webnovel

Kutukan Penyihir Putih

Thomas menggigil antara takut dan tidak percaya pada perlakuan Iris.

Berani-beraninya mayat hidup yang menjijikkan ini mencium seorang pangeran! Thomas merasa harga dirinya telah jatuh.

"Apa yang kau lakukan?!"

Wajah Thomas memerah antara kesal dan malu, masih tidak terima dengan perlakuan Iris.

Iris tidak menjawab ia bangkit dari duduknya, perlahan-lahan sebuah cahaya keluar dari tubuh Thomas terserap oleh tubuh Iris.

"Akhirnya!"

Iris berputar, melepas jubahnya, menampilkan tubuhnya yang awalnya tinggal kulit dan tulang perlahan mulai berisi, membentuk tubuh seorang manusia muda.

Thomas terpaku melihat itu, Iris menjadi sosok yang berbeda, rambut yang tadinya kusam dan tidak terawat menjadi lurus hitam panjang, kulitnya yang mengeriput itu menjadi cerah berisi, wajahnya kembali menjadi cantik, dengan bibir merah delima dan mata bulat berkilauan.

Dia berubah? Batin Thomas kebingungan.

"Bagaimana bisa kau berubah menjadi begitu cantik," ucap Thomas menyuarakan keterkejutannya. Ia ikut berdiri menatap Iris dengan kagum.

Bagaimana pun Thomas adalah laki-laki berumur dua puluh lima tahun, melihat sosok Iris menjadi begitu cantik mau tak mau ia terpesona.

"Tentu saja, aku mengambil setengah dari jiwamu. Tapi ini hanya mengembalikan setengah tubuhku dan setengah kekuatanku, aku harus menemukan manusia segera."

Iris menjelaskan lalu berlari ke kolam, menatap pantulan wajahnya, terkikik senang, tak henti-hentinya menyentuh rambut panjangnya.

"Ah! Senangnya kembali muda!"

"Apa yang akan terjadi padaku?" Thomas bertanya dengan cemas, jiwanya telah diambil setengah. Apa dia akan mati?

"Kita terikat, selama kita terhubung kamu adalah milikku."

"Aku milikmu? Aku?"

"Ya. Kita terikat sebagai pasangan."

Thomas dengan tubuh kecilnya masih belum mengerti sepenuhnya, tapi dengan berubahnya Iris ia dapat menyimpulkan jika wanita ini adalah seorang penyihir.

Penyihir apa dia? Berapa tingkat kekuatannya? Mengapa seenaknya mengambil jiwanya?

"Kalau begitu kamu bisa menolongku."

"Tentu saja, aku pasanganmu sekarang apa yang kau inginkan?"

Thomas diam sesaat, merasa ragu.

"Aku punya masalah dengan tubuhku.."

Ia hendak melangkah mendekat ke arah Iris, namun tubuhnya tiba-tiba terjatuh, hilang keseimbangan, Thomas mengerang merasakan tubuhnya seperti diserang ratusan semut, sakit menggigit.

"Apa?" Iris berbalik dan melihat Thomas yang terjatuh, setengah berlari ia menghampiri.

"Thomas!"

Thomas memegang tangan Iris, erat-erat, rasa sakit itu berpusat pada jantungnya, ia menggeliat kesakitan.

"Tenanglah, ini hanya efek dari pengambilan jiwa, kau tidak akan mati." Iris menenangkan, ia sudah pernah melihat penyihir lain melakukan ini dulu bersama pasangannya, efeknya tidak akan membunuh, hanya sakit sebentar karena hanya setengah jiwa yang diambil.

"Sakit..."

Thomas meringis, dadanya terasa digenggam tangan tidak terlihat, ia meringkuk di dekat Iris, merasakan seluruh tubuhnya kesakitan.

'Penyihir sial,' batin Thomas tak berdaya, rasa sakit di dadanya perlahan pindah ke mata kirinya.

"Arghh.." Ia membungkuk memegangi matanya, rasanya seperti dicolok oleh besi panas.

Sakit, sangat sakit dan panas. Rasa nyeri mengalir di setiap nadinya, lebih sakit daripada lecutan cambuk.

Iris segera memegang tangan Thomas, mencegah Thomas merusak matanya sendiri, ia heran, seharusnya sakit Thomas hanya berlangsung sebentar.

"Apa yang kau rasakan?" Iris bertanya, memegangi Thomas, jangankan untuk menjawab Iris, manusia itu napasnya sudah terputus-putus.

"Thomas?"

"Akh...kh..."

Rambut Thomas semakin putih, kulitnya semakin memucat, sebelah matanya yang berwarna biru ikut putih, Iris terbelalak kaget.

Ia baru menyadarinya, manusia ini terkena kutukan penyihir putih!

Thomas tergugu, matanya mengabur, sebelah matanya sudah kehilangan penglihatan, perlahan-lahan Thomas kehilangan kesadaran di pangkuan Iris.

Iris segera merangkul Thomas ke pelukannya, tubuhnya gemetar hebat.

"Litzy, aku tidak hanya mengambil jiwanya, aku juga mempercepat kematiannya," ucap Iris dengan tangan bergetar, litzy yang tadinya berwujud tikus berubah menjadi seekor kucing hitam dan mengeong pelan.

"Dia kena kutukan penyihir putih? Bagaimana ini bisa terjadi?" Iris menggendong tubuh kecil Thomas dan merebahkannya ke peti mati, tubuh itu menjadi dingin dan kaku.

Penyihir putih adalah salah satu penyihir terkuat yang pernah Iris temui, penyihir putih biasanya tidak mengutuk seseorang dengan sembarangan, hanya orang-orang dengan kejahatan berat yang dikutuk oleh mereka.

Kutukan ini ditujukan sebagai eksekusi mati secara perlahan, pertama-tama orang yang dikutuk akan kehilangan kekuatannya, tubuhnya berubah menjadi putih seiring dengan hilangnya fungsinya, dimulai dari rambut, mata, suara, hidung dan telinga, membuat siksaan yang menyakitkan hingga orang yang terkena kutukan lebih memilih bunuh diri daripada melewati semua itu.

Apa Thomas melakukan kejahatan besar hingga ia seperti ini?

Iris ketakutan, ia baru saja mendapat kekuatan kembali ke tubuh mudanya, mereka sudah terikat, ia tidak bisa mati begitu cepat.

"Bertahanlah Thomas, kau harus tetap hidup."

Iris dengan gesit mengumpulkan kayu bakar dan menyalakan api, jubah yang ia campakkan ke tanah kini beralih ke tubuh Thomas, menyelimuti tubuh mungil itu. Ia tidak pernah berlari secepat ini mengumpulkan ramuan penyembuh, tangannya dengan cepat menumbuk dedaunan di atas batu, lalu menempelkannya ke tubuh Thomas.

"Sial, tubuhnya semakin dingin!"

Litzy yang berada di dekat Thomas berubah menjadi seekor anjing besar, menindih Thomas yang tak berdaya, menyelimutinya dengan bulu hitamnya.

"Bagus Litzy, semoga dia menjadi hangat."

Iris mengelus-elus kepala Thomas, hidupnya bergantung pada bocah ini, Thomas tidak boleh sampai mati.

Mereka tetap berada di posisi itu hingga malam menjelang. Thomas tersentak bangun dan menemukan seekor anjing besar menyelimuti tubuhnya.

"Kau sudah bangun!" Irs berseru bahagia, ia melemparkan pelukan ke arah Thomas, Litzy menjilat-jilat wajahnya bahagia.

"Aku masih hidup?"

"Tentu saja, Thomas ceritakan mengapa kau dikutuk oleh penyihir putih." Iris berkata tanpa basa-basi sambil menyerahkan air hangat di dalam batok kelapa, ia juga mengumpulkan biji-bijian bunga rawa, berharap Thomas akan membaik.

Thomas menyambut air dan meminumnya dengan cepat, ia diam beberapa saat, ragu untuk menceritakan tentang dirinya kepada Iris, tapi ia tidak punya pilihan, ia terkena kutukan mati dan jiwanya tinggal setengah, tak lama lagi ia akan mati.

"Aku tidak ingat banyak," ucap Thomas memeluk lututnya, Litzy berbaring di dekat Thomas.

"Ibuku dibunuh bibiku dengan racun, kakakku dibuang ke rumah bordil, semua itu dilakukan oleh bibiku, aku ingin menolong mereka tapi malah berakhir seperti ini."

"Bibimu penyihir? Dia yang melakukannya?"

"Bukan, tapi seseorang yang berada disampingnya, mungkin pasangannya," sahut Thomas lirih.

"Aku disiksa di ruang bawah tanah, aku tahu sebentar lagi aku akan mati. Jadi aku mencoba berbagai cara untuk melarikan diri. Setiap hari aku berusaha mengingat rune sihir yang diajarkan nenekku tapi selalu gagal, aku tidak menyangka kemarin benar-benar berhasil dan sampai ke tempat ini."

Iris mendengarkan dengan cermat, sebagai penyihir yang terisolasi dari dunia luar selama ratusan tahun, Iris telah tertinggal banyak informasi, penyihir itu menyimpulkan jika Thomas mungkin adalah seorang bangsawan.

"Apa kau ingat seperti apa rune itu? Bisa kau gambar lagi?"

"kupikir aku bisa, tapi untuk apa?"

"Dengar," ucap Iris dengan suara serius, "Kita harus keluar dari sini, aku harus menemukan manusia untuk penyempurnaan kekuatanku, dan kau harus tetap hidup, aku kenal seseorang yang pernah kena kutukan penyihir putih dan ia masih hidup, kita harus bergegas sebelum kau kehilangan semuanya."

"Apa aku akan kembali ke tubuhku semula?"

"Ya. Maka dari itu ayo kita lakuan."

Bab berikutnya