Untuk para pendekar yang memiliki sekte, jika Song Shuhang bergabung di sekte di umur sekarang, ia sama seperti orang yang bodoh- orang berumur 90 tahun berkaki satu yang mau masuk ke peti mati tiba-tiba ingin masuk ke sekolah dasar. Meskipun orang tua ini menghadapi segala kesulitan dan masuk di sekolah, berapa banyak yang dia bisa pelajari? Pencapaian macam apa yang akan ia dapat? Lebih lagi, ia tidak memiliki masa depan- siapa tau jika ia akan mati besok?
Meskipun jika Song Shuhang berhasil menguasai ilmu dasar, waktu yang gunakan di masa depan untuk kemajuannya dan sumber daya akan lebih banyak dibanding anak kecil yang berhasil di usia 4-5 tahun.
Di satu sisi, ada muridnya melaju pesat sambil mengkonsumsi sumber daya lebih rendah dan memiliki masa depan tanpa batas
Di sisi lain, Song Shuhang yang akan kesulitan membuat kemajuan dengan mengonsumsi sumber daya dan memiliki masa depan yang suram
Selama petinggi di sekte tidak memperlonggar, mereka tidak akan menghabiskan waktu, usaha, bimbingan, dan sumber daya pada Song Shuhang.
Jika teman di grup Sembilan Provinsi Nomor Satu merekomendasikan Song Shuhang ke dalam sekte, mereka akan mengurusnya untuk beberapa saat saja, mereka tidak bisa merawatnya selamanya!
Peramal Trigram Abadi tidak bisa menyangkalnya. Dia tidak berpikir matang dibanding Sungai Utara si Pendekar Kelana dan hanya berpikir untuk menjadi pendekar kelana banyak kesulitannya. Ia tidak berpikir untuk Song Shuhang, sekte bukan pilihan yang lebih baik.
"Maka dari itu, perbedaan antara sekte dan mengembangkan diri sendiri itu tidak beda jauh bagi Song Shuhang. Dengan cara ini, membiarkan dia memutuskan pilihannya sendiri adalah yang terbaik. Meskipun pilihannya salah, sejak dia memilih sendiri, ia tidak akan bisa menyalahkan siapapun," balas Sungai Utara si Pendekar Kelana.
Bagi mereka, senior pendekar kelana, apa yang mereka bisa lakukan adalah membimbing Song Shuhang kapanpun dia butuh bantuan.
❄❄❄
Kota Kampus Jiangnan, Asrama.
Song Shuhang bersandar di kursinya dan melihat gelas yang tertutup di sebelah mejanya. Itu berisi sisa ramuan; itu diperlukan untuk teknk meditasi dan teknik pukulan Tabib untuk memperlihatkan efeknya.
Saat itu, melodi lagu terdengar. Itu suara ponselnya.
Song Shuhang menekan tombol jawab dan suara Tubo terdengar, "Shuhang, kau sudah selesai membereskan dua kotak besar itu? Kalau sudah, datang kesini. Rumah Yangde sudah ketemu! Kau harus kesini dan bergabung dengan kami untuk makan malam."
"Baiklah, aku akan kesana sekarang. Kirimkan alamatnya." balas Song Shuhang.
"Aku akan mengirimnya lewat SMS." Tubo menutup telponnya.
Selesai telpon, Song Shuhang menaruh ponselnya dan melihat keluar balkon melalui jendela.
Mungkin ia harus menyewa kamar di luar kampus seperti Yangde juga.
Ia tidak perlu tinggal di luar, tapi untuk nanti, ketika ia ingin membuat ramuan obat atau mengembangkan diri, ia akan perlu tempat yang tidak diganggu siapapun.
'Jika aku ingin menyewa kamar di luar, aku harus bekerja paruh waktu?' Song Shuhang itu mahasiswa biasa, ia tidak memiliki kemampuan komputer seperti Yangde dan hanya bisa bekerja paruh waktu untuk mendapat uang.
Omong-omong, bagaimana senior-senior di grup Sembilan Provinsi Nomor Satu mendapatkan uang? Mereka tidak terisolasi dari dunia, dan memerlukan uang untuk keperluan sehari-hari,bukan? Setidaknya, mereka perlu membayar listrik dan internet atau semacamnya.
Selagi ia berimajinasi, Tubo mengirimkan pesan dengan lokasi.
Area Jalan yang Menguntungkan, Blok 221D Kamar 602.
Ini jalan dekat College Town.
❄❄❄
Daerah ini cukup bagus dan ini dekat dengan kampus. Yangde menemukan tempat yang bagus.' Song Shuhang melihat peta di ponselnya dan mengikutinya ke lokasi yang dikirim Tubo.
Area Jalan yang Menguntungkan itu daerah perumahan lama. Karena pengelolaan konstruksinya kacau,bangunan-bangunannya banyak perubahan, dengan ukuran yang berbeda dan lorong yang malang melintang. terlihat berantakan meskipun dilihat dari kejauhan.
'Jika ini tempatnya, aku bisa lewat jalan pintas dan mengurangi waktu.' berpikir sampai sini, Song Shuhang menuju ke lorong, dengan figurnya seperti ikan yang berjalan dijalan yang berlawanan.
Lorong -lorong terpencil ini tempat berkumpul anak berandal dulu.
Omong-omong tentang anak berandal, ia masih terpikir dengan grup yang kalah 2 hari lalu.
Grup anak berandal itu dikalahkan dalam hitungan detik- setiap pukulan sampai ibu mereka tidak mengenali mereka- sudah sadarkan diri setelah 2 hari tidak sadarkan diri.
Setelah kejadian itu, jurusan kampusnya memberikan tugas untuk mencari tahu bagaimana mereka kehilangan kesadaran.
Anehnya, tidak ada satupun dari mereka yang ingat dengan kejadian itu meskipun mereka paksa. Bagian kejadian itu hilang dari ingatan mereka dan merekapun tidak tahu alasan mereka dirawat. Di ingatan mereka, mereka masih merokok dan berlagak keren di lorong kecil, setelah itu bangun di rumah sakit; mereka kebingungan.
Rumah sakit juga tidak bisa mengetahui akar permasalahannya dan hanya bisa mendiagnosa mereka sebagai lupa ingatan sebagian jadi masalah ini selesai di sini.
Kejadian ini menjadi salah satu kejadian yang tidak terduga di Kota Kampus Jiangnan.
'Jelas-jelas, ingatan mereka dirusak' pikir Song Shuhang.
Jika hanya 1 atau 2 ingatan yang samar, itu bisa karena kepalanya dipukul, jadi menghasilkan ingatan yang tidak jelas. Namun, itu banyak orang, dan semuanya kehilangan ingatan, dimana mereka dipukul. Tidak ada kebetulan seperti itu di dunia ini.
Karena kejadian itu, grup anak berandal, sekarang mereka sedang dihukum-dulu, lorong-lorong ini dipenuhi oleh mereka, tapi beberapa hari ini sudah berkurang drastis.
Setelah itu, pengamanan ditingkatkan di daerah ini.
Ada pepatah: 'Berkata celaka, lalu celaka!'
Oh, tunggu, itu salah. Seharusnya: 'berkata celaka dan celaka itu datang.'
Ketika kata 'para penjahat' muncul di pikiran Song Shuhang, tiba-tiba grup anak berandal itu muncul di depannya.
Ada 7 orang, berambut panjang yang di warnai. Telinga, bibir, dan hidung ditindik, dan mereka semua memiliki rokok di mulut mereka. yang kurang adalah tulisan di dahi mereka, 'aku sedang di masa berontak, aku anak berandal'
Sasaran mereka bukan Song Shuhang. Jika mereka bukan anak berandal, mereka jarang memancing Song Shuhang yang terlihat ia bisa berkelahi.
Saat ini, anak berandal itu tersenyum sinis sambil mengelilingi perempuan muda. Salah satu dari mereka, tingginya sekitar 172 cm, sedang di posisi 'Kabedon'1 memaksanya mundur ke tembok.
"Perempuan cantik, apa kau merasa sendirian disini? Apa kau ingin bermain dengan kami?"
"Tidak perlu bayar, dengan berbagai macam kenikmatan."
Itu akan sangat nyaman."
"Beberapa lelaki ini akan menemanimu bermain."
"Ada toko kecil yang cukup enak di dekat sini, tidak jauh dari sini. Aku jamin kau akan ketagihan bermain setelah mencobanya sekali."
Anak-anak berandal itu merayu dan menggiurkan.
Lalu Song Shuhang melihat perempuan muda itu yang dikelilingi oleh mereka.
Kira-kira tingginya 150 cm, berambut pendek, dan berwajah cantik walaupun tanpa riasan wajah, ia terlihat seperti anak sekolahan karena badannya yang mungil. tapi umurnya mungkin lebih tua.
Perempuan yang cantik dan menggemaskan di lorong kecil, itu akan menjadi pertanyaan jika ia tidak menarik anak-anak berandal ini. Jadi perempuan tidak seharusnya di daerah yang sepi.
Sekarang, alis perempuan itu mengerut, dan terlihat jelas ia tidak senang.
Walaupun dengan ekspresi begitu, ia masih terlihat menggemaskan.
"Ey, meskipun kau marah, kau masih terlihat menggemaskan. Biar aku menyanyangimu, ok?" Anak berandal itu menutupinya dengan senyuman sinis sedangkan tangannya di tembok dan yang satunya mencoba mengelus wajahnya.
Song Shuhang mendesah karena ia tidak bisa melihatnya lagi.
Ia mengepalkan tangannya sambil mengambil langkah yang lebar maju.
Karena ia baru saja diperkuat oleh ramuan obat, ia tidak bisa mengendalikan kecepatannya, dan hanya dengan sedikit dorongan, ia berlari kencang.
Anak berandal yang sedang menggoda perempuan muda itu hanya merasa matanya kabur dan setelah itu, Song Shuhang yang berjarak 7-8 meter di belakangnya tiba-tiba muncul di sampingnya.
Yang dilihatnya hanya tangan Song Shuhang terjulur dengan telapak terbuka sebelum tangannya menjambak rambut emasnya.
Anak berandal yang berambut emas itu tingginya sekitar 172 cm dan Song Shuhang hanya sedikit lebih tinggi darinya.
"Hei, apa kau tidak bisa melihat perempuan ini tidak ingin bermain denganmu?" Song Shuhang agak menekan tangannya dan mengangkat anak berandal itu ke atas.
Apa! Bahkan Song Shuhang sendiri terkejut. ia tahu kekuatannya bertambah banyak setelah meminum ramuan obat, Namun, ia tidak mengira orang yang beratnya 100 kg lebih itu ringan seperti tongkat kayu di tangannya.