Apa jadinya jika darah kita tiba-tiba dijadikan sebagai sumber makanan oleh seorang Vampir? Itulan yang dirasakan oleh Ayu Nayara Meisya. Dia adalah gadis yatim piatu yang di beli oleh seorang konglomerat untuk di jadikan simpanan. Namun, siapa sangka sang konglomerat adalah ternyata seorang vampir yang sangat membutuhkan darah perawan murni Nayara yang langka setiap hari untuk bisa bertahan hidup di bawah terik matahari. Sampai pada suatu saat, Ayu Nayara jatuh cinta dengan sang vampir karena perhatian dan kebaikannya sampai rela menyerahkan tubuhnya untuk sang vampir. Namun, karena terhalang keperawanannya, sang Vampir tidak bisa menyentuh Nayara. Jika dia menyentuhnya, darah perawan Nayara akan tercemar dan sang Vampir tidak bisa menggunakan darah murni Nayara untuk bertahan hidup. Sanggup kah sang vampir bertahan untuk tidak menyentuh keperawanan Nayara? Ikuti kisahnya, hanya di... Vampire, I love you...
Aku berlari tanpa henti, keringat telah membasahi sekujur tubuhku. Nafasku seakan tidak mampu lagi memenuhi paru-paru ku untuk bernapas. Jalan setapak yang sunyi dan gelap kulalui dengan harapan ada secercah keajaiban yang bisa menolongku malam ini dari kejaran mereka. Suara teriakan orang-orang yang mengejarku semakin lama semakin terdengar di telingaku dan itu sangat menakutkan. Jangan sampai mereka menangkapku.
***
Aku Ayu Nayara Myeisa seorang putri yatim piatu berumur 17 tahun yang hidup di panti asuhan sebelum seorang pria menjemputku beberapa hari yang lalu. Dia meyakinkan ibu pengasuhku agar menyerahkanku kepadanya.
Mereka juga menjanjikan jaminan dan kelangsungan hidup yang lebih baik bagi seluruh penghuni panti apabila aku ikut bersamanya. Akhirnya dengan segala bujukannya, ibu pengasuhku dengan senang hati menyerahkanku kepada pria asing itu tanpa rasa khawatir sedikitpun.
Aku pun meninggalkan panti dengan derai air mata dan senyum kebahagiaan ibu pengasuh yang selama ini aku anggap orang tua yang menyayangiku.
Mobil melaju membawaku ke sebuah tempat yang entah itu ada dimana. Sampai pada saat mobil yang aku tumpangi berhenti di sebuah bangunan remang.
Aku hanya terdiam tak bergerak ketika pria yang membawaku ke tempat ini turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku. Kakiku terasa keluh, seakan tidak mampu bergerak. Tempat apa ini? aku akan dibawa kemana? semua pertanyaan itu hanya bisa kutelan kembali ketika pria itu membawaku masuk ke dalam bangunan.
Aku melihat beberapa wanita yang sedang tersenyum manja kepada laki-kaki yang ada di hadapannya. Mereka begitu dekat sampai mataku melihat mereka berciuman di depan orang-orang tanpa rasa malu sedikit pun. Sebenarnya tempat apa ini? Kenapa ada banyak laki-laki dan perempuan yang bermesraan ditempat ini.
Aku terus berjalan dalam diam mengikuti pria yang membawaku. Sampai aku mendengar mereka bertanya kepada pria yang membawaku.
"Gadis baru ya? dari mana?" ucap orang itu.
"Iya, ini spesial untuk bos" jawab pria yang membawaku. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Kakinya hanya terus melangkah mengikuti pria yang membawaku. Sampai akhirnya pria itu berhenti tepat di depan sebuah pintu.
Pria itu lalu mengetuk pintu itu dua kali sebelum pintu terbuka lebar. Tampak seorang wanita yang berpakaian tapi seakan tidak berpakaian keluar dengan senyum lembut tapi menakutkan bagiku.
"Masukkan dia, dan pergilah" ucap wanita itu kepada pria yang membawaku. Aku lalu memasuki kamar, mataku terbelalak menatap sekeliling. Begitu menyilaukan, berbeda ketika aku berjalan menuju tempat ini.
Pemandangan di ruangan ini penuh dengan dekorasi yang menurutku sangat mewah. Sangat luas, mataku menyapu seluruh ruangan sampai ketika melihat sesosok pria yang seketika membuat jantungku berdetak 2 kali lebih cepat. Dia menatapku dengan tatapan tajamnya. Tatapan itu seakan mampu menusuk hatiku sehingga menimbulkan lubang yang menganga.
Wajah pemilik tatapan itu bagaikan pahatan dewa yunani yang terbentuk sempurna yang menjadikan diriku tanpa sadar menelan saliva. Entah dia melihat gerakan di leherku ketika aku menelan saliva atau tidak, tapi senyum sinisnya tersungging di bibirnya yang indah tepat setelah aku tanpa sadar mekakukannya.
Aku menjadi tegang ketika dia mulai berdiri dari duduknya dan menuju kearahku. Setiap langkah kaki yang diambilnya bagaikan waktu mundur bagi kematianku. Aku seakan terpaku tanpa bisa bergerak sedikitpun menatapnya melangkah menghampiriku.
Tangannya terangkat dan aku bisa merasakan sentuhan hangatnya di wajahku, aku memejamkan mata gugup. Dadaku seakan mau meledak ketika sentuhannya sampai ke bibirku, mengelusnya dengan lembut dan lama. Sampai akhirnya aku tersadar dan dengan cepat aku menepis tangannya.
Aku mundur beberapa langkah ke belakang. Dia kembali tersenyum, aku berani bersumpah itulah senyum terindah yang pernah aku lihat di seumur hidupku.
"Kemarilah.." dia memanggilku. Suara beratnya ternyata sama indahnya dengan wujud sosoknya. Begitu indah di telingaku. Aku kembali menelan saliva, sebelum melangkah maju kearahnya. Dia lalu menggandeng tanganku dan membawaku menuju kamar mandi. Memasukanku kedalam.
"Bersihkan tubuhmu dan jangan lama" ucapnya sebelum menutup pintu dari luar.
Bagai terlepas dari jeratan pemangsa, aku menghela nafas lega. Aku masih tidak mengerti, kenapa aku bisa sampai kesini dan bersama dengan pria tampan misterius itu. Aku baru sadar kalau kamar mandi yang kulihat sekarang sangat mewah dan indah. Ada bak mandi yang dilapisi warna emas dan shower yang dibatasi oleh dinding kaca.
Aku mulai menanggalkan pakaianku satu persatu sebelum merendam tubuhku kedalam bak yang sudah dipenuhi gelembung sabun yang semerbak mewangi. Penat tubuhku seketika hilang bersama hangatnya air yang merendam tubuhku.
Aku meraih handuk yang sudah tersedia dan memakainya. Aku bingung, karena pakaian yang kupakai tadi hilang dan tergantikan dengan gaun tidur berwarna merah yang sangat terbuka. Aku tidak berfikir sedikitpun untuk memakainya, tapi apakah aku harus terus selamanya memakai handuk mandi dan tidak akan keluar dari kamar mandi?
Sangat lama aku bimbang memikirkan apakah harus memakai gaun itu atau tidak, sampai terdengar ketukan pintu yang sukses membuatku terkejut.
Dengan sangat pelan aku membuka pintu dan melangkah tertunduk. Aku sangat malu dengan diriku sendiri, gaun merah yang kupakai seakan tidak terasa keberadaannya sehingga aku merasa melangkah tanpa busana sedikitpun. Sesak, malu, bingung. Itulah yang aku rasakan sekarang.
Mata tajam yang sejak tadi menatapku tanpa kedip seakan kembali membuatku membeku. Aku masih tertunduk tanpa berani mengangkat wajahku. Aku bisa merasakan langkahnya yang pelan tapi pasti menghampiriku, jantungku kembali berdetak kencang. Aku merasakan jemarinya menyentuh daguku lalu mengangkat wajahku, memaksaku untuk menatap wajah tampannya.
Akhirnya pandanganku tertuju pada mata tajamnya. Hal pertama yang aku sadari adalah bahwa aku tenggelam kedalamnya. Tatapan yang menarikku bersamanya kedalam dasar yang tak bertepi. Dalam dan semakin semakin dalam. Aku bahkan tidak menyadari kalau wajahnya sudah mendekat kearahku, mengendus kulitku sebelum membenamkan bibirnya di leherku.
Aku baru tersadar ketika rasa sakit yang tiba-tiba menyerangku di bagian leher. Seakan beribu jarum yang sekaligus ditusukkan ke dalam kulitku sampai menembus daging. Sakit itu semakin terasa ketika aku mendengar suara hisapan yang seakan menarik semua darah yang ada pada urat nadiku.
"AKHHHH..!!!" Aku terpekik lirih menahan sakit. Aku meronta berusaha lepas dari dekapannya. Tapi dia seakan semakin membenamkan mulutnya di leherku, menyuntikkan jarum kedalam kulitku sampai aku merasa tubuhku tidak berdaya lagi. Aku terdiam, lemah dan merasa pusing. Sampai aku merasakan jarum-jarum itu terlepas dari tubuhku dan menjauhkan wajahnya dariku. Aku masih sempat melihat darah segar yang masih tersisa di mulutnya sebelum membersihkannya dengan lidahnya sendiri sambil menyeringai ke arahku.
"Kau adalah milikku, sekarang." Aku masih bisa mendengar ucapannya sebelum tubuhnya terkulai lemah dan tidak merasakan apa-apa.