webnovel

UNREQUITED

Penulis: DaoistC67AJc
Remaja
Sedang berlangsung · 13.7K Dilihat
  • 6 Bab
    Konten
  • peringkat
  • N/A
    DUKUNG
Ringkasan

Kalisha gadis yang ceria dan bersemangat serta dikelilingi banyak orang yang mencintainya, namun Kalisha juga mempunya banyak permasalahan dalam keluarga, persahabatan serta trauma cinta yang membuatnya sulit untuk membuka hati kepada cinta yang datang. Cerita tentang cinta masa remaja yang ringan dan membuat nostalgia

tagar
3 tagar
Chapter 1Begining

"Sha, jangan lupa, nanti sepulang sekolah kita mau ada rapat PENSI." Ucap seorang pria saat bertemu dengan Kalisha di kantin sekolah.

"Oke." Jawab Kalisha tersenyum.

"Cieee...kayaknya sibuk nih." Ledek Reva teman Kalisha setelah pria itu pergi.

"Ya...gitu deh! maklum orang penting, selalu dibutuhin." Ucap Kalisha narsis.

"Huuu...narsis lo!Lo tuh dicari-cari soalnya belum bayar utang! Uang kas aja nunggak mulu." Ledek Reva lagi tidak terima kenarsisan Kalisha.

"Enak aja! Bulan kemaren yang bayarin kas lo aja gue."

"Itu kan karena gue lagi ke luar kota! jarang-jarang kan gue nunggak uang kas"

"Tapi tetep aja, bu..."

"Oi! pada ngomongin apa sih? Kayaknya seru banget." Tanya suara itu mengagetkan tiba-tiba.

"Eh, Rivan..biasa ngomongin 'kenapa burung bisa terbang?' dan 'kenapa matahari terbit dari timur?' Karena, sampai saat ini, itu masih saja menjadi suatu misteri." Reva menjawab dengan bercanda.

"Jawaban pertama, 'karena burung punya sayap' dan kedua 'karena bumi berotasi ke arah timur'." Ucap Rivan menanggapi candaan Reva. Kalisha pun mentertawakan kebodohannya Reva.

"Emang susah ngomong sama anak IPA.", dengus Reva

"Udah-udah, gak usah diladenin tuh anak! biarkan dia berkreasi sendiri dengan daya imaginer yang dimilikinya." Ucap Kalisha tidak kalah formal mengalihkan perhatian Rivan dari pertanyaan-pertanyaan aneh Reva.

"Wah, udah berat ni kayaknya omongannya. Gue pergi dulu deh!" Ucap Reva lalu beranjak dari kursinya.

"Lho, kok pergi, Va? Klo gue ganggu, biar gue aja yang pergi." Ucap Rivan merasa tidak enak.

"Nggak kok! Gue mau ke IPS-3 dulu, nemuin Sandra, mau pinjem PR." Reva menjawab sekenanya. "Yuk Van, duluan." pamit Reva lalu pergi dari kantin pangkalan mereka. "Shaaa...bayarin minuman gue dulu ya!" Teriaknya lagi dari ujung jalan kantin sekolah.

"Dassaaaaarrrr!!! Tadi yang bilang gue tukang ngutang tu siapaaa!?" Kalisha teriak membalas teriakan Reva. Yang di teriaki hanya tertawa senang dari jauh.

"Hahahaha...kalian berdua tuh lucu, ya!" Rivan malah tertawa.

"Kalau gue iya, tapi, Reva nggak!" Ucap Kalisha enteng. Yang diledek saat itu bersin-bersin di jalan. "Eh, sini Van, duduk!" Tawar Kalisha. Rivan pun masuk kedalam kantin lalu duduk di samping Kalisha.

"Lagi bikin apa sih?" Tanya Rivan.

"Ng...lagi bikin Rundown acara PENSI kita!"

"Wah, semangat ya! Tapi, jangan terlalu diforsir tenaganya."

"Iya, tenang aja." jawab Kalisha tersenyum.

"Ada yang bisa aku bantu nggak?", tanya Rivan lagi.

"Ng...untuk saat ini kayaknya belum ada dulu. Tapi, ntar klo aku butuh bantuan aku bisa hubungin kamu kan?"

"Kapan aja!", jawab Rivan cepat.

Tiba-tiba saja bel sekolah berdering tanda waktu istirahat telah usai. Kalisha pun membereskan kertas-kertasnya yang berserakan. Sebelum pergi Kalisha membayar minumannya dan Reva dulu. Lalu pergi menuju kelasnya.

Kelas IPA-1 adalah kelas Rivan sekarang. Letaknya di sebelah kiri tangga, paling pojok koridor 3 IPA. Namun Rivan mengantar Kalisha dulu ke kelasnya yang berada berlawanan dari kelasnya.

"Makasih ya, Van udah dianterin." Ucap Kalisha saat sampai di depan kelasnya.

"Iya, gak apa-apa koq!" Jawab Rivan tersenyum, "aku seneng kok bisa nganter kamu! sayang ya, kita udah nggak sekelas lagi." Lanjut Rivan. Kalisha hanya dapat tersenyum.

"Kenapa sih, kamu pake acara pindah kelas segala?", tanya Rivan tiba-tiba. Sebenarnya, saat penjurusan kelas dulu, Kalisha masuk ke kelas IPA-1, sekelas dengan Rivan. "Gara-gara aku ya dulu?", lanjut Rivan ragu-ragu.

Sebenarnya perasaan Rivan kepada Kalisha sudah menjadi rahasia umum. Dulu sewaktu di kelas satu, Kalisha, Rivan dan Reva satu kelas. Sewaktu semester 2 Rivan pernah menyatakan perasaanya kepada Kalisha namun, Kalisha tidak membalas perasaanya itu. Kalisha langsung disambut dengan perkataan-perkataan Reva yang menyatakan betapa bodohnya dia menolak Rivan!? Apa lagi dengan alasan bahwa ia mau belajar dulu. "Come on! Ini Zaman Milenial!? Pacaran sambil sekolah itu udah biasa, Sha. Dicoba kan gak ada salahnya. Lagian juga, apa sih yang kurang dari Rivan!?" Omel Reva saat itu. "Rivan memang gak ada kurangnya...tapi kan, perasaan bukan utuk dicoba-coba, Va." Jawab Kalisha saat itu.

"Eh, bukan kok!" Kalisha menjawab cepat. "Ini aku juga masuk IPA." Ucapnya lagi. Rivan bingung. "Ilmu Pengetahuaan Akuntansi. Hehehe..." Lanjut Kalisha lagi tertawa. Tawa yang sangat manis, yang membuat Rivan jatuh hati saat pertama kali melihatnya.

"Ya udah, terserah kamu aja." Ucap Rivan tersenyum pula. "Aku balik ke kelas dulu, ya." Pamit Rivan.

"Iya, makasih banyak ya, Van udah dianterin."

"Sama-sama, Sha." Lalu Rivan pun pergi menuju kelasnya.

Pulang sekolah cuaca tidak terlalu panas. Kalisha berjalan menuju ruang OSIS. Kali ini agak terburu-buru karena ia sempat tertinggal di kelas tadi.

"Duh, rapatnya udah mulai nih!", ucap Kalisha panik setengah berlari.

Sekolah belum terlalu sepi. Masih ada beberapa siswa/siswi berada di sana. Ada yang hanya sekedar mengobrol saja, kumpul-kumpul atau bahkan pacaran. Kalisha berjalan melewati lapangan basket. Lapangan terlihat sepi, namun di salah satu sisi lapangan Kalisha melihat seorang cowok tengah bermain basket. Cowok itu memakai kaos putih, seragamnya digantung di tiang ring basket, sedang mendrible bola.

'Kayaknya itu anak kelas satu', ucap Kalisha dalam hati. 'Rajin banget, masih latian pulang sekolah gini', pikir Kalisha lagi. Tepat saat itu, Kalisha melihat cowok itu melakukan three point shoot dan masuk kedalam ring dengan mulus.

"Prok-prok-prok..." Kalisha reflek bertepuk tangan. Seketika, kertas-kertas yang berada di tanganya berjatuhan. Hal itu membuat cowok itu mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang diam-diam memperhatikan latihannya. Kalisha gugup saat sadar cowok itu sedang menatapnya heran, akhirnya Kalisha pura-pura sibuk memungut kembali kertas-kertas yang berjatuhan dari tangannya, kemudian tanpa basa basi, Kalisha segera melesat cepat meninggalkan tatapan bingung itu menuju ruang OSIS.

"Maaf, telat!" Ucap Kalisha merasa tidak enak kepada teman-temannya saat masuk kedalam ruang OSIS.

"Gak apa-apa kok, kita juga baru aja mulai." Ucap Raihan si ketua OSIS yang memberitahukan Kalisha ada rapat saat di kantin tadi. "Oke, sekarang kita lanjutin lagi ya!" lanjut Raihan, "berhubung sie acaranya udah dateng, kita masuk ke laporan sie acara dulu aja sekarang." Ucap Raihan lagi.

Kalisha sadar bahwa yang dimaksud adalah laporan dari dirinya. Kembali ia panik memilih kertas-kertas file yang tadinya sudah tersusun rapih, jatuh berantakan saat di lapangan tadi. Untunglah, hal itu tidak memakan waktu lama, seketika Kalisha menemukan kertas yang dimaksud.

" Ini dia! Ng...aku baru aja buat rundown acaranya. Mungkin ini bisa diliat." Ucap Kalisha lalu menyerahkan kertas yang tadi dipegangnya kepada Raihan. Raihan pun mengambilnya lalu mempelajarinya sebentar kemudian kertas itu diedarkan kepada yang lain.

"Untuk band-band pengisi acaranya, udah ditentuin siapa aja?" tanya Vika si sekertaris.

"Soal itu belum ada kepastian. Tapi kemarin aku udah sempet ketemu beberapa EO, katanya ada beberapa band papan atas yang kosong di tanggal itu dan kita bisa pake."

"Pasti mahal." Ucap Vira, bendahara.

"Ya, gitu deh..." Jawab Kalisha tidak mau menyebutkan nominal.

"Eh, kenapa kita nggak pake aja bandnya Rivan!?" Ucap Ana, sie dekorasi tiba-tiba.

"Iya, denger-denger katanya bandnya baru aja demo rekaman, ya? Bisa diajak kerjasama tuh! Biar bayarnya nggak terlalu mahal dan ini bisa jadi ajang promosi buat mereka." Ucap Arya dari sie akomodasi.

"Bener, bisa dipake tuh!" Bani antusias.

"Oke, kalo gitu berarti ini jadi tugas kamu, Sha buat tanyain dan pastiin apa bandnya Rivan bisa tampil apa nggak di acara PENSI kita!?" Ucap Raihan memerintahkan. "Apa nama bandnya?" tanya Raihan yang tidak tau nama band Rivan.

"Afterall-band." Jawab Ana. "Personelnya ganteng-ganteng lagi, ngejual banget tuh!" Lanjut Ana lagi senyum-senyum.

Memang sih, Rivan dan teman-temannya baru saja merilis sebuah single dan lumayan mendapat sambutan hangat di kalangan anak muda terutama para wanitanya, karena selain aliran musik baru yang dibawakannya, para personel Afterall-band bisa dibilang cukup..."menjual".

"Ng...ok, ntar aku coba hubungin Rivan." Ucap Kalisha akhirnya.

Setelah rapat PENSI di sekolah tadi Kalisha langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Kalisha mendapati keadaa rumahnya sepi.

"Ma, Kalisha pulang." Ucap Kalisha memberi salam begitu memasuki pintu rumah bergaya victoria yang tidak terkunci itu. Kalisha mencari-cari sosok orang tuanya sambil mengunci pintu rumah.

"Ma?" Panggil Kalisha lagi, namun percuma saja, rumah sebesar itu benar-benar terasa kosong. Bik Inah, pembantunya dan Pak Amir, tukang kebun rumahnya, sepasang suami-istri itu sedang pulang kampung karena mendapat kabar bahwa anak kelimanya terkena malaria.

Kalisha melongok ke dalam kamar kedua orang tuanya dan ternyata kosong. Kalisha terus beranjak ke dapur namun tidak juga ada orang, lalu kembali ke ruang tengah, hasilnya tetap nihil. Akhirna, ia pun merebahkan dirinya ke sofa di ruang tengah lalu menyalakan tivi. Badannya terasa amat lelah.

'kebiasaan kalo pergi pintu gak dikunci.' Ucap Kalisha dalam hati. 'Nggak takut ada maling apa!?' Omel Kalisha sendiri. Acara di televisi pun sedang tidak ada yang menarik perhatiannya. Tanpa sadar, Kalisha sudah terlelap.

"KRIIIIINNNGGG..." Kalisha terbangun karena suara telepon rumahnya berdering tiba-tiba.

"Siapa sih!?" Kalisha mengomel kesal karena merasa dibangunkan dengan cara yang kurang nyaman. Namun, telepon itu masih saja terus berdering. Akhirnya dengan malas-malasan Kalisha mengambil telepon wearlessnya. "Halo!?" Nada bicaranya masih terdengar kesal.

"Bisa bicara dengan Kalisha?" Tanya suara di seberang.

"Elo, Va! Kenapa?" Tanya Kalisha begitu sadar itu adalah suara sehabatnya Reva. Suaranya sudah melunak.

"Sialan lo! Gue kira, gue salah sambung telepon ke penjara!!" Reva kesal. "Suara lo gak enak banget!" Lanjut Reva lagi meledek.

'Itu gara-gara lo dodol!!', Ucap Kalisha dalam hati.

"Sori deh sori...habisnya telepon lo ngagetin gue sih!" balas Kalisha. "kenapa?" Tanya Kalisha.

"Eh, keluar yuk! Gue BT ni di rumah!" Ajak Reva. "Sekalian cari makan malem! Belom makan kan lo! Gimana?" Tanya Reva lagi setengah membujuk.

"Hah, memangnya sekarang jam berapa?" Kalisha kaget mendengar kata "makan malam" dari Reva.

"Nenek, sekarang udah jam 7 malem." Ucap Reva setengah mengejek mengingat kemampuan tidur Kalisha.

"Gila! Gue belom mandi!!"

"Yang gila lo apa kamar mandi lo!?"

"Gue serius! Gue mandi dulu, ya!"

"Ya udah, gue sampe lo udah kelar, ya!"

"Iya-iya."

"Gak pake lama!" Dan 'klik' hubungan di telepon pun terputus.

"Ting-tong." Bel di rumah Kalisha berbunyi. Kalisha masih berada di dalam kamarnya, ia sedang bersiap-siap.

"Bentar, Va!" Teriak Kalisha dari dalam kamarnya yang tentunya suaranya hanya terdengar samar-samar di luar.

"Ting-tong." Bel itu berbunyi lagi. Kalisha sadar bahwa di rumahnya saat ini hanya tinggal dia saja.

"Bentaaaaaarrr..." Teriak Kalisha lagi dari dalam kamar.

Tak lama kemudian,

"Ting-tong." Bel itu berbunyi untuk yang ke tiga kalinya.

"Si tante nggak sabaran banget sih!?" Omel Kalisha dengan julukan Reva olehnya. Kalisha pun beranjak turun ke bawah.

"Tungguuu..." Teriak Kalisha sambil berjalan menuruni tangga. "Nggak sabaran banget sih, tanteee..." Ucap Kalisha membuka kunci pintu rumahnya. Pintu pun dibuka.

"Tante...tante..." Ucap suara yang sudah tidak asing lagi di telinga Kalisha. "Lama banget sih buka pintunya!?" Lanjut suara itu lagi sedikit kesal.

"Alvin!!?" Kalisha kaget begitu tau bahwa yang datang adalah Alvin, teman masa kecilnya, bukanlah Reva.

"Malem, Sha" Ujar suara lain di belakangnya, kali ini terdengar lebih ramah.

"Kai!" Kalisha antusias.

"Hoi, nona! Kita nggak disuruh masuk nih!?" Ujar suara lain lagi.

"Eh, ada Visto sama Ari juga! lengkap nih kayaknya!" Kalisha tersenyum, "yuk, masuk-masuk!" tawar Kalisha tersenyum. Ke empat pria itu pun masuk ke dalam.

Kalisha mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tengah. Bukan lagi di ruang tamu tempat tamu biasanya berada. Karena mereka tidak lagi seperti tamu bagi Kalisha. Terutama Alvin yang merupakan temannya sejak kecil. Kedua orang tua Kalisha dan Alvin bersahabat dari SMA. Sehingga mempunyai hubungan kekerabatan yang erat sekali. Bahkan dulu, Alvin yang hanya terpaut dua tahun dengan Kalisha sempat akan dijodohkan dengannya.

Sedangkan Kai, Visto dan Ari merupakan sahabat-sahabat Alvin dari SD yang kemudian dikenalkan kepada Kalisha sesaat sebelum Alvin pergi untuk melanjutkan sekolah (SMP) di luar negeri.

"Titip Kalisha ya..." Ucap Alvin saat itu kepada ketiga temannya sesaat di Bandara sebelum pergi. Tentunya, hal itu berada di luar pengetahuan Kalisha.

"Tenang aja! Baik-baik di sana y, Vin!" Ucap Kai saat itu.

"Kabar-kabarin kita kalau ada apa-apa!" Sambung Visto.

"Cepet pulang, Bro!" tutup Ari.

Dan hal itulah yang membuat Kai sudah memperhatikan Kalisha sejak dulu. Berawal dari janji, Kai tidak dapat bohong bahwa pria yang memiliki darah keturunan Jepang ini jadi merasa tertarik dengan gadis ini sekarang. Semakin mengenalnya, ia merasa semakin banyak hal yang menarik perhatiannya kepada Kalisha.

"Bentar, ya." Ucap Kalisha lalu pergi ke arah dapur untuk membuatkan minuman. Tak lama ia sudah kembali dengan nampan berisi gelas-gelas minuman.

"Sini biar aku bantu." Ucap Kai berusaha membantu Kalisha yang terlihat kerepotan membawa nampan berisi gelas-gelas itu. Kai pun mengambil alih tugas membawakan minuman-minuman itu.

"Makasih ya, Kai." Kalisha merasa tak enak. Kai hanya tersenyum. Senyuman yang selalu dapat membuat Kalisha tenang bahkan saat Alvin pergi meninggalkannya.

"Dasar, udah segede gini masih aja gak bisa bawa minuman." Sindir Alvin saat tugas membawa minuannya beralih kepada Kai. Sebenernya itu dilakukannya semata-mata agar perhatian Kalisha tidak beralih sepenuhnya terhadap sikap yang baru Kai tunjukkan tadi.

"Enak aja!! Kata siapa Sha gak bisa bawa minuman!?" Kalisha protes.

"Buktinya tadi!" Ledek Alvin lagi.

"Kai kan baik! Jadinya dia bantiun Sha bawain minuman!"

"Manja!"

"Nggak!!"

'Ting-tong', Bel rumah Kalisha berbunyi kembali.

"Kita lanjutin lagi nanti!" Ucap Kalisha yang masih kesal lalu pergi menuju pintu depan untuk membukakan pintu.

Ke-3 orang lainnya hanya tertawa melihat tingkah laku mereka berdua. Pengalamam Alvin yang tinggal selama 3 tahun di luar negeri membuat Alvin dinilai lebih dewasa oleh teman-temannya, karena Alvin sudah lebih dulu terlatih berdiskusi dan mengutarakan pendapat. Hal inilah yang membuatnya terpilih menjadi ketua OSIS SMA Global Nusa sewaktu kelas 2. Namun, Alvin bisa berubah amat drastis saat bersama dengan Kalisha. Begitu pula dengan Kalisha. Ia yang dulu sempat mendapatkan Akselerasi saat SD dulu, membuatnya menjadi paling muda diantara teman-teman seangkatannya. Hal ini membuat Kalisha memiliki kemampuan pola pikir yang lebih dari anak-anak seumurnya. Namun sosok itu dapat segera hilang begitu ia bersama Alvin.

"Masuk, Va!" Terdengar suara Kalisha dari depan menawari seseorang untuk masuk.

"Lagi ada tamu ya, Sha!?" Tanya suara itu ketika melihat Audy kepunyaan Alvin terparkir di luar rumah Kalisha.

"Iya, lagi ada Alvin sama teman-temannya dateng! Masuk aja, ntar gue kenalin." Lanjut Kalisha.

Tak lama pun mereka sampai di ruang tengah.

"Alvin, Kai, Visto, Ari kenalin ini temenku dari SMP, Reva. Sekarang kita satu SMA lagi tapi beda kelas." Ucap Kalisha memperkenalkan wanita di sebelahnya.

"Kai." Ucap kai bersalaman menyambut ramah dengan senyumannya yang maut.

"Ari." Ucap Ari tersenyum tidak kalah dahsyat.

"Vis-to." Ucap Visto mengeja namanya sendiri bersalaman.

"Alvin." Ucap Alvin sok stay cool yang kemudian disambut dengan sindiran oleh Kalisha.

"Biasanya rame…giliran ada cewek aja langsung deh, stay cool..." Ledek Kalisha kepada Alvin. Yang diledek tidak berkomentar.

"Duh, maaf banget nih, gue gak tau kalo ternyata Kalisha udah punya janji!" Reva jadi merasa tidak enak.

"Nggak kok, kita kesini tadi juga mendadak. Jadinya Kalisha juga belum dikasih tau sebelumnya." Kai memberi penjelasan.

"Ooh…" Reva manggut-manggut. "Eh, ini ya Alvin dan teman-temannya yang suka lo ceritain itu!" lanjut Reva lagi tanpa basa-basi. Kalisha panik. Seketika Alvin mengalihkan pandangannya karena penasaran dengan hal apa saja yang diceritakan Kalisha tentang dirinya kepada Reva. Begitupula dengan Kai, rasa penasarannya seketika menjadi-jadi. Ia sangat ingin tau apa pendapat Kalisha mengenai dirinya.

"Duh, laper nih!!" Kalisha berusaha mengalihkan perhatian orang-orang yang berada di sana dari omongan Reva tadi. "Makan yuk!" Suara Kalisha sudah mulai meninggi. Ia semakin panik karena melihat senyuman 'licik' sudah tersungging di bibir Alvin. "Ayo dong! Laper nih…" Kali ini Kalisha mulai membujuk.

Kai yang merasa paling tidak tega dengan Kalisha akhirnya lebih memilih untuk meninggalkan rasa penasarannya itu dari pada melihat gadis yang dikaguminya kelaparan.

"Yuk, kita makan!" Ucap Kai mengkomandoi teman-temanya untuk segera beranjak cari makan di luar. Lalu mereka semua pun pergi dari sana untuk mencari makan di luar.

Anda Mungkin Juga Menyukai

Cinderella Fell For Her Bully

“W-what do you want to do?” He removed his hand from the doorknob and walked back towards me, placing his backpack down and looked back at me. “Come sit.” He said slowly. I followed him over to the bed and sat down. “What are we going to do?” I was so nervous but there was a slight hit of anticipation in my tone that made him looked excited. “I mean, are we just sticking with what we did last time or—?“ “Tongue.” He said bluntly. “What?” “I’m going to teach you how to really kiss a guy using your tongue.” ***************************************************** Stella Hemmings aimed to leave her wicked stepmother and evil stepsister behind because they treated her like Cinderella in the fairy tale story wherein they made her do the household chores and beat her. The only difference was that her stepmother sends her to school but on one condition. She had to hide her identity, like wearing a curly wig and round glasses. Why? Because she looked exactly like her mom and her stepmother hated her mom so much that she asked her to cover her face and make herself ugly. And just like Cinderella, she also has a Prince Charming but sad to say, he was bullying her. Stella had a huge crush on him but he never noticed because she’s ugly. He only had eyes on the sexy and famous cheerleader Maxine. Knowing she couldn’t compete with Maxine, Stella hid her feelings for Tyler Lewis. However, the stupid cupid played his role and let them crossed their path in an unexpected way. Stella needed a huge amount of money for the operation of her stepbrother’s heart surgery, so she asked her friend Lisa to help her. Her salary as a part time student in the coffee shop wasn’t enough to save money for Dino’s operation. So she went with Lisa to work in one of the famous nightclub in town but soon went into trouble and the guy who bullied her in the school, saved her and saw her without the wig and the round glasses. After that incident, she tried to avoid Tyler in the school as much as she could, for he might recognize her as the girl he saved that night in the nightclub. But how could she avoid him when her feelings for him grew from infatuation to love. And despite fighting hard to keep her feelings contained by distancing herself from Tyler, he was determined to show her that he had earned a spot in his heart.

Sakura's diamonds · Remaja
Peringkat tidak cukup
284 Chs

My Friend’s Arrogant Brother

Maya Alva is beautiful and smart but despite her intelligence she fell in love with her friend's twin brother who loves hurting her feelings. From grade four to High School Adonis was her only crush even though he was arrogant. Adonis Gabriel Buenavista Monleon in short Adonis Monleon came from a rich clan, he is handsome and has a strong sex appeal, since childhood he has shown that he will never like her because she came from a poor family. But everything changed when Maya slapped him in the face with great force. One night the long-awaited dream of Maya happened, Adonis Monleon kissed her under the starry night at the terrace of the Monleon’s mansion. It was a magical kiss but Adonis crushed and broke her heart later that night by kissing another girl. That is why Maya hates him, and she promised herself to do everything she can to forget the only man she loves since childhood, but why can’t she forget about her first kiss? How can she resists him, the moment they met again on the summer after she graduated from High School? Can Maya stop her own heart from falling for Adonis over and over again? And stick to her promise to totally forget Adonis? Can Adonis win over the heart of Maya after he left her with a broken heart and soul? _____________________________________________ My Friend’s Artogant Brother Book 2: Falling For My Best Friend’s Brother Lisa Montesclaro is always in the shadow of her beautiful friend, Maya, and to watch her best friend got hurt by her first and only love, Adonis, she promised herself never to get involved with someone like him. Still, she became one when she found herself falling for Maya’s elder brother Benedict. Because Lisa has had no boyfriend since birth, she wants to experience her first kiss with Maya’s brother, and she made a decision to confess to Ben one night on the terrace of the Hernandez mansion. Still, she became frustrated when he turned her down when she confessed her feelings towards him. And Lisa made a vow never to make herself look like a fool again in front of Ben. Benedict Hernandez is hot and handsome and one of the most eligible men in San Antonio, where the wealthiest family in the entire country live. When her sister's best friend confessed her feelings towards him, he hated himself for turning her down, since he knew Lisa is a sweet young woman, but because the first love has broken his heart, he made a vow never to fall in love again. Benedict tried his best to stay away from Lisa as possible, but how can he resists Lisa’s charm when he always sees her around in their estate wearing sexy dresses and a beautiful smile on her face? Then because of a prize they won together during a wedding they both attended, their attraction towards each other will be tested. Can Lisa stop herself from falling for him more the moment they spend one week vacation on the La Trinidad Island? Can Benedict finally let go of his past and give himself a chance to fall in love again? Please join Lisa and Benedict as they journey together in finding true love. Thank you to all readers! Please support my other books entitled: Princess Malia’s Secret Falling In Love With Miracle Loving Madeline The Powerful Dragon Witch (WSA Entry 2021) The CEO’s Perfect Mistake (WSA Entry 2021) The Alpha And His Beautiful Monster You Can’t Buy My Love The CEO's Cold Hearted Ex When Sky Fall's In Love

sirenbeauty · Remaja
5.0
300 Chs

peringkat

  • Rata-rata Keseluruhan
  • Kualitas penulisan
  • Memperbarui stabilitas
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • latar belakang dunia
Ulasan-ulasan
WoW! Anda akan menjadi peninjau pertama jika meninggalkan ulasan sekarang

DUKUNG