan mengejar bola yang bersinar itu dan menyudutkannya ke dalam tembok tebing yang sangat tinggi, dengan perlahan Monster buaya itu mendekati bola misterius dengan membuka mulutnya yang penuh dengan gigi-gigi tajam yang akan merobek apapun yang digigitnya.

"To-tolong aku."

Suara yang terdengar sangat lirih terdengar dari bola misterius itu, Edward pun terkejut karena bola itu ternyata bisa berbicara.

"Bola itu bisa bicara?"

"To-tolong siapa saja selamatkan aku!"

Tanpa pikir panjang Edward langsung menyerang Buaya itu, dia memukul bagian kepala dari buaya dengan pukulan yang diperkuat oleh sihirnya.

"Iron fist!"

Buaya itu terkena serangan Edward dengan telak tetapi dia terlihat baik-baik saja berkat kulitnya yang tebal dan keras. Buaya itu pun kemudian menyerang Edward dengan mengibaskan ekornya, dengan cepat Edward memegang bola itu dan melompat menghindari kibasan ekor Buaya.

"Sial dia sangat tangguh!"

Kibasan ekor dari buaya itu sangat kuat sehingga membuat pohon-pohon di sekitarnya terlempar karena kekuatannya, Edward yang menyadari betapa berbahayanya buaya tersebut pun memutuskan untuk menghindari bertarung dengan buaya itu dan kabur, dia tidak mau harus mempertaruhkan nyawanya kalau dia bisa menyelamatkan bola misterius itu tanpa bertarung.

Edward pun segera memanjat pohon dan melompat dari dahan ke dahan secara cepat sambil membawa bola itu di tangannya. Tetapi seperti yang Edward sudah duga buaya itu tidak mau melepaskan mereka begitu saja dan tetap mengejar Edward dengan cepat.

"Tch! Dia keras kepala!"

"(Sparkling Beam) Kira Kira Beam~"

Tiba-tiba muncul cahaya seperti laser berwarna Pink dengan sangat cepat menuju buaya itu, buaya itu tidak bisa menghindari cahaya itu pun terkena dan dia meledak seperti balon yang meletus dan menyebarkan hujan darah disekitarnya. Edward yang melihat kejadian itu pun hanya tertegun dan tidak bergerak merasakan kengerian yang baru saja terjadi di hadapannya, dia menoleh ke arah dimana cahaya itu berasal dan melihat sosok Chamuel yang sedang berpose aneh.

"Chamuel?"

Chamuel terbang ke arah Edward dengan cepat dan mendarat dengan pose aneh lainnya dengan wajah bahagia seperti biasanya, dia pun seperti menantikan pujian dari Edward karena telah mengalahkan buaya yang mengejarnya itu.

"Yay~ bagaimana dengan aksiku? Puji aku Ed-chan."

Edward merasakan apa yang dilakukan Chamuel adalah hal yang paling horror yang pernah dia lihat, selama ini memang Edward sudah pernah mengalahkan banyak monster, tetapi dia tidak pernah membunuh mereka sehorror ini.

"S-serem!"

"Mum...Ed-chan jahat!"

"Tunggu dulu...Chamuel, bukannya kita sudah sepakat untuk berpencar?"

Chamuel pun hanya memasang wajah bodoh seolah-olah tidak tahu apa yang Edward bicarakan, selama ini dia terus mengikuti Edward secara diam-diam dan bersiap untuk membuat kejutan kepada Edward, setelah melihat Edward yang dikejar oleh monster buaya, Chamuel pun berpikir kalau dia membunuh monster itu dengan sangat mencolok, mungkin Edward akan terkagum kepadanya dan memujinya atas aksinya itu.

"Te~he!"

"Jangan berpura-pura bodoh!"

"Itu tidak masalah kan? Lagipula Chamuel tidak mau kehilangan kesempatan untuk berduaan dengan Ed-chan."

"Berdua...!"

Edward merasa tidak enak dengan apa yang Chamuel katakan, dia teringat tadi pagi Chamuel telah memakai sihir Cinta dan membuat Edward merasa seperti Lolicon. Dengan perasaan penuh kecurigaan, Edward menjaga jarak dari Chamuel dan meningkatkan kewaspadaannya ke level maksimal sehingga dia tidak akan kecolongan lagi.

"Eh? Ed-chan, kenapa kau menjauh?"

"Te-terima kasih."

Tiba-tiba bola itu memudar dan di dalamnya terdapat makhluk tidak pernah Edward lihat sebelumnya, makhluk itu memiliki empat sayap transparan yang berwarna hijau, tetapi tidak, ukurannya juga kecil seperti boneka yang biasa dimainkan oleh anak-anak.

"Pe-perkenalkan na-namaku I-iris, A-aku adalah Dryad."

Makhluk itu terlihat sangat kikuk dan pemalu, dia berbicara sambil menatap ke arah lain seolah tidak mau melihat mata Edward, cara bicaranya pun seperti seorang pemalu yang tiba-tiba disuruh ke depan kelas untuk presentasi sendirian.

Chamuel yang melihatnya nampak tidak terkejut, dia sudah berulang-ulang kali bertemu Dryad di kehidupannya sedangkan Edward nampak penasaran karena dia tidak pernah melihat ras Dryad sebelumnya.

"Dryad? Hmmm...Pertama kali aku melihatnya."

Ras Dryad adalah ras yang selalu tinggal di hutan, jarang dari mereka yang meninggalkan hutan dan hidup berdampingan dengan res lain, mereka selalu berpindah-pindah seperti halnya ras Siren.

Sangat banyak hal yang mau Edward tanyakan tentang Iris dan ras Dryad, tetapi dia teringat dengan sesuatu yang lebih penting yaitu mencari Lily yang sudah seminggu terpisah darinya.

"Ngomong-ngomong apa kau pernah melihat gadis berambut putih panjang sampai kaki, bermata merah dan memakai gaun putih?"

"Ke-kenapa ka-kamu me-mencari ga-gadis i-itu."

"Dia adalah temanku yang sudah terpisah dariku selama seminggu."

"Te-teman?"

"Ya, dia bernama Lily."

"He-heeh..."

"Huh...kurasa aku tidak punya pilihan lain, aku akan melanjutkan pencarian Lily bersama Chamuel."

"Lets go~!"

"Tu-tunggu! To-tolong ikut be-bersamaku!"

Chamuel memasang muka curiga dan mendekati Iris, dia merasa aneh karena tiba-tiba Iris mengundang Edward untuk ke rumahnya apalagi dia telah diselamatkan oleh Edward dari Buaya raksasa, dia merasakan ancaman kalau Iris bisa menjadi saingan barunya.

"Apa jangan-jangan kau mengincar Ed-chan ku."

"Bu-bukan se-seperti i-itu, a-aku ti-tidak bi-bisa me-menjelaskannya se-sekarang ta-tapi to-tolong i-ikuti a-aku."

Edward merasa tidak tega setelah melihat Iris yang sangat kikuk berusaha sekuat tenaga untuk mengatakan itu, dia memutuskan untuk mengikuti Iris Edward dan Chamuel yang semula tidak mau pun memutuskan untuk bersama Edward karena dia merasakan hal yang mencurigakan dari Iris.

karena sifat iris yang sangat pemalu dan kikuk suasana pun menjadi sangat canggung, Edward berusaha mencari hal yang seru untuk dibicarakan tetapi dia tidak pernah menemukannya hingga akhirnya Iris pun sampai di tempat tujuannya.

Itu adalah sebuah rumah yang terletak di atas dahan pohon besar, rumah itu terlihat kecil dan sederhana tetapi itu akan terlihat cukup besar jika tubuhmu seukuran Iris, di bawahnya terdapat papan-papan kayu lebar yang sengaja dibuat sebagai teras rumah.

"Apa itu rumahmu?"

"Ma-mari ma-masuk."

"Eh? Masuk?"

Edward bingung dengan yang Iris ucapkan karena itu terlihat tidak mungkin seorang manusia bisa masuk ke dalam rumah yang bahkan pintunya hanya sebesar telapak tangan manusia biasa.

"Ba-bagaimana caraku masuk?"

Iris pun segera tersadar bahwa Edward tidak akan muat masuk ke dalam rumahnya, dia terlihat malu dan menutupi wajah merahnya dengan tangan.

"Ma-maafkan A-aku, a-aku lu-lupa te-tentang i-itu."

Menanggapi itu Edward hanya tertawa canggung sambil menggaruk-garuk rambut yang tidak gatal.

Iris pun merapalkan mantra sihir, yang membuat di sekitar Edward muncul lingkaran sihir berwarna hijau dan tubuh Edward mulai bercahaya.

"Apa yang terjadi?"

Tiba-tiba tubuh Edward menyusut, Edward pun terlihat sangat panik karena tubuhnya terus menyusut hingga tubuhnya terlihat sama dengan Iris.

"Ma-maaf karena a-aku tidak me-memperingatkanmu se-sebelumnya."

Edward terkagum dengan sihir Iris, dia tidak menyangka kalau sihir seperti itu benar-benar ada di dunia ini.

"Wow itu sihir yang keren! Bagaimana caramu melakukannya!"

Iris terlihat malu dengan pujian Edward dan menutupi muka merahnya dengan tangannya yang kecil itu. Chamuel terlihat iri dan mengeluarkan muka cemberut, dia tidak mau masuk ke rumah peri itu dan lebih memilih untuk berada di luar.

Lalu setelah itu Iris mempersilahkan Edward untuk masuk ke rumahnya, Edward pun masuk dan melihat Lily yang sedang bermain-main dengan seorang Peri.

"Lily!"

"Ed!"

"S-syukurlah ternyata be-benar ka-kalau dia itu o-orang yang kamu ca-cari."

Lily pun berlari dengan wajah yang ceria dan memeluk Edward dengan erat.

"Ed, kangen!"

Melihat itu, wajah Iris pun kembali memerah lagi dan dia menutupinya lagi dengan tangan. Sementara itu Lily terus memeluk Edward seperti anak ayam yang merindukan induknya, Edward pun hanya tersenyum dan mengusap kepala Lily dengan halus.

"Syukurlah kau baik-baik saja Lily."

Tiba-tiba pintu dari rumah Iris terbuka dan terlihat Chamuel dengan muka marah dengan cepat menghampiri Lily dan Edward, dia mencoba melepaskan pelukan Lily.

"Le-pas-kan di-a!"

"No! Ed, masih kangen!"

Pelukan Lily pun menjadi semakin kuat, Edward terlihat kesakitan karena pelukan Lily sampai dia hampir tidak bisa bicara dan mukanya semakin membiru.

"To-long...Henti-kan...i-tu...ka-lian...ber-dua!"

Chamuel berusaha keras melepaskan pelukan Lily kepada Edward sampai-sampai wajahnya terlihat memerah, sedangkan Edward terlihat wajahnya membiru karena sudah tidak bisa bernapas lagi.

"Le-pas-kan Ed-chan!"

Akhirnya akibat karena pelukan kuat dari Lily, Edward pun pingsan karena kehabisan napas.

"Ed!"

"Ed-chan!"

Edward terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang, perasaan takjub bercampur bingung sedang ia rasakan ketika melihat sekelilingnya.

"Huh ini dimana?"

Edward melihat sebuah dunia yang terasa tidak asing baginya, dunia yang sangat indah dan berwarna-warni, dunia yang akan membuatmu terpesona dan rela menghabiskan waktumu hanya untuk mengagumi keindahannya.

Edward mencoba berjalan-jalan sambil melihat pemandangan yang sangat indah dari dunia itu, tiba-tiba saat dia berjalan masuk ke taman dia melihat seorang malaikat sedang berada di taman. Malaikat itu terlihat sendirian bermain di taman yang indahnya mengalahkan semua taman yang pernah Edward lihat sebelumnya, Edward lalu memberanikan diri untuk mendekati dan berbicara dengan malaikat kecil itu.

"Apa kau sendirian? Dimana teman-temanmu?"

Malaikat itu berbicara tetapi Edward tidak mendengar suaranya, malaikat itu lalu tersenyum dan berlari meninggalkan Edward, wajahnya tidak terlihat jelas tetapi Edward merasa sangat mengenal wajah itu, dia mencoba mengejar malaikat itu tetapi tiba-tiba matanya disilaukan oleh cahaya putih.

"Ed-chan! Ed-chan!"

Mata Edward mulai terbuka, dia melihat Lily dan Chamuel sedang berada di sampingnya dengan muka khawatir. Dia pun tersadar kalau itu hanyalah mimpi.

"Syukurlah kau sudah sadar Ed-chan."

"Ed, maaf."

"Huh...Mimpi yang sangat aneh."

"Kya~ apa kau sedang memimpikan Chamuel yang imut ini! >.<"

"Maaf tapi itu tidak mungkin! Aku bermimpi bertemu seorang anak di taman yang sangat indah."

Chamuel sangat terkejut mendengar mimpi dari Edward, wajah cerianya berganti dengan wajah serius.

"Apa jangan-jangan Ed-chan-!"

"Ada apa dengan muka serius itu? Apa kau ingin buang air?"

"Itu tidak sopan! Walaupun seperti ini aku juga seorang wanita tahu!"

"Wanita...ya..."

"Mum...kau pasti berpikir sesuatu yang tidak sopan terhadapku ya?"

Edward melihat ke arah Lily, dia terlihat menyesali perbuatannya karena telah membuat Edward pingsan dengan pelukan kuatnya.

"Lily."

"Maaf...Ed."

Edward pun bangun dan membelai rambut halus Lily dengan lembut.

"Ed...tidak marah?"

"Tentu saja tidak, mana mungkin aku marah dengan hal seperti itu, walaupun itu terasa sangat menyakitkan."

Mendengar kata-kata Edward, Lily pun terlihat lega karena dia mengira Edward akan marah padanya, lalu Lily pun tersenyum dan memeluk Edward lagi.

"Ed...suka!"

"Tidak adil! Aku juga sudah berusaha! Aku juga mau Ed-chan melakukannya padaku juga!"

Chamuel merengek seperti anak kecil yang sedang meminta permen kepada orang tuanya, melihat Chamuel yang seperti itu, itu Edward semakin sulit mempercayai kalau Chamuel adalah seorang Archangel, dan akhirnya karena kasihan Edward pun juga mengusap kepala Chamuel, dia terlihat sangat menikmati kepalanya diusap oleh Edward dan tersenyum polos seperti anak kecil.

"Ed-chan, terima kasih!"

"I-imut!"

"Kya~ Ed-chan bilang aku imut!"

"Ed...Lolicon?"

"TIDAK! AKU BUKAN LOLICON!"

Setelah itu Edward pun berterima kasih kepada Iris dan Eris yang telah menjaga Lily selama dia terpisah darinya, perasaan khawatirnya kini lenyap diganti dengan perasaan tenang. Edward, Lily, dan Chamuel lalu meninggalkan rumah peri itu dan kembali ke rumah Yamamoto. Edward yang sudah lelah dengan apa yang terjadi memutuskan untuk istirahat sejenak sampai Yamamoto kembali.

"Aku pula- ternyata mereka sudah tidur."

Yamamoto melihat Edward, Lily, dan Chamuel sedang tertidur pulas, dia pun kembali menutup pintu agar tidak membangunkan mereka.

Hari pun menjadi pagi, sinar mentari mulai memancarkan cahaya hangatnya, cahaya matahari pagi yang hangat itu perlahan mengusir udara dingin yang menyelimuti hutan itu dan diganti dengan kehangatan.

"Be-berat!"

Edward merasakan ada sesuatu yang berat sedang menindih badannya, dia mulai membuka mata dan mendapati Lily dan Chamuel sedang tertidur di bahunya. Edward terlihat kebingungan dengan situasi itu, di satu sisi dia ingin cepat-cepat menyingkir dari situ, di sisi lain dia tidak tega membangunkan Lily dan Chamuel yang tertidur seperti bayi.

"Huh...apa yang harus kulakukan?"

"Sampai kapan kau mau bermalas-malasan seperti itu? Seperti janjiku, aku akan mulai melatihmu sekarang."

"Yamamoto-san!"

"Ed, setelah kau bersiap-siap ikutlah denganku."

Edward pun sangat senang mendengarnya, karena tujuan utamanya datang ke hutan kematian akan segera dimulai meskipun ada beberapa masalah yang terjadi selama ini. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang berapi-api, Edward mengikuti Yamamoto dan mulai berlatih untuk menjadi lebih kuat agar kejadian dimana dia kalah telak dari Draconis Gamma tidak terulang lagi.

Tch!

OlphisLunaliacreators' thoughts
次の章へ