webnovel

Theodor Obsession

Theodor Ace Bowie anak dari seorang pengusaha terkenal bernama Arga Bowie dengan istrinya Sienna Reagan. Mata biru kelam milik Theodor selalu menatap dingin ke orang-orang sekitarnya kecuali dengan gadis bernama Kaila Davina Abraham yang merupakan anak satu-satunya dari Samuel Abraham dan Rebecca yang merupakan sahabatnya Sienna istri dari Arga. Hari demi Hari Theodor berhasil lewati bersama dengan Kaila. Dari kecil mereka selalu bersama dan sekolah bersama. Di hati Theodor, ia menanamkan bahwa Kaila hanya miliknya seorang. Bagi dia tidak ada yang boleh menyakiti atau menyentuh Kaila seujung kuku pun atau dia akan membuat orang-orang itu tidak akan terlihat lagi. Kaila benar-benar bosan saat melihat selalu ada Theodor di mana pun dia berada sehingga dia hendak memutuskan persahabatan yang sudah terjalin selama ini, tapi siapa sangka Kaila malah makin terikat dengan Theodor. "Aku bosan sama kamu, Theo," kata Kaila. "Maksud kamu apa, Kaila? Kamu membenciku? Kamu itu hanya milikku! Sejauh mana kau berlari pasti akan aku dapatkan kembali!" teriak Theodor. Akankan Kaila bersama Theodor atau Theodor akan menyingkirkan Kaila supaya tidak ada yang bisa memilikinya?

noviaaryani · perkotaan
Peringkat tidak cukup
405 Chs

Cinema

Rebecca melihat Kaila hanya memakai baju yang hanya memiliki lengan di satu sisi dan rok mini.

"Kamu seksi banget, Nak. Kamu mau ke mana?" tanya Rebecca.

"Mau pergi nonton sama teman, Ma," jawab Kaila.

"Oh. Rambutnya kamu kepang gitu apa enggak terekspos leher kamu? Nanti ada yang marah loh," kata Rebecca.

"Ya Mama jangan bilang sama siapa pun dong kalau aku pergi hari ini," rengek Kaila.

Rebecca mengernyitkan dahi melihat Kaila yang mulai belajar berbohong. Dia paling tidak suka dengan kebohongan.

"Kamu mau ajarin Mama jadi tukang bohong?" tanya Rebecca ketus.

"Ihh, enggaklah. Ini demi kebaikan kita bersama," jawab Kaila.

"Kebaikan siapa?" tanya Rebecca.

"Udah deh, Ma, ini Kaila mau berangkat. Kasihan tuh teman aku udah nunggu kelamaan di depan," jawab Kaila.

"Siapa suruh dia menunggu di depan. Pasti ada apa-apanya nih," kata Rebecca.

Rebecca berdecak heran. Dia yakin Kaila menyembunyikan sesuatu.

"Enggaklah, Ma. Aku pamit pergi ya," kata Kaila.

"Iya, hati-hati," balas Rebecca.

Kaila berlari menuju ke mobil Richard berada. Baru saja dia mau keluar dari rumah tiba-tiba salah satu pengawal yang berjaga memanggilnya.

"Nona mau ke mana? Sudah izin sama Tuan Samuel?" tanya Pier.

"Aku sudah izin sama mama kok. Nanti aku kirim pesan aja ke papa. Aku lagi buru-buru nih, sudah ditungguin," jawab Kaila.

Kaila mendengus kesal. Bagi dia Pier sangat menyebalkan dan selalu mencampuri urusannya.

"Aku pergi," pamit Kaila.

Kaila melangkahkan kaki menuju mobil Richard berada. Dia melihat Richard hendak turun menghentikannya.

"Enggak usah turun, aku buka sendiri," kata Kaila.

Kaila masuk ke dalam mobil. Mereka berdua saling tersenyum.

"Ayo jalan," pinta Kaila dengan semangat.

"Hahaha, kamu sepertinya bahagia banget hari ini," kata Richard.

"Bahagialah, kita kan mau pergi jalan-jalan terus kamu yang bayarin semuanya," balas Kaila.

"Iya aku bayarin," kata Richard.

Richard memandangi Kaila yang sangat cantik dan menggoda. 

"Kamu cantik, Kaila," puji Richard.

"Terima kasih," balas Kaila.

Richard mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju mall terdekat. Dia sudah tidak sabar berduaan dengan Kaila tanpa gangguan Theodor.

"Oh iya, aku belum beli tiket bioskop. Kita beli di sana aja ya," kata Richard.

"Kita beli di sana aja," balas Kaila.

"Mending kita nonton apa di sana?" tanya Richard.

"Film horror aja biar tegang, gimana?" kata Kaila.

"Boleh banget. Memang kamu enggak takut?" tanya Richard.

"Enggak dong, aku tuh pemberani tahu," jawab Kaila.

"Baiklah," balas Richard.

"Aku nyalain musik ya biar enggak bosan," kata Kaila.

"Iya nyalain aja, Kaila," balas Richard.

Kaila menyalakan musik. Dia mulai bernyanyi mengikuti alunan musik yang berbunyi.

Tring

Tiba-tiba ponsel milik Kaila berdering, tapi Kaila tidak mengangkatnya sama sekali karena suara musik terlalu kencang.

***

Beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai Richard berhenti di parkiran mall. Dia keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Kaila.

"Silahkan turun, Princess," kata Richard mengulurkan tangannya ke Kaila.

Kaila menerima uluran tangan itu. Mereka melangkahkan kaki bersama menuju bioskop.

"Kamu mau nonton apa?" tanya Richard.

"Apa aja yang penting film horror," jawab Kaila.

Richard mulai memilihkan film yang akan mereka tonton. Mata Kaila tidak henti-hentinya menatap Richard yang sangat romantis hari ini.

"Kamu mau popcorn?" tanya Richard sambil merangkul bahu Kaila.

"Boleh," jawab Kaila.

Richard membeli popcorn, sosis, kentang goreng dan es lemon tea untuk mereka berdua. Setelah itu, mereka mendudukkan dirinya di kursi bioskop.

"Kaila, buka mulutmu," kata Richard menyodorkan sebuah popcorn.

Kaila menerima suapan dari Richard. Mereka berdua saling suap-suapan. Tanpa menyadari ada seorang pria yang terus menatap mereka dari kejauhan.

"Kau sudah berani bermain di belakangku, Kaila. Kita lihat apa yang akan aku lakukan nanti," kata seorang pria.

Pria itu terus menatap Kaila. Saat dia melihat Kaila hampir saja menyadari kehadirannya, dia buru-buru bersembunyi di balik tembok.

"Seperti ada seseorang yang memperhatikan aku," gumam Kaila.

"Ada apa, Kaila?" tanya Richard.

"Tidak," jawab Kaila. Dia tidak mau Richard sampai khawatir padanya.

Ting

Suara ponsel Kaila berbunyi. Kaila melihat banyak pesan masuk yang menanyakan di mana keberadaannya dan misscall dari Theodor hanya membacanya saja tanpa berniat menghubungi Theodor kembali.

"Mengganggu saja," gumam Kaila.

Richard melihat Kaila seperti memikirkan sesuatu menepuk pundaknya.

"Ada apa, Kaila?" tanya Richard.

"Aku hanya sedang melihat-lihat media sosialku aja," jawab Kaila tersenyum manis.

"Apa ada yang mencari kamu?" tanya Richard.

"Tidak kok. Hanya ada orang yang tidak penting mengirim pesan ke aku," jawab Kaila.

Tidak lama pengumuman bahwa film mereka sudah mau mulai terdengar. Mereka bangkit dari duduk lalu berjalan menuju theater mereka. 

"Aku taruh sini ya," kata Richard meletakkan makanan dan minuman mereka ke atas meja.

Beberapa menit kemudian, film horror yang mau mereka tonton sudah dimulai. Mereka berdua mulai fokus menonton sambil sesekali memakan cemilan dan meminum minumannya.

Drt 

"Kaila, ponselmu bergetar tuh," kata Richard.

"Iya, tidak apa-apa. Aku silent dulu deh," balas Kaila.

Kaila mengambil ponselnya. Dia melihat Theodor yang menelepon langsung mereject panggilan telepon itu, lalu dia mengaktifkan mode silent.

"Kalau ada yang cari angkat aja, Kaila. Siapa tahu itu penting," kata Richard.

"Ribet kalau diangkat," balas Kaila.

"Baiklah. Sekarang makan cemilan lagi yuk," kata Richard.

"Iya pasti aku makan," balas Kaila mencomot kentang goreng yang ada di tangan Richard.

Film horor itu mulai menampilkan adegan-adegan seram membuat Kaila reflek memeluk lengan Richard. Bahkan Kaila sampai berteriak ketakutan.

"Katanya enggak takut kok teriak-teriak?" ejek Richard.

"Itu suara filmnya ngagetin tahu. Kamu nyebelin banget sih," balas Kaila.

Richard mengelus rambut Kaila dengan lembut. Dia melihat Kaila terus menunduk terkekeh geli. Dia pikir Kaila pemberani, ternyata tidak.

"Kaila ditonton tuh filmnya, jangan menunduk," kata Richard.

Kaila kembali menonton lagi sambil memegangi tangan Richard. Dia sangat ketakutan dengan hantu yang berada di film itu.

"Sudah, filmnya udah mau habis kok," kata Richard.

Beberapa menit kemudian, film horor itu sudah selesai. Mereka berdua melangkahkan kaki keluar dari teater.

"Makan makanan apa ya yang enak?" tanya Richard.

Kaila menatap restoran yang ada di depan bioskop.

"Itu enak makanan Italia, tapi aku mau makan makanan Korea yang grill juga," jawab Kaila.

"Boleh juga. Aku juga pengen nyoba makanan Korea," balas Richard.

"Iya, aku pengen kimchi sama daging bakar," kata Kaila.

"Oke, Cantik," balas Richard.

Richard membawa Kaila menuju restoran Korea. Mereka mendudukkan dirinya di meja yang terdapat alat bakar.

"Silahkan dipilih, Nona, Tuan," kata pelayan menyerahkan buku menu ke mereka.

Kaial dan Richard mulai memilih berbagai macam jenis daging yang mereka inginkan. Tak lupa mereka juga memesan makanan pendamping.