"Nona, bagaimana kau tahu?" tanya kakek Tubo dengan penasaran. "Memang, setelah pemeras Huang membangun batu nisannya dan didirikan, ia meninggal 7 hari kemudian. Yang terjadi selanjutnya… seluruh keluarganya berisi 10 orang lebih satu per satu meninggal dalam kurun waktu tidak sampai setahun. Semua orang di area ini bilang kejadian ini ganjil. Pemeras Huang… bajingan itu sudah membuat batu nisan yang besar dan mengubur seluruh keluarganya."
"Oh, itu karena ada arwah hantu di dalam Kuil Lampu Hantu, jadi pemilik yang membeli kuil itu dan menyegelnya untuk mencegah arwah jahat berbuat jahat. tapi seseorang meruntuhkannya, apalagi, membangun batu nisan di atasnya… ini namanya bunuh diri. Arwah hantu bisa mengikuti aura dari batu nisan itu dan mencari pemiliknya dan anggota keluarganya untuk dibunuh. Kematian seluruh keluarganya bisa dibilang keberuntungan karena tidak 9 keturunan keluarganya meninggal." jawab si Bulu Lembut. Pengetahuan ini tidak perlu disembunyikan dari orang-orang biasa- jadi ia menceritakan semuanya langsung.1
Kakek Tubo terdiam menatap cukup lama si Bulu Lembut dan berseru, "Tahayul! Anak muda, kau seharusnya percaya pada sains. Pengetahuan adalah tenaga. Jangan belajar dari tahayul-tahayul itu." Kakek Tubo bisa dianggap orang tua yang modern.
"Chi--" Shuhang tidak bisa menahan tawanya dan tertawa terbahak-bahak.
Namun, setelah tertawa, ia merasa merinding.
Apa itu benar-benar tahayul? Sesungguhnya, itu sesuatu yang kebetulan?
Wajah si Bulu Lembut langsung memerah malu dan merasa canggung; kadang-kadang, ia cenderung benar-benar malu.
Untungnya, kakek Tubo tidak membicarakan topik itu terlalu lama. Dia itu kakek tua yang sangat cerewet dan memiliki pengetahuan yang luas.
Shuhang dan si Bulu Lembut beristirahat di rumah kakek Tubo sampai jam 9 malam, sambil berbincang-bincang.
Song Shuhang dan si Bulu Lembut meminjam sepeda motor Tubo dan kembali ke hotel.
"Ayo tidur lebih cepat." Song Shuhang merasa lelah secara mental dan fisik, setelah seharian. Setelah berpamitan untuk tidur, ia masuk ke kamarnya untuk beristirahat.
Si Bulu Lembut tersenyum manis sambil melambai.
❄❄❄
"Senior, bangun. Bangun!" Ia sedang ada di alam mimpi, Song Shuhang merasa sesak di dada; setelah itu, tangan kecil yang dingin menepuk wajahnya.
"Hmm? Biarkan aku tidur sebentar lagi, aku lelah." Song Shuhang mengibas dan memukul sesuatu di wajahnya.
"Senior, sudah hampir waktunya. Bangun." Sepasang tangan kecil itu memukul wajahnya.
Tangan kecil itu dingin dan nyaman saat ditekan di wajahnya.
Shuhang yang sedang tertidur hanya bisa membuka mata setengah sadar dan setelah itu ia melihat wanita cantik sedang duduk di dadanya dengan posisi yang menggoda.
Dengan buah dada yang besar, pinggang yang kecil, dan kaki yang panjang dan rambut hitam sepanjang pinggang dan pantat kecil ada di dadanya… itu si Bulu Lembut.
Ada pepatah, apa yang kau pikirkan di siang hari, kau akan mimpikan itu.
Ia melihat si Bulu Lembut sepanjang hari, jadi itu biasa baginya untuk bermimpi tentangnya. Maka dari itu, Song Shuhang hanya tertawa konyol dan melanjutkan tidur.
"Senior, ayo bangun." kedua tangan si Bulu Lembut merangkap wajah Shuhang dan memukul wajahnya.
Sial, ini bukan mimpi. si Bulu Lembut naik ke kasurnya waktu tengah malam.
Apalagi, hanya dia yang punya kunci kamar, jadi bagaimana si Bulu Lembut masuk ke kamarnya? Ini lantai 23, demi Tuhan!
Lalu ia melihat jam- jam 11 malam.
Nona, sangat salah kau naik ke kasurku di tengah malam.
"Ada apa?" Song Shuhang berusaha tenang dan bertanya.
"Ayo pergi ke Kuil Lampu Hantu." balas si Bulu Lembut. Paling mudah untuk menemukan arwah hantu di malam hari."
Apa? Arwah hantu?
Nona, kau datang jauh-jauh ke Kota J dan mencari Kuil Lampu Hantu hanya untuk menangkap arwah hantu?
Kau bercanda?!
Dia mengira bahwa si Bulu Lembut datang ke Kuil Lampu Hantu untuk urusan penting… ia tidak pernah mengira orang datang jauh-jauh hanya untuk menangkap arwah hantu.
"Baiklah, baiklah. Aku langsung bangun. Kau bisa turun dulu dari tubuhku?" Song Shuhang tersenyum kecut. Lagipula, itu tanggapan laki-laki normal.
Dengan tubuh yang sangat indah Bulu Lembut duduk di atas tubuhnya, ia sudah bereaksi sejak tadi. Sungguh! Apa nona ini tidak takut instingnya mengambil alih?
Erm… mungkin Bulu Lembut tidak akan takut. Dengan kekuatannya bisa menghabiskan 5 pemabuk dengan tendangannya, jika Song Shuhang menyerangnya, akan terjadi tragedi.
Si Bulu Lembut mengangkat tubuhnya dengan satu tangan dan melompat salto sebelum mendarat dengan mulus di samping kasur tanpa suara.
Shuhang dengan susah payah berdiri dan mengganti pakaian di kamar mandi dan membilas mukanya-karena ia sudah menemani si Bulu Lembut seharian ke Kota J, mungkin ia mempertaruhkan nyawanya juga dan mengikuti ketidakwarasannya.
"Kita akan naik motor ke sana? tanya Shuhang.
"Ya." si Bulu Lembut menganggukkan kepalanya seraya menarik kopernya yang besar.
"Lalu kau akan baik-baik saja , membawa koper besar itu?" tanya Song Shuhang.
Si Bulu Lembut mengangkat tangannya dan kopernya yang terlihat enteng dengan 1 tangan. "Tidak masalah, tidak memakan banyak tempat."
Sekali lagi Song Shuhang merasa kakinya lemas.
Ia senang karena nalurinya tidak muncul- kalau tidak, lelaki yang bernama 'Song Shuhang' akan berakhir KIA- Killed in Action
❄❄❄
Suara motor menderu kencang mengganggu tidur orang-orang tengah malam. Song Shuhang dengan cepat meninggalkan hotel.
Mengikuti arahan kakek Tubo, mereka menemukan hutan dengan cepat. Itu tidak begitu sulit ditemukan tapi sekarang itu batu nisan, makanya tidak ada yang tahu tentang 'Kuil Lampu Hantu'.
Sepeda motor tidak bisa lewat lebih jauh lagi, jadi mereka hanya bisa berjalan.
"Kau perlu bantuanku?" tanya Shuhang.
"Tenang, Senior. itu hanya arwah hantu, dia tidak bisa melukaiku. Aku bisa mengatasinya dengan cepat. Senior, kau bisa menunggu di pinggir dan mengawasiku," si Bulu Lembut tertawa dengan gembira.
Ketika mereka berbincang, mereka sudah sampai di kuburan Huang Dagen dan keluarganya.
Batu nisan berbentuk kursi adalah desain yang terkenal 50-60 tahun yang lalu. Seakan Huang Dagen sudah tahu kalau ia dan keluarganya akan meninggal, batu nisan itu dibuat besar sekali, cukup untuk 14 orang dari 4 generasi keluarganya dikubur di sana.
Karena tengah malam, di sekitar batu nisan terasa agak seram.
Tanpa sadar Song Shuhang meremas bajunya dan berpikir, 'tidak ada hantu yang akan muncul,kan?'
Di sisi lain, Bulu Lembut sudah memulai aksinya.
Ketika ia membuka koper besarnya, lapisan kilau terpancar. Song Shuhang bisa melihat tumpukan batu giok, sekitar ratusan!
Ada juga lonceng ungu terlihat seperti tembaga, tapi bukan tembaga; mirip juga seperti emas, tapi bukan emas. Namun, terlihat itu barang yang mahal!
"Hu!"si Bulu Lembut meniup dan rambut hitamnya melambai walaupun tidak ada angin di sekitarnya, terlihat berani dan tangguh.
Setelah itu, si Bulu Lembut meraih kopernya. Ia mengeluarkan beberapa batang logam dan menaruhnya melingkari batu nisan itu. Batang emas ini juga terlihat mahal. Selanjutnya, ia mengeluarkan kertas jimat yang diikat dengan batang emas.
Dan itu belum selesai, ia juga mengeluarkan beberapa macam bubuk dan menaburinya di sekitar batu nisan. Sangat sulit untuk mengira-ngira terbuat dari apa bubuk itu, tapi terlihat membosankan setelah di tabur, terlihat sangat indah.
Lalu Song Shuhang menemukan beberapa batu yang bersih untuk diduduki sambil melihat si Bulu Lembut sibuk di dekat batu nisan.
Tanpa sadar, kantuk datang dan ia merasa matanya mulai kabur.
Tidak tahu sudah berapa lama, ketika ia membuka matanya setengah sadar ia melihat si Bulu lembut menari-nari kecil dengan indah mengitari batu nisan… menari disini saat tengah malam,hobinya memang unik!
Eh? Di sebelah nona itu, terlihat ada cahaya hijau, seakan menemani si Bulu Lembut menari- sangat indah. Hanya saja latar belakangnya kurang cocok. Batu nisan membuat pemandangan indah itu terlihat aneh.
Pemandangan yang begitu indah harus direkam sebagai kenang-kenangan!
Kemudian Shuhang meraih kantongnya dan di keluarkan ponselnya. Orang akan bilang Song Shuhang sangat berani. Biasanya, ketika melihat macam begini, reaksi pertama mereka akan ketakutan dan terkencing-kencing, tapi Shuhang malah mau merekamnya.
Karena ia masih setengah sadar, jarinya yang kaku membuat ponselnya jatuh ke tanah.
Cahaya dari ponselnya menyala di tanah dan menyinari benda aneh di sebelah kakinya.