webnovel

Dalam Perjalanan (1)

編集者: Wave Literature

Sang baron membuat rencana berdasarkan informasi bahwa Kerajaan Saladin akan menyerbu kastilnya malam ini. Matahari belum terbenam, namun hari mulai gelap. Langit menjadi indah seiring dengan bergeraknya matahari ke ufuk barat. Di luar kastil, sang baron berdiri di atas batu besar di lapangan berlatih sembari melihat ke arah barat, ke mana ia mengirim para pengintai. Orang-orang lainnya sudah mengemas barang-barang mereka. Di jalan, terparkir tiga kereta kuda, dan sekitar 20 orang berdiri menunggu di sana.

Angele bertanya pada ketua pengawal, Mark, mengenai rute untuk pergi ke Aliansi Andes. Di samping para pengawal, Cecilia berdiri dan menatap Angele. Cecilia telah dijual ke Keluarga Rio, jadi dia tak memiliki tempat untuk kembali.

"Dengar-dengar, Aliansi Andes berbeda jauh dari Kerajaan Rudin?" tanya Angele.

Mark adalah seorang pria berumur 40 tahunan, dengan jenggot tebal di dagunya. Wajahnya berwarna kuning madu, dan salah satu telinganya cacat. Saat masa-masa awal peperangan, dia kehilangan separuh telinga itu karena serangan prajurit Kerajaan Saladin.

"Iya, saya pernah ke sana sekali untuk mengantar Nona Maria ke rumah barunya. Perjalanan itu sangat menyenangkan." jawab Mark.

"Kerajaan seperti Rudin dan Saladin meletakkan semua kekuasaan di tangan raja. Aliansi Andes juga memiliki raja, namun mereka juga memiliki dewan perwakilan rakyat, jadi sang raja tidak bisa melakukan apapun semaunya. Selain itu, Pelabuhan Marua adalah tempat yang sangat bagus untuk beristirahat. Tempat itu jauh lebih baik dari teritori kita, dan bahkan mungkin lebih baik dari Kota Candia!" kata Mark. Wajahnya terlihat gembira.

"Jalan-jalan di sana sangatlah bersih. Berbagai suku bangsa hidup di sana. Selain itu, ada banyak toko-toko dan kapal disana, jadi Anda bisa membeli apapun yang Anda inginkan. Tempat itu… mungkin adalah tempat terindah yang pernah saya kunjungi." kata Mark.

"Benarkah?" Angele semakin penasaran. Orang-orang di sekitarnya juga menjadi tertarik dengan cerita Mark.

"Sebenarnya, tidak terlalu jauh. Kalau kita berangkat sekarang, kita akan sampai di sana dalam waktu kira-kira setengah tahun. Dalam perjalanan nanti, kita harus menyebrangi Dataran Anser, dan perbatasan akan terlihat di sana. Ada sang baron dan Tuan Muda Angele di sisi kita, jadi akan sangat mudah untuk melawan penjahat yang akan kita temui dalam perjalanan." kata Mark dengan gembira.

"Akan ada penjahat dalam perjalanan?" Angele bertanya seraya mengernyitkan alisnya.

"Iya, tidak banyak. Sekarang keadaannya sudah jauh lebih baik." kata seorang pengawal yang berdiri di samping.

"Saya datang dari Aliansi Andes. Bertahun-tahun lalu, saya bertemu beberapa penjahat dalam perjalanan menuju tempat ini. Mereka membunuh separuh anggota kelompok saya." lanjutnya.

"Sepertinya mereka berbahaya." Angele menjawab dengan nada santai.

"Itu bukan masalah!" Suara teriakan seseorang terdengar, dan semuanya melihat ke arah suara itu. Sang baron berjalan mendekat dengan ekspresi serius, diikuti seorang pengawal yang terlihat lelah di belakangnya.

"Bersiaplah kalian semua! Anjing-anjing Saladin itu sudah melintasi perbatasan, dan akan sampai ke sini dalam 15 menit!" teriak sang baron.

Angele mengambil busur panjang dan tempat panahnya. Ia juga memastikan bahwa pedangnya ada di pinggangnya. Dia sudah siap.

Ketiga kereta kuda itu mulai berjalan. Angele dan sang baron duduk di kereta kuda pertama, dan hanya ada mereka dalam kereta itu.

"Ayah, benarkah kita membutuhkan waktu setengah tahun untuk mencapai Pelabuhan Marua? Sebenarnya, sejauh apa tempat itu dari sini…?" Di bumi, Angele bisa menjelajahi seluruh benua Asia dalam setengah tahun. Karena itulah, dia sangat penasaran sebesar apa dunia ini sebenarnya.

"Iya, terakhir kali aku ke sana, membutuhkan waktu enam atau tujuh bulan untuk sampai." Sang baron menjawab sambil mengernyitkan alisnya.

"Jangan khawatir, kita punya cukup banyak uang. Dalam perjalanan, kita akan berhenti dua kali untuk membeli perbekalan. Dalam situasi terburuk pun, kita masih bisa berburu di hutan." lanjut sang baron.

"Bagaimana keadaan mata Ayah?" tanya Angele sambil mengangguk.

"Tidak apa-apa, aku masih bisa hidup dengan satu mata." jawab sang baron. Angele terdiam, dan menyuruh Zero untuk memeriksa kondisi tubuh ayahnya.

'Karl Rio: Kekuatan sekitar 2.2, kecepatan sekitar 2.4, daya tahan sekitar 2.1. Kondisi: Terluka, kekuatan dan daya tahan akan naik, sementara kecepatan akan turun.' Zero melaporkan. Angele terkejut dan tidak percaya saat melihat kekuatan ayahnya jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya.

'Tampilkan data sebelumnya.' perintah Angele.

'Karl Rio sebelum terluka: Kekuatan sekitar 2-4, kecepatan 3.4, daya tahan 3.9.' jawab Zero.

'Mengapa tingkatannya berkurang?' tanya Angele.

'Luka dalam permanen.' Zero menjawab.

'Apakah bisa dipulihkan?' tanya Angele.

'Kesempatan untuk pulih 11%. Ia membutuhkan banyak obat-obatan hasil olahan khusus.' Zero melapor, dan menampilkan berbagai macam nama-nama obat. Saat ini, tidak mungkin Angele bisa menemukan semua obat itu, sehingga tidak mungkin baginya untuk menolong sang baron sekarang. Angele menarik nafas dalam-dalam dan menghela nafas.

Lima hari berlalu semenjak perjalanan mereka dimulai. Sepanjang perjalanan, hanya ada pepohonan di sekitar mereka. Angele dan sang baron duduk di kereta kuda pertama, sementara kedua kereta kuda lainnya terisi penuh dengan penumpang dan perbekalan, terutama air dan makanan. Beberapa wanita bahkan harus berjalan sejenak untuk mengistirahatkan kudanya.

Angele duduk di dalam kereta kudanya untuk memulihkan dirinya. Pertarungan itu membuatnya terluka parah, dan sekarang ia membutuhkan istirahat yang cukup. Chip-nya membuatkan rencana untuk mempercepat pemulihannya, dan di hari kelima ini, ia sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

Angele bangun dari mimpinya, dan duduk di dalam kereta kuda itu. Tubuhnya bergoyang-goyang mengikuti jalan yang sedikit bergelombang. Ia bisa mendengar suara 'tuk-tuk-tuk' dari kaki kuda. Sinar matahari menghangatkan interior kereta, sehingga air di dalam kereta itu juga menjadi hangat. Akhirnya, Angele membuka pintu kereta dan membiarkan udara segar masuk. Dia memutuskan untuk keluar dari kereta dan duduk di samping kusir.

Cahaya matahari terasa panas membara, dan Angele terus minum air. Kusirnya terlihat kurus kerempeng, dan baju abu-abunya membuatnya terlihat lemah. Namanya adalah Ant, salah satu saudara sang baron. Ia tersenyum saat melihat Angele duduk di sampingnya.

"Tuan Muda Angele, Anda sudah bangun." sapa Ant.

"Di mana kita sekarang?" Angele bertanya sambil menguap.

"Dua hari lagi kita akan keluar dari hutan ini. Menurut sang baron, sebentar lagi akan ada sungai di depan kita. Kita bisa mendapatkan air dari sana." jawab Ant dengan sopan.

Angele mengangguk, dan melihat ke pohon-pohon di sampingnya. Kereta kudanya terkadang bergoyang saat menabrak bebatuan di jalan. Angin panas meniup rambut pendek Angele yang berwarna cokelat, sehingga Angele masih merasa kepanasan walaupun sudah di luar. Sekarang, kemungkinan besar sang baron sedang 'bersenang-senang' dengan isterinya di belakang. Angele terdiam membayangkan hal itu.

'Zero, bagaimana kondisi tubuhku?' tanyanya.

'Aktivitas terus-menerus selama 20 detik akan membuat luka anda kembali terbuka. Perkiraan waktu sembuh: 15 hari.' lapor Zero dengan jujurnya.

'Ini akan lama…' Angele menjawab. Tiba-tiba, ia mencium sesuatu.

"Bau darah!" Bau amis tercium dari angin hangat yang bertiup di sekitarnya, dan Angele berteriak.

"Ant, hentikan semua kereta!" perintah Angele.

Ant mengangguk setelah mendengar perkataan Angele, lalu ia mengambil tongkat panjang berkain putih, dan menggoyangkan tongkat itu selama beberapa kali sebagai sinyal. Ketiga kereta itu berhenti, dan seketika itu semua orang menjadi sedikit gelisah melihat situasi ini.

"Rock, Berries, keluarlah dan periksa keadaan di samping, dan yang lainnya, bersiaplah!" Mark juga mencium bau darah itu, dan memerintahkan semua orang disana. Angele mengambil senjatanya dan melompat turun. Saat memeriksa senjatanya, Angele melihat sang baron keluar dari salah satu kereta kuda di belakangnya. Ia belum selesai mengenakan pakaiannya.

"Apa yang terjadi?" tanya sang baron dengan nada ringan.

"Ada sesuatu yang terjadi di depan, aku mencium bau darah." jawab Angele.

Jalan terbagi menjadi dua di depan. Di sebelah kiri jalan, terdapat noda darah di rerumputan yang membentuk jejak hingga ke semak belukar. Mereka akan melewati jalan kiri itu.

Suasana menjadi ribut karena semua orang berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Ekspresi wajah Angele dan sang baron berubah menjadi serius setelah melihat perisai kayu tergeletak hancur di samping jejak darah itu. Ada ukiran lencana burung hantu dan kapak di perisai kayu itu. Dilihat dari keadaan perisai yang hancur dan berlumuran darah, sangat jelas bahwa perisai yang diperkuat dengan besi hitam itu telah gagal melindungi tuannya.

次の章へ