webnovel

We Become Parents

Juliet "Oh,yang benar saja kini aku harus jadi seorang ibu. Aku, jadi IBU? Oh, bahkan dalam mimpi pun aku tidak pernah memimpikannya, dan kenapa juga yang jadi ayahnya adalah si Romeo? Lalu sekarang aku harus menikah sama Romeo si manusia datar itu. Gila gak sih?" Romeo "Demi memenuhi permintaan terakhir sahabat baikku yang sudah tenang di alam sana. Aku rela harus jadi ayah untuk bayi mungil yang mulai kini akan menjadi anakku, walau mungkin aku harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk bertengkar setiap hari dengan Julliet". Bercerita tentang sepasang sahabat yang lebih terlihat seperti musuh setiap kali mereka bertemu, akan selalu ada keributan di antara mereka mulai dari saling mengejek satu sama lain hingga aksi anarkis (bila hanya mereka berdua) mendapatkan amanah menjadi orang tua dari bayi sahabat mereka yang telah meninggal dunia. Mereka harus memulai langkah awal menjadi orang tua untuk bayi mungil tersebut dengan sebuah pernikahan yang tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran mereka meski kedua keluarga mereka telah menjodohkan mereka dari lahir. Mereka harus mulai membiasakan diri menjadi orang tua dan sepasang suami istri meski harus di warnai dengan pertengkaran-pertengkaran kecil di antara mereka dengan bayi kecil mereka yang selalu bisa membuat mereka pada akhirnya selalu berdamai. Juga tentang cinta di antara mereka yang tersamarkan lewat pertengkaran dan gengsi mereka.

BaekSeLuFanChanie · perkotaan
Peringkat tidak cukup
6 Chs

Part 04: tidak pernah akur

"Jadi bagaimana?" Tanya seorang pria yang saat ini tengah duduk di sofa dengan pandangan fokus pada tablet yang ada di tanganya.

"Apanya?" Tanya seorang wanita sambil tetap menulis sesuatu pada selembar kertas di hadapannya yang saat ini tengah duduk di lantai beralaskan karpet dengan sebuah meja di depanya.

"Tentang pernikahan kita." Kata pria itu dengan penekanan di setiap katanya kini pandangannya tak lagi fokus pada tabletnya melainkan pada wanita yang duduk di lantai tepat di depannya.

"Oh, terus?" Tanya wanita itu santai dan tetap melanjutkan kegiatan menulisnya.

tak.

"Terus? Julliet Queen Sharman aku bertanya padamu, apa yang sedang kamu lakukan hingga tidak fokus padaku?" Kata pria tersebut kesal sambil menjitak kepala Julliet kuat hingga membuat wanita yang bernama Julliet tersebut mengaduh kesakitan.

"Aw, kenapa kamu menjitak kepalaku? Bagaiman jika otakku terguncang jiwanya akibat jitakanmu itu? Dan haruskah aku fokus padamu? Kau tidak lihat aku sedang sibuk mencatat." keluh Julliet sembari mengelus bekas jitakan Romeo, sedangkan Romeo memutar matanya mendengar kalimat panjang dan cepat yang di keluarkan Julliet.

"Memang apa yang kamu catat?" Tanya Romeo kesal dan merebut kertas yang di gunakan oleh Julliet untuk menulis.

"Popok, baju, baby box, stroller? ini semua buat apa?"kata Romeo bingung dengan alis berkerut setelah membaca beberap tulisan yang ada di kertas tersebut dan masih ada banyak lagi catatan dalam kertas itu.

"Itu daftar barang-barang yang harus di beli untuk keperluan Jr. Tidak mungkinkan kita meminjam punyanya Kelvin terus." Jelas Julliet karena mereka memang belum memiliki perlengkapan bayi untuk Jr dan semalam mereka meminjam beberapa perlengkapan bayi milik anaknya Anna dan Kris yang kebetulan masih bayi hanya berselisih dua bulan dari Jr bernama Kelvin Orlando Luccas.

"Sebanyak itu?" tanya Romeo dan mendapat anggukan dari Julliet sebagai jawaban, kemudian meletakan kertas tersebut ke atas meja dan mengalihkan pandanganya kepada Julliet yang duduk di lantai yang kini menghadap padanya.

"Itu nanti saja kita urus. Sekarang kita harus mengurus urusan yang lebih penting." Lanjut Romeo.

"Apa yang lebih penting dari keperluan Jr?"tanya Julliet dengan alis terangkat sebelah.

"Tentang status kita sebagai orang tua Jr, Julliet."kata Romeo kesal karena Julliet tidak paham maksudnya.

mereka berdua kini berada di ruang tengah apartemen milik Julliet sedangkan Jr sedang tidur di kamar Julliet yang pintunya sengaja di biarkan terbuka agar mereka dapat mendengar bila Jr terbangun.

"Bukankah kita sudah sepakat untuk menikah? Terus apa lagi masalahnya?"tanya Julliet makin bingung.

"Astaga, Julli. Lama-lama aku bisa gila berbicara denganmu."kata Romeo frustasi memejamkan matanya dan menyenderkan punggungnya ke senderan sofa seraya menghembuskan nafasnya kasar sementara Julliet menatap Romeo makin bingung.

"Dengar maksudku adalah kapan kita laksanakan pernikahan ini?" Tanya Romeo setelah berhasil mengurangin rasa kesalnya  dan kembali menegakan duduknya.

"Oh,itu. Bilang dong dari tadi biar aku tidak  bingung, entahlah aku juga tidak tahu kapan bagusnya. Tapi tunggu deh Rom, kayaknya kita melupakan sesuatu."kata Julliet sembari memikirkan apa yang mereka lupakan.

"Apa lagi?" Tanya Romeo malas.

"Bagaimana dengan orang tua kita? Tidak mungkinkan kita menikah tanpa memberitahu mereka."

"Kau benar." Kata Romeo setelah terdiam beberapa saat.

"Sebaiknya kita adakan pertemuan keluarga."lanjut Romeo.

"Kenapa harus di adakan pertemuan keluarga? Kenapa tidak kau dan keluargamu datang ke rumahku dan melamarku langsung?" Tanya Julliet heran.

"Ck, kamu pikir ini pernikahan yang seperti orang pada umumnya, di mana menikah karna saling mencintai. Kita menikah untuk memperjelas status Jr dan juga kita harus menjelaskan tentang kondisi kita pada orang tua kita." Jelas Romeo berjalan di belakang Julliet yang berjalan menuju kamarnya karena mendengar suara tangis jr.

"Hm, benar juga. Kapan kita adakan pertemuan keluarga kita? Apa sebaiknya Jr di bawa saja atau kita titipkan pada Anna dan Kris sebentar?" Tanya Julliet sambil berbaring di samping Jr dan menepuk-nepuk pelan paha Jr agar kembali tidur.

"Bagaimana jika sabtu besok? Dan Jr kita bawa saja, aku yakin dia tidak akan berhenti menangis jika tidak ada aku atau kamu di sampingnya. Lagi pula kita perlu mengenalkan Jr pada keluarga kita." Kata Romeo dan ikut berbaring di samping Jr di sisi satunya lagi dan mencium kening Jr lembut.

"Bagaimana pendapatmu apa orang tua kita setuju dengan keputusan kita ini?" Tanya Julliet seraya membenarkan letak selimut Jr.

"Pasti setuju. Terutama ibuku dan ibumu mereka pasti sangat senang sekali." Jawab Romeo malas.

"Hah, kenapa kau bisa seyakin itu?"

"Kalau kamu lupa? Bukankah dari kita belum lahir pun mereka memang ingin kita menikah jika kita sudah dewasa nanti."

"Ck, kamu benar. Dari dulukan ibuku dan ibumu memang suka  sekali menjodohkan kita." Kata Julliet sambil mengingat-ingat masa kecilnya di mana ibunya senang sekali mengatakan bahwa Romeo adalah suami masa depanya. Sebenarnya kedua orang tua mereka yang memang bersahabat baik terutama kedua ibu mereka yang bersahabat sejak kecil hingga mereka dewasa dan memiliki keuarga sendiri pun, mereka masih tetap akrab layaknya saudara. Karena sebab itulah Romeo dan Julliet sudah saling mengenal dari mereka kecil. Apa lagi obsesi kedua ibu mereka yang sangat ingin anak mereka menikah suatu hari nanti agar mereka menjadi keluarga sungguhan.

"Ya, bukankah karena itu juga mereka memberi kita nama Romeo dan Julliet agar kita bisa saling mencintai sampai maut memisahkan."tambah Romeo.

"Hahaha...bukanya saling mencintai yang ada kita selalu berengkar setiap kali kita bertemu."kata Julliet tertawa kecil mengingat keadaan mereka yang tidak pernah akur.

"Hmm,bagaimana mungkin aku bisa  menyukai yang sepertimu..."melirik Julliet dari atas ke bawah lalu kembali lagi ke atas menatap langsung mata Julliet"yang gendernya tidak di ketahui." Sambung Romeo dengan nada mengejek.

"Kau tadi bilang apa Meong?"tanya Julliet kesal dan langsung menjambak rambut Romeo.

"Auw...sakit Julling."kata Romeo meringis kesakitan kemudian balas menyubit dan menarik pipi Julliet kuat.

"Auw...sakit Meong." Julliet balas menjambak rambut Romeo lebih kuat dan terjadilah aksi jambak dan cubitan di antara mereka berdua hal yang sering terjadi bila mereka berdua bertengkar dan melupakan fakta bahwa jr berada di antara mereka berdua. Pertengkaran itu terus berlanjut hingga suara tangisan Jr terdengar barulah mereka berhenti.

"Shh...cup cup cup...maafkan mommy sama daddy ya, sayang. Gara-gara kami Jr kebangun, salahkan saja daddymu itu yang menyebalkan"kata Julliet lembut seraya membawa Jr ke dalam dekapanya dan melirik tajam kearah Romeo di akhir kalimatnya.

"Kenapa kamu menyalahkanku? Kan kamu duluan yang menjambak rambutku."kata Romeo tak terima jika dirinya di salahkan. terlihat rambutnya yang bisanya tertata rapi kini berantakan akibat jambakan Julliet, sedangkan Julliet kedua pipinya memerah akibat cubitan Romeo.

"Aku tidak akan menjambak rambutmu jika kamu tidak memulainya duluan." Jawab Julliet dengan memutar bola matanya.

"Dan aku tidak akan membalasmu jika kamu tidak menjambak rambutku."ketus Romeo.

"Sudahlah sebaiknya kamu buatkan susu untuk Jr sepertinya dia lapar." Kata Julliet mengakhiri pertengkaran mereka.

"Aku? aku mana tahu caranya membuat susu, kalau minum susu dari sumbernya aku tahu."jawab Romeo sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Heh, mulutnya tolong di saring ada anak di bawah umur ini, dan kalau tidak tahu ya belajarlah. ayo, kedapur kamu yang buat susunya aku yang mengintruksikannya." Ajak Julliet berjalan ke dapur dengan menggendong Jr dalam gendonganya di ikuti romeo di belakangnya.

"Nah sudah tahukan cara membuat susu untuk Jr?"tanya julliet sembari menyusui Jr dengan susu yang baru saja di buatkan oleh Romeo.

"Ya, kalau cuman seperti itu gampanglah." Jawab Romeo santai.

"Gampang, huh? Kamu bahkan membuat dapurku berantakan hanya untuk membuat sebotol susu." Jawab Julliet ketus, semtara Romeo pura-pura tidak mendengar perkataan Julliet dan asik mengganggu Jr yang sedang minum susunya dengan Jari telunjuk yang menusuk-nusuk pipi Jr.

"Ck, yak. Jangan menganggunya." Kata Julliet kesal dan memukul tangan Romeo yang di gunakan untuk menganggu Jr.

"Aw, kamu tidak bisakah lebih lemah lembut jadi cewek? dasar cewek bar-bar."tanya Romeo seraya mengusap tanganya yang di pukul Julliet.

"Dasar cowok es batu." Balas Julliet.

"Kamu...mhpt"perkataan Romeo terputus oleh Julliet yang langsung menutup mulut Romeo dengan tanganya.

"Stt...jangan berisik."kata Julliet berbisik sambil menunjuk Jr yang kembali tertidur di dalam gendongan Julliet sedangkan Romeo hanya menganggukan kepalanya tanda mengarti.

"Nih, letakan Jr di kamarku dan jangan lupa letakan bantal di sisi kanan dan kirinya agar Jr tidak terjatuh. Aku harus membereskan kekacauan yang kamu buat di dapurku dan membuatkan makan siang untuk kita."kata Julliet seraya menyerahkan Jr pada Romeo.

Selama satu jam berkutat di dapur mulai dari membersihkan dapur yang di berantakin oleh Romeo dan memasak makan siang untuk mereka berdua. Setelah selesai menata makanan yang telah ia buat Julliet memutuskan untuk memanggil Romeo yang sedari membawa Jr ke kamar tidak kelihatan keluar kamar sama sekali, sesampainya Julliet di kamar dapat di lihatnya Romeo yang tertidur di samping Jr, Julliet memutuskan berjalan mendekat ke arah ranjang tepat di sisi Romeo tidur.

"Rom, Rome bangun. Bangun Rome makan siang sudah siap." Panggil Julliet seraya mengguncang bahu Romeo pelan.

"Ng, lima menit lagi mi." Ucap Romeo ngelindur dengan mata tetap terpejam.

"Ish, aku Julliet bukan mamimu, Rome bangun nanti keburu dingin makananya." Jawab Julliet gemas kemudian menarik tangan Romeo hingga Romeo terduduk.

"Kamu berisik sekali sih, Julli. mending kamu ikut tidur juga sini dengan kami." Jawab Romeo malas mulai berbaring lagi kemudian menarik tangan Julliet hingga terjatuh di atas tubuhnya lalu Romeo melingkarkan kedua tanganya di pinggang Julliet erat.

"Tapi nanti makananya keburu dingin Rom, nantikan masih bisa di lanjutin lagi tidurnya." Jawab Julliet sambil berusaha untuk bangun dari atas tubuh Romeo.

"Biarkan sajalah dulu makananya, aku masih ngantuk. Menangnya kamu tidak capek dari semalam kita kurang tidur gara-gara Jr rewel semalaman." Jawab Romeo semakin mengeratkan pelukanya pada pinggang Julliet.

"Iya sih capek,tapikan..."perkataan Julliet langsung di potong oleh Romeo.

"Makananya bisa di panaskan nanti. Sebaiknya kita tidur sekarang selagi bisa, mumpung Jr juga lagi tidur."kata Romeo dan mencoba untuk tidur kembali setelah merasakan anggukan kepala Julliet di dadanya.

Tidak lama setelah itu tidak ada lagi suara yang terdengar dari kamar Julliet selain suara jarum jam dan dengkuran halus dari ketiga orang yang tengah tertidur di atas ranjang tersebut dengan posisi Julliet tertidur di atas tubuh Romeo dan tangan Romeo yang tetap melingkari pinggang Julliet tidak lupa si kecil Jr yang  tertidur di samping kanan Romeo dengan pulas.

Tbc.