webnovel

The Silent : Breathe

Untuk ku 15 tahun dari sekarang. Aku mungkin tidak tahu siapa sebenarnya diriku dengan baik, aku bahkan tidak tahu bagaimana jati diriku sendiri. Aku tidak bisa melihat hal indah apapun dari duniaku, aku hanya melihat bagaimana aku di usia 10tahun yang memegang sebuah busur dan anak panah di tanganku tanpa tau apa yang akan terjadi. Untuk ku 15 tahun dari sekarang, Aku berharap kau bisa mengingat dengan jelas bagaimana hari-hari yang sulit ini kita lalui dengan hati yang terikat. Namun perlu kau ketahui, setelah ini langkah kita akan dimulai….

Lyan_Juliani_M · Fantasi
Peringkat tidak cukup
219 Chs

8

Tubuh Tae Hee begitu sangat gemetar dan wajahnya Nampak sangat pucat, nafasnya terasa sesak dengan detak jantung yang sangat cepat. Yang Tae hee lakukan hanyalah terus memegangi tangan Jae seok sambil menangis yang bahkan tidak di ketahui sebabnya oleh Jae seok. Bahkan Jae seok pun tidak bisa berdiri hanya untuk mengambil air untuk menenangkan Tae hee karena eratnya pegangan Tae hee pada dirinya. " tidak apa-apa, apa yang sudah kau lakukan sudah sangat baik sampai kau bisa berada di titik seperti ini dan aku melihat mu kembali berada di depanku " sahut Jae seok sambil berusaha menghentikan serangan panic pada Tae hee.

Waktu pun terus berjalan dengan cepat, perlahan lahan Tae hee terlihat membaik dan tengah menyenderkan tubuh nya pada dinding dengan botol air mineral di tangan kanannya. Tidak beberapa lama Jae seok pun kembali menemui dirinya dengan membawa tas miliknya yang sempat ia tinggalkan di ruang latihan tadi.

" Jae seok-a, maaf untuk hari ini. aku tidak bisa ikut pergi dengan mu dan kembali ke apartement bersamamu, mereka akan menjemputku dan membawa ku pulang. " sahut Tae hee dengan wajah yang masih lemah. " tidak apa-apa, kita bisa pergi lain hari " jawab Jae Seok. " aku bahkan sangat membenci acara seperti ini, berkumpul dengan keluarga besar yang bahkan tidak pernah melihat diriku sebelumnya. Aku tidak pernah menginginkan ini sebelumnya, mereka yang memulainya " sahut Tae hee.

Ia pun bangkit dari posisinya dan menggendong tasnya, dengan menghela nafas beratnya Tae hee pun langsung tersenyum pada Jae seok dan mengajak nya untuk turun bersama dengan nya. Namun senyuman itu pun segera menghilang saat mereka berdua sampai di lobi sekolah dan ia pun melihat supir pribadi serta dua orang pengawal yang di tugaskan untuk menjemput dirinya sudah datang dengan pakaian yang sudah sering Tae hee lihat, yaitu pakaian formal dengan dua mobil yang terparkir rapi di depan lobi yang sudah siap untuk pergi.

" Tae hee-a, k –kau " sahut Jae seok terbata bata saat melihat apa yang di lakukan orang tua Tae hee yang terlihat sangat berlebihan. " apa yang kau lihat hari ini, jangan pernah kau katakan pada siapapun. Nikmati saja permainannya " sahut Tae hee yang langsung berjalan dan masuk ke dalam mobil. Kedua mobil tersebut pun berjalan meninggalkan lingkungan sekolah dan membawa Tae hee.

Ia pun mengepalkan kedua tangannya, menandakan dirinya menahan emosi yang ada pada dirinya. Sedikit demi sedikit rasa benci,sakit,kecewa telah terkumpul pada diri Tae hee, dan hal itu hanya akan perlu meenunggu saat nya kapan akan meledak bagaikan sebuah bom. Padangan nya terhadap keluarganya adalah kebalikkan dari semua orang memandang keluarganya, tidak ada rasa hormat atau pun cinta pada dirinya terhadap keluarga besarnya sendiri, dan apapun yang terjadi di dalam kehidupan nyata Tae hee tidak akan pernah sedikit pun dapat di mengerti oleh orang lain.

Hampir satu jam ia berada di jalan menuju rumahnya, Ia bahkan sudah berada di jalan yang berada dekat dengan rumahnya. Mobil yang membawanya tersebut pun segera berjalan pelan dan membiarkan tiga mobil yang saling beriringan mendahuluinya, sampai akhirnya mobil yang ia tumpangi pun bergabung dengan ketiga mobil tersebut dan gerbang rumah pun terbuka dengan puluhan pelayan yang menunduk memberi hormat saat mobil pertama melaluinya.

" selamat datang kembali ke neraka, Moon Tae hee " sahut Tae hee pelan sambil menatap tajam ke depan.

Mobil pun berhenti, orang-orang yang menaikinya pun segera turun dari mobil. Terlihat lebih dulu Ayah nya Tae hee keluar dari mobil pertama yang di susul oleh Ibunya yang berada di mobil ke dua. Tae hee pun hanya terus menatap ke depan memandangi mobil yang di naiki oleh kakaknya dan menunggu kakaknya keluar. Setelah ia melihat bahwa sang kakak akan segera keluar, ia pun segera membuka pintu mobil nya sendiri tanpa mau di bukakan oleh pelayannya. Tae hee pun hanya memperlihatkan ekspresi datar ke arah semuanya tak terkecuali kepada ayah dan ibunya.

Saat akan memasuki rumah, nyonya Moon menegur kelakuan Tae hee dan dirinya yang selalu sibuk dengan sekolah. Dengan percaya dirinya nyonya Moon menganggap bahwa Tae hee lebih sering di luar karena mengejar prestasi untuk lebih mengangkat nama keluarga besarnya, namun hal tersebut sama sekali tidak benar, yang terjadi sebenarnya adalah Tae hee ingin melepaskan dirinya dari belenggu keluarganya. Saat Tae hee dan yang lainnya memasuki rumah, Nampak beberapa pelayan wanita yang dengan sigap mengambil barang barang milik tuannya dan di taruh di tempatnya secara perorangan. Pada dasarnya Tae hee adalah anak dari seorang bangsawan korea serta CEO dari perusahan terbesar di korea, ia memiliki lingkungan rumah yang sangat luas dan bangunan rumahnya pun terdiri dari empat gedung dan satu gedung khusus di tengah yang berukuran luas dengan memiliki gaya asia dan eropa sama seperti seperti keempat gedung yang lainnya.

Ada dua bangunan yang di khusukan untuk tempat tinggal bagi anak dari keluarga tersebut. Setelah masuk ke dalam rumah, semuanya akan melihat sebuah patung dari dewi yunani yang berukuran besar berdiri di tengah ruangan. Dari tempat berdirinya patung dewi yunani maka setiap penghuni gedung khusus akan mulai berpencar dan berjalan menuju tempatnya sendiri. Setelah nyonya Moon memberitahu bahwa malam ini pertemuan keluarga akan di adakan di rumahnya, Taekyung segera bergegas menuju kamarnya tanpa meninggalkan kata untuk nyonya Moon dan Tuan Moon. Berbeda halnya dengan Tae hee yang malah mengajak bicara pada patung tersebut dan memberikannya sebuah jari tengah.

" Mengapa semua Iblis harus berkumpul di tempat ini ? " sahut Tae hee sambil membelokkan badannya ke arah kanan dan bergegas dengan menaiki sebuah lift.

Langit pun semakin gelap dengan suasana jalan raya yang ramai dengan kendaraan yang tengah melalu lalang di jalan, dengan angin yang meniup tiap helai rambut Jae seok dan menampar wajah nya yang tengah berdiri di samping jembatan pelintasan sambil melihat suasana kota yang di penuhi oleh lampu lampu yang menyala. Setelah Tae hee pergi lebih dulu dari sekolah, ia memilih untuk menenangkan pikirannya yang sudah beberapa hari ini mengganggu dirinya. Rasa rindu, suasana yang begitu Jae seok benci selama ini. suasana yang tidak bisa membuatnnya tertidur dengan nyenyak atau pun makan dengan teratur, yang hanya ia lakukan hanya lah menyendiri dan memikirkan sebuah hal. Selama ini Jae seok sudah sangat berusaha untuk menyibukkan dirinya sendiri demi melupakan hari itu, hari dimana ibu nya pergi meninggalkan rumah dan meninggalkan dirinya. Setiap kali ia kembali ke rumah yang ia rasakan hanyalah kemarahan ibunya kepada ayahnya yang membuat sang ibu harus pergi menjauh dari dirinya dan menghilang begitu saja tanpa mengirimkan pesan atau pun surat untuk dirinya. Walaupun selama ini ia melihat bahwa ibunya sudah sangat menderita dengan sikap sang ayah, ia berpikir mengapa ibunya tidak memberikan nya waktu sedikit saja untuk menemuinya dan berbicara dengan nya.

" hmm.. aku tidak tahu bahwa ini akan sangat membekas dalam hidup ku, beberapa tahun ini aku sudah berusaha dengan sangat keras untuk tidak mengingat mu. Aku selalu menyibukkan diriku hanya untuk tidak merindukan mu. Tapi itu sangat sulit bagiku ibu, sangat sulit " sahut Jae seok sambil menundukkan kepalanya. Suasana pun sekilas menjadi sunyi, membuat Jae seok terus menerus terjatuh ke dalam rasa hampanya di masa lalu. Ia pun melihat sekelilingnya, dimana banyak orang yang juga tengah berjalan di sana. Ia pun menghembuskan nafas nya dengan berat, menguatkan kembali dirinya dan berpikir kembali bahwa hari itu tidak pernah terjadi pada diri nya. Sampai akhirnya ia pun kembali melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut dengan mengatur ulang kembali suasana hatinya.

Suasana di kediaman keluarga Moon nampak cukup ramai dengan datangnya anggota keluarga besar yang datang ke acara makan malam ini, Beberapa macam hidangan pun terlihat sudah tersaji di atas meja makan yang mewah dengan di kelilingi oleh orang-orang yang akan segera menyantapnya. Ketika semua orang terlihat sedang menikmati hidangan nya dengan perasaan senang, berbeda halnya dengan Tae hee yang hanya menikmati hidangannya dengan sangat pelan pelan. Ia hanya memainkan garpu nya di dalam piring dengan mata yang terus cemas dan melihat ke arah orang-orang tersebut. Ia bahkan tidak pernah merasa nyaman saat makan bersama dengan keluarga besarnya, apalagi saat harus menemui neneknya. Rasa sakit yang pernah di berikan oleh orang-orang tersebut kepada Tae hee di masalalu begitu sangat membekas bagi hidup Tae hee saat ini. Ia pun melihat ke arah orang orang yang Nampak sangat bahagia dan menikmati acara makan malam ini, bahkan dengan bangganya mereka memuji muji Tuan dan Nyonya Moon yang merupakan orang yang sama di mana mereka lupakan di masa itu.

Perasaan Tae hee pun Nampak semakin tidak nyaman saat sang nenek masih saja sama seperti dahulu, dengan bangga menceritakan cucu kesayangan nya di depan keluarga besar tanpa melihat ke arah Tae hee. Saat itu pun Taekyung menyadari bahwa adiknya sudah ingin keluar dari ruangan dan meninggalkan mereka semua.

" aku merasa sangat lelah, aku izin untuk pergi ke kamar ku " sahut Tae hee yang langsung membuat semua nya terdiam. Dengan langkah nya yang cepat, Tae hee pergi dari ruang makan dan menuju kamarnya. Ia bahkan memblokir akses untuk orang lain masuk ke ruangan nya, ia tidak ingin mendengarkan apapun dari orang-orang yang berada di ruangan tersebut dan menganggapnya sebagai musuh besar yang tidak bisa di singkirkan olehnya.

" aku memiliki rasa benci yang sangat dalam kepada mereka, tapi mengapa aku tidak bisa mengatakan apapun saat melihat mereka. Bahkan saat bertemu dengan mereka aku hanya bisa terdiam dan mengingat luka itu tanpa bisa melakukan apapun. Apa karena mereka adalah keluarga, sehingga aku tidak bisa melukai mereka ? " sahut Tae hee sambil melihat ke luar jendela.

Ia pun terdiam, tiba-tiba dengan tubuh yang masih berdiri di depan jendela, matanya perlahan mengeluarkan air mata. Sudah ketiga kalinya Tae hee seperti ini, mendadak terdiam dan menangis tiba-tiba. Dirinya seperti melihat sesuatu yang menakkutkan dan menyedihkan yang hanya tiba-tiba melintas di pikirannya, atau mungkin ia hanya terlalu lelah dengan hari-harinya sampai ia terlihat tengah berhalusinasi. Namun saat ini apa yang ia lihat dalam lintasan pikiran nya adalah sebuah hal yang bisa membuatnya seperti berada dalam mimpi panjang nya, hanya saja itu semua terlihat sangat nyata seperti sebuah lintasan apa yang akan terjadi di masa depan nya yang masih tidak bisa ia tentukan bagaimana alurnya akan terjadi nanti.

Ia pun masih mematung dalam lamunan nya, bahkan ia sampai tidak menutup matanya nya sedikitpun dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya, tangan nya pun terlihat mengepal dengan spontan yang akhirnya membuat dirinya membalikkan badannya dan menatap ke arah pintu masuk kamarnya.

Yoon bin pun membuka matanya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya, ia pun menoleh ke arah arloji yang ada di atas meja yang ada di samping ranjangnya. Pukul menunjukkan jam 8 pagi, dengan wajah yang masih terlihat lelah itu pun Yoon bin menoleh ke arah jendela dan berharap bahwa mimpinya bukanlah suatu hal yang akan menjadi nyata di kemudian hari. Mungkin hari ini ia akan menghabiskan waktu berliburnya dengan berjalan-jalan di taman sekedar merilekskan pikirannya. Dengan wajah yang masih kacau, Ia pun segera bangkit dari tempat tidurnya dan segera bergegas untuk merapikan dirinya.

Di taman, Hyo rin Nampak tengah duduk di sebuah kursi yang berada di sebuah pohon rindang yang ada di tengah taman. Ia Nampak tengah menuliskan sesuatu di dalam sebuah buku yang ia bawa dan seakan hanyut dalam suasana sunyi nya pikiran bersama daun-daun kering yang sudah mulai berjatuhan ke tanah. Ia pun mengangkat wajah nya melihat langit yang cerah yang seperti biasa selalu ia lihat sendirian, tanpa Tae hee ataupun Min ah yang duduk bersama dengannya. Ia selalu bertanya pada dirinya, mengapa hanya langit sore yang akan segera gelap yang selalu ia lihat dengan Tae hee dan Min Ah ? mungkin kah mereka berdua juga tengah melihat ke arah langit cerah yang sama di tempat yang berbeda?.

Hari ini ia tahu kalau Tae hee tengah berada di rumah keluarganya, besar kemungkinan Ia tidak akan bisa sebebas biasanya. Ia tidak bisa memungkiri bahwa temannya sering terkena Panic attack di waktu yang sangat tiba-tiba akibat dari peristiwa kelam itu, dengan begitu ia tidak ingin Tae hee juga ikut merasakan apa yang tengah ia rasakan saat ini. walaupun faktanya ia tengah menunggu Tae hee saat ini, sebisa mungkin ia harus bersandiwara di depan Tae hee.

Setiap saat Hyo rin ingin memejamkan matanya sejenak, ia selalu terbayang akan teriakkan dan kata-kata Tae hee pada hari kematian Min ah, betapa putus asanya dirinya yang melihat hal itu dan hanya bisa mendengarkan Tae hee berteriak dengan mengutuk dunia yang luas ini. Dunia yang sangat indah bagi orang-orang yang terlahir dengan keberuntungan untuk menikmati indahnya dunia ini, namun sebagian besar bagi orang seperti dirinya, Tae hee dan Min ah dunia ini hanyalah sebuah sangkar yang sangat besar yang berfungsi untuk mengurungnya dan membatasinya begitu saja. Ini adalah hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang yang seperti dirinya, Tae hee dan Min ah saat ini. sangat menakutkan… bahkan Min ah saja memilih pergi dan terbebas dengan semuanya, setidaknya ia memiliki keberanian yang sangat luar biasa untuk melakukan hal tersebut.

" apa yang harus aku katakan pada Min ah jika aku datang menemuinya dengan cepat ? "sahut Hyo rin pelan. " maka kau harus kata kan padanya bahwa aku akan bersiap menghancurkan dunia para iblis itu " sahut seseorang dari belakang Hyo rin.

Hyo rin pun terdiam, ia terkejut dengan suara yang sangat ia kenali tersebut. Dengan perlahan ia pun menoleh kebelakang yang ternyata sudah berdiri Tae hee di sana dengan wajah yang sangat datar melihat tajam ke arahnya.

" T-Tae hee-ah kau pasti salah dengar ". " aku mendengar semuanya dengan sangat baik, dan kau berpikir masih bisa berbohong setelah semuanya terdengar?. Hyo rin-ah, baik aku maupun dirimu tidak akan ada yang bisa melawan dunia yang menakutkan ini, bahkan dunia saja tidak menyukai diriku. Apa yang aku katakan hari ini pasti akan terjadi suatu hari nanti, dan itu hanya akan terjadi saat aku sudah tidak ada lagi tujuan mengapa aku berdiri melihat dunia ini lagi " sahut Tae hee dengan masih berdiri dengan wajah datarnya. Namun dengan nada terbata-bata, Hyo rin pun hanya tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Tae hee. Semenjak kematian Min ah, Hyo rin merasa jika Tae hee berubah dengan sangat cepat. Entah karena trauma yang ia alami atau mungkin emosinya yang semakin tidak bisa ia kendalikan, karena tidak mau berlama-lama mendengarkan perkataan Tae hee yang semakin aneh, Hyo rin pun segera mengajak Tae hee untuk sarapan di cafe yang biasa mereka datangi.

Mereka pun berjalan kaki menuju tempat tersebut karena jarak nya yang memang dekat dengan taman kota. Hyo rin Nampak tengah sibuk berbicara kesana kemari dengan wajah cerianya yang sangat berbanding terbalik dengan temannya tersebut yang bahkan berjalan tanpa ekspresi sedikit pun. Di sana pun Nampak banyak orang yang tengah berjalan, saat akan masuk ke sebuah café langganan Hyo rin dan Tae hee, ada dua orang anak yang menabrak tubuh Tae hee sampai kedua anak tersebut terjatuh.

Tae hee pun terkejut dan memasang wajah kesal, namun ekspresinya pun berubah setelah melihat salah satu dari anak tersebut dengan cepat memeluk anak yang satu nya dengan wajah ketakutan.

Like it ? Add to library!

Lyan_Juliani_Mcreators' thoughts