webnovel

Takdir dan sebuah Akhir

Ini adalah kisahku, seorang lelaki yang tak sanggup tegas pada dirinya sendiri. Seorang lelaki yang naif, yang mencoba membuat semua orang bahagia. Walau sebenernya, hidup tak mungkin sesederhana itu, saat kau memilih untuk melakukan sesuatu, sudah pasti kau akan kehilangan yang lainnya. Inilah kisahku, seorang lelaki yang mencoba bertarung melawan dunia, namun aku justru kalah dan hancur karenanya.

"hai di!" Seseorang datang menepuk pundak ku dari belakang. Dia adalah Lingga.

"Oh Lingga, gimana kabar lu? Makin keren ajah penampilan lu ngga.!" Ucapku seraya memeluk Lingga.

"Baik. Masa sih? Gua tambah ganteng ya hehe. Btw Gua bisa kayak gini juga berkat bantuan lu di. Lu udah ngenalin gua ke Dino. Dia pake lagu-lagu buatan gua dalam game buatannya. Ini juga berkat Tuhan Yesus. Berkat Tuhan selalu menyelimuti kami semua." Ucap Lingga seraya menerawang jauh ke masa lalunya.

"Alhamdulillah.. Eh iya, duduk ngga. Kita tunggu Jagat. Katanya dia bentar lagi sampe." ucapku seraya duduk di sebuah kursi.

Aku berada di sebuah kafe di sebuah kawasan dekat perumahan di Cikarang. Bukan sebuah kafe terkenal, namun dengan dekorasi ruangan serba kayu dan warna dominan coklat seolah membuatku tengah berada di sebuah rumah pohon yang alami juga klasik sehingga membuatku merasa nyaman berada di dalamnya.

Tak lama setelah kami duduk, Jagat pun datang bersamaan dengan Aline juga Rizky.

Aku pun segera memeluk Jagat yang saat itu hadir dengan jas berwarna merah marun juga celana panjang yang senada dengan warna jasnya. Rapih.

"Udah lama ya Gat. Gimana, semuanya lancar???" Tanyaku seraya melepas pelukanku pada Jagat.

"Ini juga karena bantuanmu juga Di. Kamu dah ngeyakinin aku kalau jalan yang ku pilih itu bener. Ditambah kamu juga membantuku memasarkan mobil yang ada di showroom Ayahku. Semua bantuanmu itu benar-benar udah ngebuat usahaku ini jadi berkembang pesat. Alhamdulillah. Makasih ya di." Jagat kembali memelukku. Nampak raut wajahnya begitu bahagia dengan titik-titik airmata kebahagiaan yang mulai nampak di pelupuk matanya.

"Gak usah sampe terharu gitu juga kali Gat." Ucapku seraya menepuk punggung Jagat sedikit keras.

"Udah lepasin bego, malu diliatin orang!!!" Ucapku berontak melepaskan pelukan Jagat. Kami pun tertawa terbahak.

"Oh iya Aline, gimana kabarmu!?" Aku langsung menatap Aline dan Rizky yang berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. Saat itu Aline mengenakan dress berwarna biru

"Baik di. Oh iya,  Aku juga, makasih ya atas semua bantuanmu. Kamu dah kenalkan aku dengan Farah. Dan namaku menjadi besar saat di sana. Farah membimbingku dengan sangat baik. Memperkenalkan ku dengan industri yang dia jalankan. Dan kini, aku bisa seperti sekarang ini, Itu semua berkat bantuanmu juga. Makasih Di." Terbata Aline mengucapkan semuanya. Suaranya bergetar seolah menahan sebuah rasa yang sebenarnya ingin dia ungkapkan, namun tak sanggup terucap dari bibirnya yang saat itu berhias gincu berwarna merah.

"Kudengar kalian berdua sudah bertunangan!?" Tanya Jagat memotong pembicaraan antara aku dan Aline. Dia mengatakannya seraya menatap Aline juga Rizky.

"Ahh. Iya. Maaf kami berdua belum sempat ngabarin kalian semua tentang berita bahagia ini." Jawab Rizky dengan senyum yang terkembang di bibirnya. Berbanding terbalik dengan senyum pahit yang kini Aline lemparkan.

"Selamat ya." Ucapku singkat. Dan disusul dengan ucapan selamat dari Jagat juga Lingga kepada Aline atas pertunangannya dengan Rizky.

"Bulan depan, aku dan Aline akan segera menikah. Kalian semua pasti diundang. Nanti aku yang akan mengirim undangannya langsung ke kalian" sahut Rizky.

Patah hatiku saat ku mendengar kabar

itu. Saat itu juga Aku pun memutuskan kalau aku harus menghilangkan rasaku pada Aline. Aku tak ingin merusak hubungan orang lain. Dan aku memilih untuk mengaku kalah sebelum bertempur. Ya, aku pengecut.

....

Aku mempersilahkan semuanya untuk duduk. Kami memesan berbagai makanan juga minuman. Kami membicarakan banyak hal, dari sesuatu yang memang penting, sampai ke hal sepele yang berisi candaan serta gurauan. Ini adalah hari bahagia, dimana kita semua dapat berkumpul lagi setelah 2 tahun lamanya kami tak berjumpa. Mereka semua kini sudah bisa dibilang sukses dengan pekerjaan mereka masing-masing. Dan aku, aku bahagia bisa menjadi bagian dari hidup mereka. Mimpiku telah tuntas. Kini adalah waktuku untuk membuat dan menggapai mimpi baruku. Yaitu mimpi untuk diriku sendiri.

"Besok, aku mau pergi." Ucapku tiba-tiba.

"Hah?? Maksudnya di?" Ucap Lingga menanggapi ucapan ku heran.

"Kenapa tiba-tiba banget sih di!?" Lanjut Jagat menanggapi.

"Maaf. " Ucapku singkat.

"Seenggaknya aku mohon kamu hadir di hari pernikahanku dengan Rizky. Kamu mau kan Di!?" Tanya Aline dengan wajah memerah menahan airmata yang kian lama kian menggenangi pelupuk matanya.

"Andai aku bisa, aku pasti akan hadir. Tapi kali ini, aku benar-benar ada urusan yang harus aku selesaikan. Hari ini aku mengundang kalian karena aku ingin pamit." Aku mencoba untuk terus meyakinkan mereka dengan sekuat tenaga.

"Baiklah kalau begitu. Jika memang ini adalah perpisahan, setidaknya ijinkan aku memelukmu lagi kawan." Ucap Jagat seraya memelukku erat.

"Kamu mau kemana sih di!?" Tanya Lingga kepadaku seraya memelukku juga.

"ke suatu tempat dimana aku bisa menyusun kembali impianku. Nanti aku akan mengabari kalian saat aku sudah sampai tujuan." Ucapku berusaha tegar.

Mereka semua memelukku, tak terkecuali Rizky yang kini sudah menjadi tunangan Aline. Waktu memang berlalu sangat cepat. Meninggalkan semua kenangan, meninggalkan semua asa yang kini telah menjadi realita. Aku mencoba tegar, tak ingin airmata ku menetes membasahi pipiku. Namun goyah pertahanan ku, airmata ku pun jatuh bebas terurai bagai rintik hujan saat itu. Saat aku pertama kali mengenal seperti apa rasanya cinta juga rindu.

"Sekarang aku pergi duluan ya." Ucapku seraya menyembunyikan airmata ku yang tak sanggup ku bendung itu.

Ku lambaikan tanganku dan mulai melangkahkan kakiku meninggalkan mereka. Tak ada pilihan lain. Aku hanyalah seorang pengecut, tak sanggup ku mengatakannya. Mengatakan semua rasa yang selama ini ku simpan dalam hatiku. Namanya akan selalu ku ingat, wajah nya akan selalu terbayang. Namun, cintanya bukan lagi milikku, dan Aku hanyalah seorang pengecut yang takkan pantas untuknya.

....

Hampir setahun berlalu setelah perpisahan ku bersama semua temanku. Kini aku berada di sebuah desa di suatu pulau yang jauh dari keramaian. Kini tak ada lagi rindu yang menggebu seperti dulu saat aku mulai mencintai Aline.

Aku bekerja menjadi seorang guru bahasa Inggris di sebuah sekolah menengah atas di daerah tempat ku tinggal. Aku bertemu dengan beberapa teman baru dan juga seorang wanita yang benar-benar menerima semua kekuranganku. Dan ini merupakan akhir petualangan ku dalam mencari arti cinta sesungguhnya. Namanya Nada, seorang wanita dengan keistimewaan yang tidak banyak orang lain miliki. Seorang wanita yang memiliki bahasanya sendiri, seorang wanita yang memiliki nyanyiannya sendiri. Dan aku, akan selalu menemaninya hingga akhir hayat nanti.

....

NB : kisah ini masih akan terus berlanjut ke judul yang lain ...

Untuk sementara, sekian dulu ...

Next Adi akan menceritakan kisah cintanya bersama Nada, seorang wanita tuna rungu dan tuna wicara.