webnovel

Chapter 6

Unedited

Dimana setiap malam minggu kebanyakan pasangan selalu bermalam mingguan diluar bersama pasangan mereka, Brandon dan Sarah berbeda.

Sabtu malam bagi Brandon dan Sarah adalah malam dimana mereka berdua dan Brayson menghabiskan waktu mereka dengan cara menonton film bersama. Hal itu dilakukan mereka untuk Brayson.

Mengingat dulunya Brayson tumbuh tanpa dirinya di samping anak itu, hati Brandon sakit. Dia merasa bersalah karena tidak ada di saat Brayson sangat membutuhkan sosok seorang Ayah. Kali ini dia tidak mau melewatkan pertumbuhan kedua anaknya itu.

Sarah dan dirinya sepakat untuk meluangkan waktu mereka sebanyak mungkin buat Brayson dan Brayden.

Sementara Brayden sedang tertidur pulas di kamarnya, Sarah, Brandon dan Brayson kini sedang berada di ruangan khusus, tempat mereka menonton film bersama.

Berhubung Brandon dan Sarah hobi menonton film, Brandon sengaja mendesain rumah mereka agar memiliki sebuah ruangan yang bisa mereka pakai hanya untuk menonton film saja.

"Daddy aku mau nonton Incredibles 2." ucap Brayson yang kini sudah duduk di samping Sarah sembari menyandarkan kepalanya.

"Iya. Iya." Brandon tersenyum kemudian memutar film yang sudah lima kali mereka tonton itu.

Brandon pun mengambil posisi duduk disebelah kiri Sarah.

Walaupun sudah berkali-kali menonton film yang bertemakan tentang keluarga pahlawan tersebut, Brayson sama sekali tidak merasa bosan. Lain halnya dengan Daddy-nya.

Jujur saja Brandon sudah bosan menonton film itu. Namun sebagai orang tua yang baik dan tidak ingin mengecewakan Brayson, Brandon pun harus menunjukan wajah senang dan antusiasnya di kala menonton film kesukaan anaknya itu.

"Mommy filmnya sudah mulai." ujar Brayson gembira merubah posisi duduknya agar bisa lebih menikmati film favoritnya itu.

Sarah mengelus lembut kepala Brayson lalu menoleh ke arah samping kirinya, tersenyum sayang.

"Hahahahaha."

Sepanjang film di putar, Brayson tidak henti-hentinya tertawa saat melihat tingkah kocak Jack-Jack, anak bungsu dari pasangan superhero Mr. Incredibles dan Elastigirl.

"Brayson mau punya kekuatan seperti Jack-Jack." ujar Brayson tiba-tiba dengan mata berbinar-binar memandangi Jack-Jack yang ķini sedang melawan seekor rakun.

Sarah tersenyum menggelengkan kepalanya merasa lucu dengan ucapan anaknya barusan.

Setiap adegen Jack-Jack selalu berhasil membuat mereka bertiga tertawa. Yah, tidak bisa dipungkiri lagi, meskipun Brandon bosan menonton film itu, tetapi ketika dia melihat tingkah konyol dari bayi kecil yang punya kekuatan superpower itu, dirinya mau tidak mau ikut tertawa.

Adegan yang paling Brandon sukai yaitu ketika Mr. Incredibles ditinggal elastigirl yang sedang bertugas dan harus mengasuh ketiga anaknya.

Brandon tidak tahu ternyata mengasuh anak merupakan sebuah pekerjaan yang cukup melelahkan bagi seorang ayah. Melihat Mr. Incredibles yang kewalahan menjaga dan mengasuh ketiga anaknya, seketika membuat Brandon mengerti betapa kuatnya seorang Ibu.

Tiba-tiba dirinya merasa berterima-kasih pada Sarah yang sampai saat ini tidak pernah mengeluh selama mengasuh kedua anak mereka.

Brandon menoleh ke arah istrinya itu yang sedang fokus menonton, kemudian dengan pelan mendekatkan tubuhnya kearah wanita itu lalu mengecup puncak kepala Sarah.

Sarah yang bingung dengan tindakan Brandon yang mendadak itu, menatap suaminya dengan tatapan bertanya-tanya.

"What?"

Tiba-tiba Brandon merasakan dorongan tak tertahankan untuk mencium istrinya ini. Dengan ibu jari dan jari kanannya, ia mengangkat dagu Sarah lalu mengecup bibirnya lembut.

"Daddy, berhenti cium mommy."

Suara kekanak-kanakan Brayson mendadak berhasil memecahkan suasana romantis yang baru saja tercipta di antara Sarah dan Brandon barusan.

"What, why? Kenapa? Kenapa daddy enggak boleh cium mommy?" tanya Brandon sedikit tidak terima dengan apa yang aru saja dikatakan anak sulungnya itu.

"Kata Adam, laki-laki itu nggak boleh sembarang cium perempuan, daddy. Bukan muhrim katanya." balas Brayson dengan raut mengingatkan dan menggurui.

Tanpa di sadari Brayson, jawaban polosnya itu menyebabkan sudut bibir dari Ibu dan Ayahnya terangkat. Brandon yang semula bingung dengan alasan kenapa anaknya itu melarang ia menciun istrinya, hampir saja meledak tertawa.

"Adam bilangnya begitu?" tanya Sarah menahan tawa.

"Iya. Adam bilang kata Ayahnya begitu, mommy."

"Adam bilang enggak apa itu muhrim?"

Brayson menggelengkan kepalanya, "Enggak, emang apa itu muhrim mommy?"

Sarah bingung harus bagaimana ia menjawab pertanyaan yang di lontarkan anaknya itu. Ia juga bingung bagaimana caranya ia membuat Brayson mengerti dengan jawaban yang nantinya ia berikan.

Ingin mencari pertolongan, Sarah menoleh ke arah Brandon.

Mendapati wajah istrinya yang kini begitu menggemaskan, Brandon akhirnya memilih kata-kata yang paling simple, bisa di pahami Brayson dan mulai menjelaskannya.

"Karena daddy dan mommy sudah menikah, sudah punya Brayson dan Brayden, jadi daddy dan mommy boleh berciuman."

"Jadi begitu." Brayson menganggukan kepalanya tanda mengerti.

Jawaban Brandon yang tadi mungkin bisa salah. Dia juga bisa saja salah mengartikan kata tersebut.

Berhubung agama mereka bukan agama yang bisa menjelaskan arti kata yang Brayson tanyakan barusan, Brandon hanya bisa menyimpulkan kata itu dari apa yang ia dapatkan, lihat dan dengar dari pengalamannya.

*********

Hari senin pun tiba. Berhubung jadwal Brandon pagi ini bebas, tugas antar Brayson ke sekolah di ahlikan kepada dirinya.

Sementara Brayson mandi, istrinya yang sedang sibuk menyiapkan makan pagi untuk keluarga mereka, memintanya untuk mengecek Brayden yang kini sedang menangis. Terbangun dari tidurnya.

"Cup.. Cup.. Jagoan daddy ternyata sudah bangun. Good morning baby boy." Brandon tersenyum mengelus pipi lembut Brayden lalu mengangkat Brayden dari box tempat tidurnya dan menggendongnya dengan hati-hati.

Mungkin karena sudah berada di pelukan Ayahnya, Brayden yang tadinya menangis keras, kini diam seperti anak manis.

Sambil mengalunkan lagu twinkle-twinkle, lagu kesukaan Brayson sewaktu kecil dulu, Brandon dengan pelan-pelan meletakan Brayden di kasur tempat ia dan Sarah tidur.

"Say daddy, Brayden.. Daddy.. Daddy." ujar Brandon pelan pada Brayden berulang-ulang.

Mencium ada bau tidak enak keluar dari tubuh Brayden, Brandon menghembuskan nafas panjang.

Ditariknya kakiknya itu ke arah tempat perlengkapan khusus disediakan Sarah untuk Brayden. Dengan cermat dia mulai mengambil popok bayi, tisu basah, tisu kering, minyak angin dan perlengkapan yang Brayden perlukan lainnya.

Pertama kali Brandon melihat Sarah mengganti popok Brayden, hal pertama yang ia pikirkan bahwa hal itu tidaklah sesulit yang ia bayangkan. Hanya buka, lap, dan ganti. Tidak sulit bukan?

Tapi ternyata dugaan Brandon salah besar. Siapa bilang ganti popok bayi itu gampang segampang nyuci piring?

Mengingat pertama kali dia mengganti popok Brayden, mendadak membuat wajah Brandon panas karena merasa malu akan kebodohannya itu. Ia terlalu meremehkan hal tersebut.

Brandon yang kala itu berniat ingin terlihat cool di mata Sarah saat mengganti popok Brayden, ternyata mendapatkan kejutan kecil dari anaknya bungsunya.

Sementara ia membersihkan bokong Brayden, tiba-tiba Brayden kencing dan kencingnya menyembur ke wajah Brandon. Hal itu menyebabkan Brandon kaget setengah mati. Dan malu karena istrinya menyaksikan kejadian memalukan itu.

"Jangan nyembur kayak yang dulu lagi, ya, Eden." Brandon mulai melepaskan popok Brayden.

Entah mengerti atau tidak dengan omongan Brandon barusan, Brayden tertawa kecil.

"Ho? Ketawa kamu, ya? Apanya yang lucu?"

Selesai mengganti popok Brayden, Brandon mengusap keringat yang sudah membanjiri dahinya.

Tidak disangka, mengganti popok bayi ternyata bisa membuat seseorang berkeringat.

Tak berapa lama, Brandon mulai berbicara dengan Brayden dengan versi baby talk-nya.

Sarah mengatakan bahwa berbicara dengan bayi menggunakan baby talk bermanfaat bagi bayi.

Meski awalnya Brandon sungkan melakukannya karena sedikit merasa aneh, namun karena semuanya itu demi kepentingan Brayden, kini tiap hari tanpa diminta Sarah, Brandon melakukannya dengan senang hati.

Kalau bukan karena panggilan Sarah, Brandon tidak akan sadar kalau Brayson sudah selesai bersiap-siap dan telah menunggu di meja makan.

Brandon masuk ke ruang makan sambil menggendong Brayden. Diletakannya Brayden di kursi khusus tempatnya makan lalu duduk di tempat dudukya.

Hari ini untuk sarapan pagi mereka Sarah menyiapkan roti bakar yang atasannya dilumuri madu yang di hidangkan bersama buah stroberi, bluberi dan kiwi.

"Mommy, Brayson pengen makan sereal." ucap Brayson mendorong piring yang berisikan roti tersebut jauh-jauh darinya.

Mata Sarah menyipit tidak suka, "Brayson. Apa mommy bilang?"

Brayson menunduk takut ketika mendengar suara Sarah yang rendah tapi terdengar dingin itu.

"Enggak boleh pilih-pilih makanan." jawabnya dengan suara sangat pelan.

"Dan yang kamu lakukan tadi?"

"Maaf, mommy."

"Hmm. Ya sudah. Kamu boleh makan sereal tapi roti bakarnya di habisin dulu." ucap Sarah akhirnya mengalah.

"Benar, mommy?"

"Tapi jangan banyak-banyak. Entar kamu kekenyangan lagi."

"Oke, mommy."